Part 54 : Upset

EDDIE dan Fred kembali menukar pandang satu sama lain, lalu mengalihkan pada gadis berambut pirang yang sejak tadi berada di sebelah mereka.

Eddie maupun Fred menghela nafas lelah, kurang lebih sudah setengah jam mereka berkumpul di teras apartemen Gabriella ini untuk berbicara pada Kelly yang kini juga telah duduk bersisian bersama mereka.
Namun, Kelly tak berniat membuka mulutnya sedikitpun, sehabis mandi dan berganti pakaian dengan pakaian yang dibelikan Gabriella lewat online, Kelly kelihatan semakin murung.

Meskipun sebelumnya juga gadis itu murung, namun sekarang Kelly tampak murung sekaligus wajahnya benar-benar kusut.

Eddie dan Fred tentu tau sebabnya, tapi mereka hanya tak mau menanyai Kelly secara terang-terangan sedangkan gadis itu sedari tadi hanya melamun dan menatap kosong objek di depannya.

Fred, lelaki berbadan besar berkulit gelap itu terlihat membetulkan posisi duduknya.
Sebenarnya dia sungguh tak suka menunggu, namun dia juga bingung harus mulai dari mana bicara pada Kelly.
Sedangkan si Eddie juga takut untuk memulai pembicaraan, jadilah mereka bertiga duduk dalam diam tanpa ada yang berniat membuka percakapan selama setengah jam.

Fred menghembuskan nafas kasar, tak bisa lagi, dirinya tak bisa lagi terus-terusan menunggu, "Ehm, Kelly bisakah kita bicara?"

Kelly masih belum sadar dari melamunnya, membuat Fred harus menepuk pelan bahu gadis tersebut.

"Hei, kau masih sadar 'kan? Ada apa denganmu sih?"
Kelly menoleh perlahan sembari memberi tatapan tajam pada Eddie dan juga Fred, yang berhasil membuat Eddie bergidik namun tidak dengan Fred.

"Kurasa kita hanya menghabiskan waktu dengan saling berdiam-diaman. Sekarang, ceritakanlah pada kami apa yang kau ketahui perihal nona Gabriella yang membantu Max."
Ucap Fred lagi, tak menggubris tatapan tajam dari mata bengkak milik Kelly.

Kelly menarik nafasnya panjang, "Apa yang ingin kalian ketahui, sedangkan aku juga tak mengetahuinya secara detail?"

"Katakan saja yang kau tau, kami akan mendengarkan."
Timpal Eddie yang kini sudah berani bersuara, membuat Kelly lagi-lagi mendesah lelah.

"Yang kutau, Max pernah bicara padaku jika dirinya diselamatkan oleh Gabriella dan mereka tinggal bersama di apartemen Gabriella ini, di sini."

Eddie dan Fred saling berpandangan dengan mata melotot, "Jadi, mereka sempat tinggal bersama saat pelarian Max?!"
Kedua bodyguard Gabriella itu sontak saja membungkam mulut mereka masing-masing ketika teringat sesuatu, "Astaga pantas saja Max ditemukan lagi di apartemen nona Gabriella waktu itu, ternyata nona Gabriella sudah mengetahuinya dan membohongi semua orang!"

Kening Kelly berkerut, "Semua orang? Apa maksud kalian?"

"Ya, kami dan juga para polisi, Garrison juga!"
Jawab Eddie yang semakin membuat Kelly tak mengerti.

"Jadi, kalian juga mengenal opsir Garrison?"
Eddie dan Fred memandang Kelly dan mengangguk cepat setelahnya, "Tentu saja kami kenal, dia adalah 'tangan kanan' bagi ayah nona Gabriella. Dia juga dekat dengan nona Gabriella. Saat penangkapan Max kembali itu, ternyata nona Gabriella yang merencanakannya, dia berbohong dengan mengatakan Max ingin membunuhnya."

"Kenapa nona Gabriella melakukan itu sih? Jika tuan Charlie dan Garrison tau, entah bagaimana reaksi mereka. Untung saja kami waktu itu diberitahu Garrison atas pengancaman Max yang katanya ingin membunuh nona Gabriella karena dia menghubungi kami."
Tambah Fred menyambung kalimat Eddie, sedangkan Kelly kini benar-benar berfikir keras berusaha mencerna apa yang dimaksud kedua pria itu.

"Siapa...tuan Charlie?"
Akhirnya Kelly hanya bisa bertanya mengenai nama asing yang disebutkan Fred tadi.

"Dia adalah ayahnya nona Gabriella, dan ketua polisi di tempat Garrison bekerja."
Kelly sukses membulatkan matanya ketika pemikirannya sudah memahami semuanya, "Jadi maksud kalian, Gabriella adalah anak dari ketua polisi?! Maka dari itu dirinya dan Garrison dekat, karena memang Garrison adalah 'tangan kanan' ayahnya di kantor polisi tempat Max ditahan?! Lalu...mengapa anak ketua polisi sepertinya berani membantu pelarian diri Max?!"

Eddie mengangguk, "Itulah yang kami ingin tau. Apa mungkin nona Gabriella pernah bertemu Max sebelumnya? Maka dari itu dia berniat membebaskan Max? Sedekat apa hubungan mereka sampai nona mau mengambil resiko melakukan itu?"

"Ya, Max pernah bilang padaku jika Gabriella adalah orang yang pernah ia tolong dulu, maka dari itu mungkin itu alasannya Gabriella membantu Max karena ingin membalas budi?"
Tanya Kelly yang membuat Eddie dan Fred menggeleng serentak.

"Atau jangan-jangan tanpa sepengetahuanmu, Max punya hubungan sebagai kekasih bersama nona Gabriella?"
Tanya Fred yang berhasil membuat Kelly melotot, "Mana mungkin Max seperti itu, dia bahkan yang bilang sendiri jika dirinya menganggap Gabriella orang baik yang pernah menolongnya, itu saja."

Eddie mengedikkan bahunya, "Tapi mengapa nona Gabriella melakukan semua ini? Apa rencananya sampai membohongi para polisi termasuk Garrison tempo lalu hingga Max kembali masuk ke penjara? Sedangkan dia sendiri sebelumnya yang membebaskan Max diam-diam?"

Fred berdeham, "Kurasa...nona Gabriella sungguh menyukai kekasihmu---"

"Calon suami."
Koreksi Kelly, membuat Fred berdeham lagi, "Maaf, maksudku calon suamimu."

"Jika memang benar Gabriella menyukai Max, maka tak akan kubiarkan Max direbut dariku!"
Nafas Kelly memburu membayangkan Max yang diperebutkan oleh dirinya dan juga Gabriella. Entah mengapa Kelly telah banyak berubah.

Sebelum mencintai seorang Max Maxwell, dia tak pernah se-egois dan segarang ini pada siapapun.
Ini bukanlah sifatnya, di mana dulu dia dikenal dengan gadis yang lembut.

Entahlah, Kelly yakin itu semua berubah sejak dirinya mengenal Max, dan segala perbuatan pemuda itu padanya.

"Baiklah, jika tak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku mau masuk ke kamar, rasanya tubuhku sakit semua."
Kelly mengusap tengkuknya yang pegal lalu bangkit dari duduknya.

"Oke, silahkan istirahat saja Kelly, kami sudah selesai kok."
Balas Eddie sembari memberikan senyuman dan Fred memberi acungan jempolnya pada gadis tersebut, membuat Kelly langsung beranjak masuk ke apartemen.

"Kasihan sekali ya, gadis cantik dan manis sepertinya harus gagal menikah hanya gara-gara kita dan nona Gabriella."
Terawang Eddie sembari memasang wajah sedih, membuat Fred yang berada di sebelahnya menautkan alisnya, "Bukan karena kita, tapi hanya karena kau saja idiot!"

Eddie memajukan bibirnya, "Biarpun begitu, setidaknya aku masih membuat Kelly hidup di dunia ini!"

"Terserah kau saja Edd."

***

"Aaaa ayo tampan, buka mulutmu."
Gabriella menginstruksikan Max untuk membuka mulutnya ketika satu sendok terakhir makanan pemuda itu habis.

Max menerima suapan itu dengan wajah masam, "Kenapa kau memperlakukanku seperti anak kecil? Kan sudah kubilang daritadi jika aku bisa makan sendiri."

Gadis blonde yang duduk berhadapan dengan Max di ruang makan itu terkikik geli dengan wajah Max yang menurutnya sangat imut sekarang, "Biarkan saja, lenganmu sedang sakit bukan? Jadi, aku ingin membantumu makan, apa salahnya dengan itu?"

Max mengunyah makanannya terlebih dahulu sebelum akhirnya menjawab, "Aku tau, tapi tak begini juga."

Gabriella mendaratkan jari telunjuknya ke bibir Max, "Sssttt jangan bicara lagi, sekarang waktunya kau minum obat."
Gadis itu segera menjauhkan jarinya dari bibir Max dan mengambil obat Max yang berada di meja makan.

"Max, apa kau sudah makan?"
Pertanyaan yang keluar dari Kelly yang baru saja datang berhasil membuat Max dan Gabriella menoleh ke sumber suara.

"Jika belum, aku akan---"

"Apa kau tak lihat Max sudah menghabiskan makanannya?"
Tanya Gabriella tanpa mengalihkan pandangannya dari obat Max yang ada di tangannya.

"Max, kau pasti lelah kan? Ayo kita beristirahat, lukamu pasti juga belum sembuh."
Ucap Kelly menghampiri Max tanpa mempedulikan ucapan Gabriella barusan.

Kelly tersenyum memandang Max yang kini tengah meminum obatnya, dia akan segera menarik lengan Max setelah selesai meminum obat untuk ke kamar jika saja Max tak menepis tangan Kelly.

"A-ada apa?"
Kelly menatap Max dengan berkaca-kaca, namun Max tak menggubris gadis tersebut dan justru menarik tangan Gabriella, "Gabriella, ayo temani aku tidur di kamar."

Mendengar itu, hati Kelly serasa diremas oleh sesuatu tak kasat mata.
Gabriella hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ajakan Max, baru saja mereka berdua akan beranjak Kelly langsung melepaskan genggaman tangan Max ke Gabriella.

"Gabriella, berhenti menuruti semua yang Max katakan! Dia adalah calon suamiku, kau tak berhak untuk tidur satu ranjang dengannya!"
Kelly memandang sengit gadis di depannya yang kini terkekeh, "Kelly, maaf, tapi ini adalah permintaan Max. Kau harus menerima semua ini, jangan paksa ingatan Max karena aku tak ingin kondisinya memburuk."

"Tapi kau---"

"Yang dikatakan Gabriella benar! Dia adalah kekasihku, dan aku hanya mencintainya, jangan membohongiku dengan mengatakan jika aku ini adalah calon suamimu!"
Sela Max membuat Kelly tak bisa lagi membendung air matanya.

"Max, kumohon. Jangan lebih mempercayai dirinya dibanding aku, aku ini memang sungguh calon istrimu dan kau adalah calon suamiku, dia...dia telah membohongimu dengan mengatakan jika kalian adalah sepasang kekasih. Kau milikku Max! Hanya milikku!"

Max mendengus kasar menahan emosi, melihat hal itu Gabriella mengelus lengan Max menenangkan pemuda itu, "Kelly kumohon jangan berkata yang tidak-tidak. Sekarang Max butuh istirahat, dan dia butuh aku untuk menemaninya. Saat ini kau makanlah, ada spaghetti yang baru kupesan lewat online tadi."
Setelah mengatakan sederet kalimat itu, dengan langkah cepat Max langsung menarik tangan Gabriella masuk ke kamar.

Sedangkan Kelly yang berada di ruang makan sendirian, kini terduduk karena lututnya terasa lemas dan bahunya bergetar karena menangis, "Sampai kapan kau akan seperti ini padaku Max?"

Tbc...

Siapa yang kesalbanget sama Gabriella, angkat tangan! 🙋😂😂


Vomment yg banyak biar ranknya naik lagi hehe😚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top