Chapter 48 : Dingin
Author's PoV
Di sebuah ruangan yang luas terdominasi dengan warna putih dan biru, bunga mawar merah dan putih tercium harum dengan semerbaknya. Para saksi acara dadakan dari penduduk kota Mejiktorn yang sempat dievakuasi, dibawa ke aula istana dan tentu saja mereka sangat bergembira bahwa raja mereka akan memiliki seorang ratu.
Raja tidak sabar menunggu ratunya datang. Berdiri di sampingnya untuk mengadakan janji ikatan suci yang sangat ia idam-idamkam. Memang terlalu cepat, tapi hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan kota dan kerajaan. Setelah acara ini selesai, ia dan ratunya akan menemui orang yang mengadakan penyebab bencana hancurnya beberapa kerajaan dan memporak-porandakan kotanya.
"Mempelai wanita akan segera masuk!" arah seseorang di samping salah satu pintu. Orang itu membukakan dua daun pintu itu dan memperlihatkan seorang gadis bergaun pengantin putih yang indah dan cantik.
Dalam sekejap, raja dibuatnya terpesona dengan calon istrinya. Debaran Sang raja semakin memburu melihat gadis cantik itu. Ia sempat bertanya pada dirinya sendiri di dalam benaknya, apa ia sedang bermimpi indah? Mimpi indah yang tidak pernah ia mimpikan dalam mimpinya. Rambut pirang panjang gadis itu dibuat rapi dengan tambahan tudung kain tipis transparan putih di atas kepalanya. Seikat mawar merah berada di tangan gadis itu. Senyuman gadis itu mampu membuat semua orang yang melihatnya ikut terpaku.
"Hiks! Hiks! Akhirnya hari ini datang juga! Hiks!" tangis Hella terharu sambil menyeka air matanya dengan sapu tangan pemberian Reo dan tidak lupa mengelap ingusnya.
Ai dan Colla menaburkan kelopak-kelopak mawar merah saat mempelai wanita berjalan anggun menuju puncak perjanjian suci. Semua bertepuk tangan dengan kedatangan mempelai wanita yang sangat menarik perhatian.
Mempelai wanita sampai di atas berdiri di samping mempelai pria. Acara pernikahan itu dimulai dengan tenang, namun ada beberapa tahap acara yang diabaikan karena acara ini harus secepatnya selesai dan berjalan lancar. Tahap yang paling penting adalah saling menyematkan cincin pernikahan pada jari tengah dan pengucapan janji suci.
Mempelai pria lebih dulu menyematkan cincin emas itu ke jari mempelai wanita. Ia masih bisa melihat wajah mempelai wanitanya dengan jelas walaupun tertutup oleh kain. Setelah itu, barulah mempelai wanita menyematkan cincin pernikahan kepada mempelai prianya. Pengucapan janji suci pun diadakan.
"Yang Mulia Raja Hallow Mixolydian, apakah Anda bersedia menikahi Mocca Lixadian sebagai pasangan hidup Anda?"
Beethov sebagai penengah dari sepasang pengantin itu memberikan pertanyaan untuk mempelai pria. Sebelum acara, ia memasang kumis palsu dan memakai baju coklat yang panjangnya semata kaki. Dan dengan tambahan kacamata lingkaran. Penampilan Beethov mengundang tawa Ai, Reo, Hella, bahkan Greethov yang tidak terlalu mau membuang energinya untuk tertawa, sedang berusaha menahan tawa.
"Ya!" Jawaban sang mempelai pria terdengar pasti tanpa ada keraguan.
Beethov menoleh ke arah mempelai wanita, membuat para saksi kembali diam setelah sedikit riuh.
"Mocca Lixadian, apakah Anda bersedia menikahi Yang Mulia Raja Hallow Mixolydian sebagai pasangan hidup Anda dan menjadi ratu?"
Sang mempelai wanita tidak menjawab dulu. Oh, ia gugup! Untung ia memakai tudung wajah yang menutupi seluruh wajahnya meski kainnya transparan, ia dapat menyembunyikan wajahnya yang bisa saja merah. Satu tarikan napas baru, ia pun menjawab.
"Y-ya!"
Jawaban itu mengundang semua saksi berdiri dari kursi mereka untuk menaburkan kelopak bunga mawar yang mereka bawa di keranjang bunga dan memberi selamat. Mempelai pria perlahan membuka tudung wajah mempelai wanita dan mencium dahi mempelai wanita dengan penuh cinta. Sedangkan mempelai wanita menerima itu dengan rasa bahagia.
Greethov membawakan sebuah pedang bergagang warna perak yang dililiti oleh bunga merah muda berkelopak lima. Pedang itu terletak dengan posisi terbaring di atas bantal merah yang Greethov bawa di kedua tangannya. Ia berjalan dengan penuh kehati-hatian lalu sampai di samping raja.
Raja menerima pedang yang dibawa Greethov. Penuh kehati-hatian namun tegas, ia mengangkat pedang itu dan menghadapkannya kepada ratunya.
"Mulai sekarang, kau adalah istriku. Ratuku. Kini, pedang Merah telah menjadi milikmu. Sentuh dan bersatulah dengan pedang Merah," ucap raja.
Sang ratu menyentuh gagang pedang itu dan sampai di genggamannya. Ia terpesona dengan pedang di depan matanya. Pedang ini bertemu dengannya lagi dan telah resmi menjadi miliknya. Tentu saja, pedang itu akan ia gunakan untuk melindungi rajanya dan orang-orang. Termasuk membantu menghancurkan Ratu Ferlendian.
Ratu mengarahkan seikat bunga mawar yang masih berada di tangannya kepada raja.
"Kau ingin melempar bunga ini bersamaku?"
Raja ikut memegang bunga mawar itu dengan senang hati.
"Mana mungkin aku menolaknya."
Mereka pun melempar seikat bunga mawar merah itu dari belakang. Lantas semua saksi berlomba-lomba untuk mendapatkan bunga itu. Raja dan ratu tertawa bahagia melihat mereka sedang berebut bunga pengantin.
Akankah kebahagiaan bisa selamanya menghias?
BRAK!
Pintu aula istana terbuka lebar. Semua pasang mata di dalam ruangan mengarah ke seorang gadis berambut kuning keemasan berikat dua dengan sayap putih di punggungnya menggendong seorang lelaki tak bernyawa. Gadis itu berlinang air mata. Dirinya tidak sanggup melihat kenyataan ini, apalagi jika lelaki yang ia bawa akan dilihat oleh seseorang yang berhubungan darah dengan lelaki itu.
Ai terkejut melihat yang datang adalah adiknya, Lof. Perubahan pada Lof menambah rasa terkejutnya. Ia berjalan cepat menghampiri Lof dan kembali terkejut melihat siapa yang Lof bawa. Para saksi juga melihat itu dan memasang ekspresi sedih kedukaan. Lof memberanikan dirinya masuk ke dalam berjalan menghadap raja dan ratu.
Mata raja dan ratu melebar drastis melihat siapa yang Lof bawa di gendongannya. Ditambah Sang ratu langsung meneteskan banyak sekali air mata tanpa mengatakan apa pun.
Lof menunduk dengan penuh amat rasa bersalah.
"Ampuni saya, Yang Mulia Ratu. Ampuni saya."
Ratu tetap diam tidak mengeluarkan apa pun kata selain air mata. Raja pun merengkuh istrinya itu dan segera memerintah.
"Baringkan Chino di tempat yang aman," titah raja.
"Baik, Yang Mulia Raja," jawab Lof dan segera melangkah pergi.
Raja mengelus punggung ratunya dan mulai menenangkannya. Di ruangan luas itu diisi oleh keriuhan orang-orang banyak yang ada. Raja membiarkan semuanya asyik berbicara sepuasnya dan fokus menenangkan ratunya.
"Mocca, hari ini aku sering sekali melihatmu menangis. Menyakitkan rasanya melihatmu seperti ini terus," ucap Hallow pelan di samping sebelah telinga Mocca.
Mocca maju selangkah menenggelamkan dirinya ke dalam rengkuhan Hallow.
"Aku... melihat Chino tersenyum," ucap Mocca, membuat Hallow sukses ikut menangis di atas duka yang teramat perih. "Hallow, apa dia... sedang berbahagia?"
Hallow langsung merinding dalam rasa terkesiapnya dari pertanyaan yang Mocca lontarkan. Kepalanya mengangguk dan semakin mengeratkan rengkuhan.
"Dia pasti meninggalkan banyak kata sebelum dia pergi," ucap Hallow.
Lof meletakkan tubuh tak bernyawa Chino di tempat yang aman dan kembali berjalan menuju ke depan Mocca dan Hallow.
"Chino sangat menyayangi Anda, Yang Mulia Ratu," ucap Lof datar. Matanya sembab dan tidak dapat lagi mengeluarkan air mata. "Chino mempertaruhkan nyawanya untuk saya. Saya lengah hingga Chino yang terkena serangan musuh yang menyerang saya dari belakang. Ampuni saya, Yang Mulia Ratu!"
Perlahan, Mocca melepaskan dirinya dari rengkuhan Hallow. Wajahnya yang tadi tertunduk, ia angkat kembali. Tatapan tajam dan datar Mocca memancarkan kemurkaan dan kemarahan yang dalam kepada musuhnya yang telah merenggut nyawa adiknya. Hallow langsung mengetahui apa maksud dari ekspresi dingin Mocca yang tumbuh begitu saja.
Keinginan Mocca ingin membunuh seseorang dari penyebab kekacauan yang datang terasa semakin membara. Mata biru gelapnya seakan-akan menyala-nyala seperti api yang bisa membakar apa pun yang berani mengganggunya. Ia menoleh ke arah Hallow, membuat Hallow sedikit terkejut melihat Mocca menatap tajam padanya.
"Hallow, aku ingin keluar dari istana. Ada banyak hal yang ingin kulakukan di luar sana."
🎃TO BE CONTINUE ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top