-15⚡-

Kaira menyadari kalau seharian ini ia sama sekali tidak bisa fokus mengikuti pelajaran di kelasnya. Selain terus mengantuk karena begadang mengerjakan tugas, ia juga tidak sabar untuk menemui Jairo dan mengomelinya. Jangan salah, tetapi rasa marah dan dongkol gadis itu tidak hilang begitu saja.
Beruntungnya, tidak ada sesuatu seperti ulangan atau pun post test dadakan. Ada dua mata pelajaran yang gurunya berhalangan hadir, sementara sisanya diisi dengan penjelasan materi dan tugas untuk dikerjakan di rumah.

Kaira, Julia, Shaun, Jake, dan Serhan berjalan ke arah lapangan parkir di depan gedung sekolah. Shaun memang biasanya pulang bersama Julia karena tempat tinggal mereka berada di satu kompleks perumahan. Jake membawa motor sendiri. Sementara Kaira berniat meneruskan perjalanannya untuk mencari taksi yang akan digunakannya ke rumah sakit.

"Gue duluan, ya," ucap Kaira dengan mata yang melihat jam tangannya.

Sebelum Kaira berjalan pergi, Serhan buru-buru membuka suara. "Bareng gue aja," katanya sambil memakai helm, lalu mengeluarkan motornya.

"Arah rumah lo sama rumah sakit 'kan beda, Ser."

"Mau sekalian ke rumah Om gue di deket sana."

Tanpa berkata, Kaira langsung naik ke boncengan Serhan. Kemudian mereka melaju bersama dan tiga motor itu berpisah di depan pagar sekolah.

Selama perjalanan Kaira tidak banyak berbicara. Sebab mengantuk juga tengah berharap saat ia sampai nanti Jairo tidak sedang tidur sehingga ia bisa mengomeli cowok itu. Saking asiknya melamun, ia sampai tidak sadar kalau Serhan sudah memberhentikan motor di parkiran samping gedung rumah sakit. Kaira pun langsung turun.

Saat menyadari gerakan Serhan yang juga akan turun dari motor, Kaira menatapnya penuh tanya. "Ikut juga?"

Serhan menggeleng. "Nganter doang."

"Nganter gue ke dalam?"

Serhan mengangguk.

Pun Kaira langsung mengangkat dua tangan, mencegah lelaki itu. "Eh, eh! Please, deh, Ser. Lo kira gue lupa ruangannya?" gadis itu memutar mata.

"Yakin gak tersesat lo?"

"Emang lo anggap gue apa?" tukas Kaira kesal.

"Gu–"

Kaira mengangkat sebelah tangan. "Gue masuk, ya, Bye."

Dan dengan begitu Kaira berjalan pergi. Menyisakan Serhan yang menatap punggung Kaira dengan helaan napas. Padahal dalam hati ingin sekali menjawab pertanyaan ambigu perempuan itu.

Selang beberapa menit, Kaira sudah berdiri di depan ruang rawat inap Jairo. Memilih membuka pintu sedikit dan melongokkan kepalanya–masih trauma dengan kejadi dua hari lalu. Serta tidak ingin keadaan canggung kembali membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa selain pergi dari ruangan itu. Masih mending waktu itu dia bersama yang lainnya, berbeda dengan sekarang di mana ia hanya seorang diri.

Setelah memastikan tidak ada seorang pun di setiap sudut kamar, Kaira masuk ke dalam. Tiba-tiba merasa kesal sendiri kala menyaksikan Jairo yang sedang tertidur pulas. Memerhatikan wajah tenang cowok itu seketika membuat perasaan Kaira jadi terenyuh.

Gadis itu menduduki kursi di sisi ranjang Jairo. Matanya sama sekali tidak beralih darinya. Memerhatikan bagaimana cara cowok itu bernapas dengan teratur dalam tidurnya. Tahu-tahu ia sudah memikirkan malam di saat Jairo kecelakaan. Kepalanya memutar berbagai adegan tabrakan yang mungkin saja dialami Jairo dan mendadak lututnya langsung lemas. Tidak sanggup jika apa yang otak kecilnya gambarkan benar-benar terjadi.

Kaira menggeleng kasar. Melenyapkan semua bayangan yang ia harap tidak akan pernah terjadi itu. Getaran dari saku Kaira membuat fokus gadis itu akhirnya benar-benar teralihkan.

Tante Neira

|Sayang, kamu nemenin Jairo bentar, ya.
|Tadi tante pulang duluan soalnya mau packing barang2 Papa Jairo karna nanti malam harus terbang ke luar kota. Nanti sore baru Tante ke sana lagi. Kata Dokter Jiro udah bisa pulang, jadi nanti bareng aja ya. Makasih, Sayangg

Iya Tanteee❤️

"Hadeh, kenapa sih tiap gue dateng anaknya tidur mulu," keluh Kaira.

Ia meninggalkan tas sekolah di kursi yang tadi didudukinya, Kaira memutuskan berjalan ke sisi ruangan. Gadis dengan seragam putih abu itu membuang napas lega saat tubuhnya menyentuh permukaan sofa yang lembut nan empuk.
Mengundang mulutnya terbuka lebar.

Menggulir layar pada ponsel menjadi kegiatannya sekarang selagi menahan agar matanya yang sesekali mau terkatup itu tidak benar-benar tertutup. Sayang usahanya sia-sia karena di lima detik setelahnya napasnya menjadi seteratur Jairo, dengan ponsel yang tergeletak di dadanya.

🌍

Jairo menutup mulutnya yang menguap dengan tangan kanan. Lalu matanya mulai terbuka. Menelik ke segala sisi ruangan dan mendapati Kaira yang tertidur di sofa dengan masih memakai seragam putih abu yang mulai kusut. Cowok itu pun turun dari tempat tidur. Sambil membawa tiang infus, ia menghampiri Kaira.

Berdiri menjulang di samping gadis itu, Jairo menggelengkan kepalanya. "Mau jengukin orang sakit apa mau numpang tidur, sih," cibirnya, walaupun begitu ia berkata dengan suara pelan karena tak ingin membangunkan sahabatnya itu.

"Dari cara tidurnya, pasti semalem begadang ngerjain tugas. Nunda mulu, sih," omelnya yang sudah hapal dengan kelakukan Kaira. Ia melirik ke bagian bawah tubuh gadis itu, di mana rok Kaira yang tersingkap sehingga memperlihatkan sedikit pahanya.

Jairo memperhatikan sekitarnya untuk mencari kain coklat yang dipakai Mamanya saat beberapa hari menginap di sini. Dan menemukan benda itu di bagian lain sofa. Pun ia mengambilnya dan menutupi kaki Kaira.

Mata Jairo beralih pada ponsel Kaira yang tergelatak di lantai, lantas menarik napas dan memungutnya. Layarnya menyala dan menunjukkan ada pesan masuk dari Serhan dan Hessan. Cowok itu yang memang mengetahui password ponsel Kaira langsung membukanya.

Serhan
|Ra, gue masih di rumah Om gue.
|Jadi kalo udah mau pulang chat ae biar sekalian gue anterin

Ser, ini gue Jiro
Kaira lagi molor
Gue pulang hari ini jadi keknya dia nanti bareng gue aja

|Oh bagus deh


Kak Esa
|Yaudah nanti dibantuin
|Jam 7-an gitu baru ka esa ke rumah

Jairo menaikkan sebelah alisnya membaca percakapan terakhir Kaira dan Hessan. "Wah, parah, nih, Kaira."

Ia melirik sebentar pada gadis itu yang masih tertidur dan berdecak gemas. Bisa-bisanya Hessan sudah sedekat itu dengan Kaira sampai-sampai mau membantunya dengan datang ke rumah di malam hari. Dan Kaira sama sekali tidak menceritakan apa pun soal hubungannya dengan kakak kelas mereka pada Jairo. Lihat saja nanti. Kaira memang harus segera diinterogasi. Pikir Jairo.

🌍

Annyeong!
Cuman mo bilang kalo hari ini hari sabtu🤝
Jan lupa vomment!😘
zypherdust💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top