Chapter 26

Zac berlutut di samping peti mati tempat Alsou dibaringkan. Semenjak kepulangan mereka dari rumah sakit, tidak ada sedetik pun pemuda itu menjauhkan dirinya, ia tidak ingin melepaskan genggamannya dan terus berdoa agar dewa bersedia memberikan kehidupan kembali untuk Alsou.

Pemuda itu sudah tidak mampu lagi memperlihatkan air matanya, cukup baginya untuk terlihat lemah sebagai seorang laki-laki. Sekarang, ia harus mampu menerima apa yang telah terjadi.

Para anggota keluarga Zac dan Alsou pun sudah berkumpul di rumah pemuda itu. Rika menyentuh pundak adiknya, sekadar untuk menguatkan hati Zac. Ia paham sekali bahwa siapa pun telah merasakan kesedihan akibat kepergian Alsou, terutama Audrey, Iwayana, dan Aiko.

Tidak akan ada yang tahu mengenai kematian, tetapi selalu ada keajaiban jika dewa menginginkannya.

Rika memandang jenazah Alsou yang tampak tenang dengan tubuh manusianya.

"Seharusnya tidak akan seperti ini jika aku tidak membawanya pulang ke Kyoto. Ini kesalahanku," kata Zac, sambil mencium punggung tangan Alsou.

Audrey yang melihat pemandangan tersebut tampak gusar dan kembali merasa bersalah sehingga diam-diam ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah Zac. Tidak ada yang mengetahui kepergian pemuda itu kecuali, Aiko. Terburu-buru Aiko mengejar kakaknya.

"Audrey! Kau ingin pergi?" tanyanya di balik punggung Audrey ketika ia berhasil mengejar pemuda tersebut.

Menghentikan langkah, mata Audrey menatap ke arah kuil Genkoan. Sebuah kuil yang pernah menjadi tempat tinggalnya ketika sempat melarikan diri dari Tendo dan di sanalah dewa kematian melindunginya.

"Aku ingin pergi ke kuil." Audrey memutar tubuhnya menatap dan tersenyum ke arah Aiko. "Dewa akan mendengarkan doa dari semua makhluk, 'kan?"

Aiko mengangguk. "Izinkan aku untuk ikut denganmu, Kakak."

Angin sisa musim dingin menerpa kulit mereka, tetapi hawa dingin tidak mereka rasakan. Hal yang membuat mereka berpikir bahwa dewa telah bersama dan melindungi setiap makhluk. Terutama bagi makhluk yang rela berkorban demi keluarganya.

Alsou melakukan hal demikian dan seluruh keluarganya yakin, jika mereka berdoa dan memohon pada dewa kematian untuk kehidupan Alsou maka hal itu mungkin saja akan terjadi, sebab dewa kematian merupakan tuan dari setiap makhluk Nekomata.

Setiap Nekomata memiliki sihir untuk menghidupkan makhluk yang telah meninggal, tetapi bukan itu yang mereka inginkan. Audrey dan Aiko menginginkan kehidupan yang sesungguhnya untuk Alsou.

Di kuil Genkoan, Audrey dan Aiko menyalakan dupa lalu saling berdoa dalam diam. Memohon kepada dewa agar memberikan hal terbaik untuk Alsou dan keluarganya, memohon kekuatan jika kematian gadis itu adalah sebuah takdir.

Semua makhluk memang egois karena di dalam doa yang mereka panjatkan mereka selalu meminta hal yang baik bahkan jika kebaikan tersebut merupakan hal yang mungkin saja bisa berdampak buruk di lain waktu. Aiko meneteskan air mata ketika memohon sebuah kehidupan untuk saudara kembarnya dan Audrey mengetahui hal itu.

"Dewa akan memberikan yang terbaik untuk kita." Audrey menyudahi doanya dan menunggu keputusan dari dewa kematian.

Aiko menghapus air matanya dan mengangguk. Ia menatap ke arah jendela kebijaksanaan, sebuah jendela yang memiliki arti baik dan perasaan tenang jika melihat ke luar kuil.

"Kita harus kembali, sebelum Alsou di kremasi." Aiko mulai merasakan bahwa air matanya akan kembali jatuh, tetapi sekaut tenaga ia mencoba untuk menahannya.

Tidak ada kesedihan berlarut dan seharusnya ia percaya dengan keajaiban yang mungkin saja diberikan oleh dewa kematian.

***

Dia masih di samping jenazah Alsou, belum berganti pakaian dan masih meratapi kesedihannya. Dalam hati ia selalu berdoa, meminta keajaiban dari para dewa. Zac tidak sanggup menerima kenyataan bahwa sebentar lagi Alsou akan menjalani proses kremasi.

"Ganti pakaianmu, Nak." Laura menyentuh punggung Zac dengan hangat. "Kuatkan dirimu agar Alsou merasa tenang di alam sana. Berdoalah agar kalian akan dipertemukan lagi pada kehidupan selanjutnya."

Zac menoleh ke arah Laura dan langsung memeluk wanita itu dengan sangat erat. "Maafkan aku karena telah menjadi lelaki lemah yang gagal menjaga seseorang yang sangat berharga baginya."

Laura mengusap punggung Zac, sambil menatap ke arah Iwayana yang hanya diam mematung, duduk dan hanya memandang ke arah peti mati putrinya.

Maafkan aku, Iwayana san.

Zac melepaskan pelukan Laura dan dengan berat hati pergi meninggalakan Alsou untuk berganti pakaian. Proses kremasi harus segera dilakukan agar roh Alsou akan merasa tenang di alam sana.

***

Sudah hampir satu jam lebih Alsou merasakan kehampaan dalam dirinya. Ia tidak bisa menggerakan tubuhnya, bahkan untuk sekadar membuka mata pun dia tidak mampu. Indra pendengarannya berkali-kali mendengar tangisan dan doa dari orang-orang terdekatnya.

Dewa kematian sedang berdiri di sisinya, tanpa menoleh atau mengeluarkan sepatah kata untuknya sebagai ucapan selamat datang karena telah kembali kepada tuan yang sesungguhnya.

Gadis itu ingin berbicara mengenai kejanggalan ini, tetapi bibirnya tak mampu berucap. Ia tahu bahwa dirinya telah meninggal dunia. Namun, mengapa dia masih merasakan kehangatan dan perasaan Zac di sisinya. Ini sungguh aneh bagi Alsou.

"Kau akan kembali ke dunia itu sebagai makhluk lain, Alsou." Perlahan, dewa kematian tampak menghilang dari pandangan Alsou dan gadis itu mencoba berteriak memanggil tuannya. "Kau bukan peliharaanku lagi karena telah menyerahkan kehidupanmu kepada orang lain."

Alsou meronta, memanggil dewa kematian yang merupakan tuannya. Namun, seketika teriakan berubah menjadi teriakan histeris karena ia merasakan sesuatu yang bergerak cepat di dalam tubuhnya.

Perasaan panas dan terkadang hangat merasuk ke dalam tubuhnya, bahkan ia bisa merasakan sesuatu yang bergetar seakan memberikan kehidupan dalam perasaan kosong yang Alsou rasakan sebelumnya. Cahaya terang memaksa masuk ke dalam indra penglihatan dan hal tersebut begitu menyilaukan bagi Alsou.

"Sakit sekali," bisik Alsou meringis, ketika cahaya tersebut berhasil masuk ke dalam matanya dan perasaan sakit di bagian dada kembali ia rasakan.

Perlahan Alsou membuka matanya. Aroma mawar putih menyeruak masuk ke dalam hidungnya, ia mengangkat sedikit kepala, melihat dirinya sedang mengenakan pakaian kimono yang sangat cantik. Wajahnya tampak kebingungan dengan apa yang dia lihat setelah mengalami mimpi aneh.

"Alsou," panggil Aiko, "kau kembali?! Apakah ini nyata?!" Aiko memeluk tubuh Alsou dengan sangat erat hingga membuat gadis itu meringis kesakitan akibat luka tusuk yang belum mengering.

"Aiko." Alsou tersenyum melihat saudara kembarnya tampak sehat. Namun, satu hal yang membuatnya bingung, yaitu mengapa ia berada di dalam peti mati dan semua orang mengenakan pakaian hitam. Bahkan seluruh anggota keluarganya. "Apa yang terjadi? Apa kalian pikir aku telah mati?" tanya Alsou.

"Dewa kematian telah mengabulkan doa kita dengan memberikan sebuah kehidupan lagi untukmu, Alsou." Audrey memeluk tubuh Alsou, ia bahkan hampir meneteskan air mata bahagianya.

Gadis itu tersenyum dan sambil menahan rasa sakit membalas pelukan dari kakak, ibu, dan anggota keluarga Zac. Namun, hingga saat ini ia tidak melihat sosok pemuda yang kehangatannya masih ia rasakan bahkan ketika dia berada di ambang kekosongan.

"Tunggu, aku akan menyembuhkan lukaku dulu. Ini ... sangat menyakitkan." Alsou menggerakkan tangan seakan membentuk nasi kepal berusaha mengeluarkan sihir untuk menyembuhkan lukanya, tetapi beberapa kali ia mencoba serbuk biru tidak terlihat sama sekali.

Iwayana menahan tangan putri bungsunya, paham bahwa Alsou bukanlah seorang Nekomata lagi. Dewa kematian telah memberikan kesempatan untuk hidup dengan menghilangkan sisi Nekomatanya. "Kau sudah bukan seorang Nekomata lagi, Alsou." Iwayana mengeluarkan serbuk berwarna putih dan mengarahkannya pada luka putrinya.

"Kau adalah seorang manusia sekarang. Dewa kematian memberimu kehidupan sebagai balasan dan doa dari orang-orang terdekatmu."

"Ibu ...." Alsou menangis dan memeluk Iwayana.

"Tidak apa-apa, kau tetap bagian dari kami. Aku bangga padamu. Sekarang temui Zac, seseorang yang terus-menerus berada di sampingmu."

Alsou tersenyum menatap ibunya lalu secara bergantian menatap Audrey, Aiko, Rika, dan kedua orang tua Zac. Merekalah yang diam-diam meminta keajaiban dari para dewa dan hal tersebut membuat para dewa bersedia memberikan kesempatan untuk hidup kembali.

Audrey membantu Alsou keluar dari peti matinya dan dengan perlahan ia melangkah menuju kamar Zac. Dari jauh dia bisa mendengar sayup-sayup isak tangis Zac, Alsou tertawa kecil karena sudah lama tidak menjahili pemuda tersebut hingga membuat wajahnya merona.

Alsou berdiri di depan pintu lalu dengan langkah penuh hati-hati ia mendekati Zac. Memeluk pemuda itu dari belakang, Alsou berbisik, "Mau sampai kapan meratapi kesedihanmu, Zac? Apa Zac ingat bahwa aku telah berjanji tidak akan meninggalkan Zac." Gadis itu mencium pipi Zac dan mempererat pelukannya.

"Alsou! Ini sungguhan?!" Zac tampak terkejut dengan apa yang ia dengar, rasakan dan dia lihat.

Alsou duduk di belakangya, tampak tertawa kecil setelah melihat ekspresi Zac. "Zac, aku merindukanmu. Terima kasih karena selalu di sisiku bahkan ketika aku mengalami perasaan hampa."

Zac meneteskan air mata haru akibat terlalu bahagia. "Terima kasih banyak karena kau kembali. Aku ... tidak bisa sendirian, aku ... mencintaimu. Alsou aku tidak akan pernah pergi dan kau tahu itu."

Terima kasih dewa, Kau telah mengabulkan doa dan menerima keegoisanku untuk meminta kembali sebuah kehidupan. Aku berjanji akan menjaganya.

"Boleh aku mencium Zac seperti yang si Pirang lakukan pada Zac?" Tiba-tiba Alsou menarik pelukannya dan menatap Zac secara intens.

Wajah pemuda itu memerah lagi bahkan lebih merah dari biasanya. Alsou tertawa kecil lalu menarik tubuh Zac agar mendekat padanya.

"Ini adalah yang terakhir aku meminta hal demikian kepada Zac."

______________
TAMAT

Terima kasih karena sudah mengikuti cerita Alsou hingga tamat, ya 😊😊 semoga kalian senang dengan endingnya dan semoga kalian terhibur dengan cerita ini.

Jika tidak keberatan aku pengen tau kesan kalian setelah membaca cerita ini. Dan jika berkenan kalian boleh mampir ke tulisan aku selanjutnya yang berjudul Eight Twenty One, ini bukan cerita fantasi, melainkan cerita chicklit dan mungkin akan menjurus ke drama komedi.

Terima kasih banyak kepada Gaani yang jadi pembaca pertama cerita ini dari yang belum ada pembacanya hingga sampai sebanyak sekarang, serta mau berbagi masukan dari beberapa part cerita ini.

Terima kasih banyak kepada para pembaca setiaku yang ngikutin certa ini hingga tamat, bahkan mau berbagi vote dan komen serta masukin ini cerita ke reading lis. Aku senang banget dapat tanggapan dari kalian.

Dan tidak lupa untuk para sider, terima kasih banyak karena mau menyempatkan waktu untuk baca tulisanku.

Anjay ane malah baper dan terharu karena ini bener-bener pencapaian luar biasa, cerita ane bisa masuk rank 20-an dan hal ini tidak akan terjadi tanpa partisipasi kalian.

Aku sayang kalian. Sampai ketemu lagi. 😘😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top