Part 43 : Additional Members
CHARLIE menjabat tangan pria bermata coklat di hadapannya yang hari ini sah menjadi anggota kepolisian di kantornya.
"Baiklah Tomy Doveri, hari ini juga kau boleh langsung ke kantor, memulai pekerjaanmu sebagai polisi baru. Selamat bergabung."
Pria bernama Tomy itu berdeham kecil mendengar penuturan dari ketuanya, Charlie.
Ia tersenyum miring, "Mr. Charlie, anda boleh memanggil saya 'Tomy' saja, tak perlu sampai menyebutkan nama lengkap saya."
Charlie mengangguk, "Aku tau, aku hanya tak terbiasa mengingat kita baru saja bertemu. Baiklah, nanti aku akan menghubungi ketua anggota kepolisian di kantor, Garrison, ingin memberitahukan bergabungnya dirimu. Nanti setelah sampai ke kantor, kau bisa langsung menemuinya."
"Baik Mr. Charlie. Saya permisi!"
Tomy memposisikan tangan kanannya menjadi hormat pada Charlie, setelah mendapat balasan hormat dari ketuanya, pria berambut pirang itu segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Chief Charlie.
***
Garrison bangkit dari duduknya kala matanya menangkap sebuah mobil asing yang baru tiba kini sudah terparkir sempurna di depan kantor.
Pria bermata biru itu segera beranjak ke luar, kemudian senyuman tipis terpasang di wajah tampannya tatkala melihat seorang pria berseragam lengkap yang sama dengannya juga ikut memberikan selengkung senyuman.
"Anda pasti polisi baru itu, benarkan?"
Tanya Garrison sembari memandangi pria tadi yang mulai mendekat padanya.
Pria itu hanya mengangguk, membuat Garrison langsung mengulurkan tangannya ingin bersalaman, "Selamat bergabung, nama saya Garrison James, ketua dari semua anggota di kantor ini."
"Tomy Doveri. Ehm, Garrison, bisakah kita bicara tidak dengan nada formal?"
Garrison melepas jabatan tangannya kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf, tapi anda kelihatan lebih tua dari saya makanya-..."
"Tua?," Tomy memajukan tubuhnya lebih mendekat ke Garrison, lalu memposisikan mulutnya dekat dengan telinga Garrison, "asal kau tau saja, kita seumuran, yah...meskipun aku sedikit lebih tua darimu, tapi meskipun begitu banyak wanita yang mengincarku di luar sana."
Garrison tergelak, "Ehm baiklah, jadi anda---maksudku kau seperti yang diberitahukan pak Charlie padaku tadi, kau seorang perakit bom dan pencipta kendaraan-kendaraan besar seperti tank benar begitu?"
Tomy mengangguk, "Ya, begitulah. Baiklah katakan padaku, apa aku harus memanggilmu ketua Garrison, atau-..."
"Garrison saja cukup. Ayo, aku akan memperkenalkanmu pada yang lain. Selamat bergabung Tomy."
Ucap Garrison sambil merangkul Tomy, membawa pria bermata coklat itu ke dalam kantor.
•••
"Semuanya perkenalkan anggota kepolisian baru yang hari ini sah bergabung bersama kita, Tomy Doveri."
Semua bertepuk tangan riuh kala Garrison memperkenalkan Tomy di depan para anggota kepolisian lain yang sengaja Garrison kumpulkan.
Terlihat Tomy tersenyum tipis sembari memandang seluruh anggota kepolisian yang sebentar lagi akan menjadi temannya itu, pria tersebut berdeham saat keadaan menjadi hening ketika para anggota polisi usai bertepuk tangan.
"Halo semua, seperti yang sudah dikatakan Garrison tadi, nama lengkapku Tomy Doveri, kuharap kalian membantuku."
Jelas Tomy yang langsung dibalas salam hormat oleh semua anggota kepolisian yang berkumpul padanya, membuatnya mau tak mau juga memposisikan tangannya menjadi hormat.
"Baiklah, sudah cukup perkenalannya. Tomy, kau bisa langsung berkeliling kantor untuk memeriksa setiap sel di kantor ini, hari ini kau sudah bisa menjalani tugas barumu sebagai polisi. Kalian semua kembali pada aktivitas kalian semula!"
Tegas Garrison yang langsung disambut teriakan 'siap' oleh semua anggota kepolisian di situ kecuali Tomy.
"Baik Garrison, aku akan berkeliling dulu."
Tomy berujar setelah melihat semua anggota kepolisian bubar dan kembali pada tempat mereka semula.
Pria bermata biru yang ada di hadapan Tomy itu hanya mengangguk dan membuat Tomy segera beranjak mengelilingi isi kantor polisi itu.
°•°
"Max, ayo katakan pada kami, apa alasanmu kabur dari penjara, heh? Apa kau tak betah atau terusik oleh kelakuan kami?"
Tanya Robbert yang dari kemarin masih penasaran alasan Max kabur dari penjara.
Max, Hans, Chris, dan juga Robbert saat ini sedang duduk membentuk lingkaran, sekedar mengobrol. Karena mereka menganggap tak ada yang bisa mereka lakukan lagi setelah selesai menghabiskan makanan mereka, makanya mereka memutuskan untuk mengobrol bersama Max, sekaligus ingin tau lebih dalam tentang kehidupan pemuda bermata hazel itu.
"Aku...hanya tak suka berada di dalam penjara, hanya itu."
Jawab Max asal, membuat ketiga temannya mengernyit kebingungan.
"Meskipun ada kami?"
Kali ini Hans yang bertanya, dan hanya dibalas Max dengan anggukan.
"Max?! Apa kau sadar?! Jadi kau tak suka pada kami?! Kau tega sekali Max!"
Ujar Chris dengan nada suara tinggi, membuat Robbert langsung menjitak jidat pria blonde tersebut.
"Pelan-pelan bodoh! Max, aku masih tak percaya alasan kau kabur hanya gara-gara itu. Oke, aku tau jika tak ada seorangpun yang ingin masuk penjara di dunia ini, kecuali si tolol Chris ini, tapi rasanya kau menyembunyikan sesuatu dari kami. Dan lagi, kami juga belum tau siapa yang ikut membantumu dalam pelarian waktu itu?"
Max menghela nafas mendengar penuturan Robbert, dia memang berbohong jika itu alasannya kabur, tapi apa teman-temannya ini bisa dipercaya untuk memberitahu alasan yang sebenarnya atau tidak?
Max berdeham, "Aku-..."
"Max, ceritakanlah yang sebenarnya pada kami. Kau tak percaya pada kami?"
Tanya Hans sambil menatap Max lekat-lekat, sedangkan yang ditatap kini mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak berani bertemu pandang dengan teman-temannya.
"Robbert, Chris, Hans, sebenarnya aku kabur dari penjara karena ingin menyelesaikan urusanku dengan kekasihku, karena dia yang menjebloskanku dalam penjara waktu itu."
Robbert, Chris, dan Hans sukses melongo mendengar ucapan Max barusan, ketiganya tiba-tiba tak bisa berkata-kata seketika membuat Max menghela nafas panjang.
"Dan yang menolongku kabur waktu itu adalah Gabriella, anak dari chief di sini."
"APA?!!!KAU SERIUS MAX?!"
Teriak Robbert, Chris, dan Hans dengan kencang tepat di hadapan wajah Max, membuat Max refleks menutup kedua telinganya.
"Bisakah kalian jangan berteriak di depanku?! Diamlah, nanti ada yang mendengar."
Max menurunkan tangannya yang menutupi telinganya, laki-laki itu menghela nafas berat ketika dilihatnya ketiga temannya serentak membungkam mulut mereka dengan telapak tangan masing-masing.
Max berpikir, memang tak seharusnya dia memberitahu tentang hal ini, karena dirinya sudah bisa menebak apa reaksi yang diberikan oleh ketiga temannya itu.
Dan, tebakannya benar!
Memang, Max mesti menambah kesabaran ekstra untuk dirinya.
"Lanjutkanlah Max."
Bisik Chris sembari mengedarkan pandangannya, berjaga-jaga jika ada petugas yang lewat.
"Kalian ingat perempuan berambut blonde yang datang bersama Garrison, kepala petugas di kantor ini, waktu itu 'kan? Dialah Gabriella, awalnya aku juga tak tau jika dia anak dari pemilik kantor polisi ini, saat itu kalian ingat? Dia menyuruh petugas mengeluarkanku karena dia ingin bicara padaku 'kan? Waktu itulah dia menawarkanku untuk kabur, kebetulan aku pernah menolongnya dari para preman dulu, Gabriella bilang dia ingin membalas kebaikanku dengan membawaku kabur dari sini."
Robbert terlihat manggut-manggut, sedangkan Chris tampak menggaruk kepalanya yang tak gatal, lain lagi dengan Hans, pemuda berambut coklat keemasan itu menaikkan sebelah alisnya kala mendengar penjelasan Max barusan.
"Jadi, saat kabur kau tinggal bersama Gabriella itu?"
Tanya Hans membuat Max refleks mengangguk, membuat Chris dan Robbert mengalihkan pandangannya ke Max lagi.
"Lalu, apa ayah Gabriella tau jika kau tinggal bersama putrinya? Bagaimana reaksinya?!"
"Tentu saja ayahnya tidak tau Chris, Gabriella tinggal terpisah dari ayahnya. Jika dia tau, mana mungkin aku baru ditemukan kemarin?"
Chris mengelus-ngelus dagunya, "Jadi katakan pada kami, apa saja yang kalian lakukan berdua saat tinggal bersama? Apa kau meniduri Gabriella yang cantik itu? Lalu, apa kau menghamilinya?"
Hans kali ini menambah jitakan di jidat Chris dengan keras, membuat pria blonde itu memekik tertahan, "Kau memang idiot! Sebaiknya kau jangan bertanya!"
"Apa salahku?"
Chris merengek sembari memajukan bibirnya, namun hal itu tak diperdulikan oleh teman-temannya karena mereka kini fokus hanya pada Max.
"Max aku masih tak mengerti kenapa kekasihmu bisa menjebloskanmu ke sini? Apa masalah diantara kalian? Dan lagi jika kau memang dibawa kabur oleh putri Chief itu, kenapa kau kembali lagi ke sini?"
Tanya Robbert dan langsung mendapat respon persetujuan dari Hans dengan pria itu yang menjentikkan jarinya.
"Masalahnya adalah-..."
"Kalian sedang apa? Kalian tak merencanakan untuk kabur 'kan?!"
Suara baritone yang bukan berasal dari Max, Hans, Chris maupun Robbert berhasil membuat keempat pria itu menoleh ke sumber suara dan mendapati pria bermata coklat tengah berdiri di depan sel mereka.
Max terpaku menatap pria di hadapannya sekarang, matanya tak berkedip, pria itu tak asing baginya, "Paman?!"
Tbc...
Max ada paman?!
Kira-kira ada yang bisa nebak nggak pamannya siapa?
Part depan aku akan bahas lagi mengenai konflik Max yang masih kecil sama ayahnya itu, masih pada ingat nggak?
Iya aku tau itu udah di chapter yang lama-lama-lama tapi blm dilanjut-lanjutin:3 kalian juga penasaran donk kan pas waktu itu ayah Max, Simon, mau ngebunuh Max lalu Max kecil teriak ehh Max besar malah kebangun dari mimpi :v (inibahasanyaribetyak)
Pokoknya aku emang udah mikirin ini dari awal kalo penjelasan ttg kehidupan Max kecil akan kmbli dibahas pas pamannya muncul, karena ada hubungannya gitu deh:v
Yaudah ah kepanjangan ya?
Leave vomment ?
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top