ACT I: CHAPTER 12

[be wise: violence, fight, disturbing content.]

Taehyung produktif meloloskan amarah. Dalam sanubari sudah terjadi friksi hingga rasanya panas mendetonasi.

Tololnya seorang Jung Taehyung adalah ia tidak memikirkan perkara sekuriti yang akan merekognisi netra hazel Jiya yang unik dan atraktif hingga finalnya melakukan hal sesinting itu pada si dayita. Selain itu, lagipula mengapa bisa-bisanya Taehyung menjamah Jiya di tempat publik? Bukan perkara ia mabuk heroin, tetapi memang wilangon yang terlampau mendetonasi dengan alibi mengedukasi Jiya agar lebih berani. Selain itu, Taehyung terlampau sudah biasa melakukan hal itu di tempat publik. Iya, memang sinting.

Taehyung baru saja sadar bahwa ia memancing predator lain untuk memakan Jiya.

Well, Jiya itu diferen dari perempuan lain. Jika Jiya bukanlah Jiya, melainkan perempuan lain, barangkali Baquero tidak akan melakukan itu. Tetapi, man, ini Jiya! Kenya feminin yang jadi incaran nyaris keseluruhan penghuni Saint Hallway.

Taehyung mutlak tolol. Imbesil. Bodoh.

Pelan-pelan tanpa menimbulkan bahana, Taehyung ambil kunci benzonya. Berikut menutup pintu kamar sepelan mungkin. Barangkali terlihat mirip seperti pencuri yang berusaha beraksi melindap-lindap. Tetapi memang itu dibutuhkan agar Jiya tidak terbangun lagi. Bisa-bisa intensi Taehyung untuk membalas Baquero gagal lagi jika perempuan inosen itu terbangun.

Sumpah, Taehyung tidak kapabel menahan amarah.

Siapa yang tidak suka perempuannya diberi aksi kasar begitu hingga menimbulkan jejak? Tidak ada. Bahkan sekelas Yoongi Fisher, penyuka kekerasan dalam aksi seksual, ia tidak pernah memerlakukan gadisnya secara barbarik. Agak aneh memang.

Memasuki area basement, Taehyung malah mendapatkan sumber interes lain. SUV mini dengan presensi pria bersurai pirang serta eksis sigaret di labiumnya. Secara otomatis Taehyung mendekati pria yang super familier di benak Taehyung itu. Tangan menelusup ke kantong jaket kulit dan mengambil sigaret stroberinya. Oh, harusnya itu jadi dosa lantaran Jiya membatasinya, sementara Taehyung sudah merokok siang tadi. Lagipula Jiya tidak lihat, kan?

"Kau tahu, tidak aman untuk menerobos masuk tempatmu lagi."

"Kenapa?"

"In case, kau dan Jiyaㅡ"

Taehyung terkekeh memahami. "Bercinta?"

Yoongi mengangkat satu alis seolah memberikan pembenaran. Sesuatu hal yang sangat realistis untuk ditebak sebab orang toksik kalau berpasangan begitu, kan? Apalagi Taehyung selalu tidak peduli tempat jika melakukan itu. Sudah dibilang, kan? Jangankan di pantry atau di ruang depan yang notabene masih berada dalam jangkauan privasi, di elevator Saint Hallway saat siang-siang juga pernah.

Meski awalnya Yoongi nyaris ingin mampus saat tahu bahwa finalnya Taehyung berhasil mendapatkan gadis inosen yang lucu. Hanya terpikirkan bagaimana tersiksanya Jiya menanggapi pria dominan seperti Taehyung yang suka lupa tempat untuk hal-hal sensitif seperti itu.

Pria Fischer itu memang kerap kali mengunjungi apartemen Taehyung. Kadangkala hanya sekedar mengobrol biasa atauㅡjika sedang gilaㅡkeduanya malah pesta alkohol. Pernah sekali mengunjungi tempat Taehyung, pria perfek itu sedang bermain dengan perempuan sewaan di ruang depan. Untung itu perempuan sewaan, Taehyung juga tidak peduli. Kalau itu Jiya, mungkin Yoongi akan babak belur karena otomatis Yoongi pasti melihat daksa polos Jiya. Jadi memang tidak aman lagi untuk sembarangan masuk ke apartemen Taehyung.

"Lalu tujuanmu ke sini?"

"Ada hal krusial yang ingin kuberitahu perkara Jungkook dan gadis milik Madam Barbara itu," balas Yoongi.

Perkara bantuan komunitas, sebetulnya hanya bantuan simpel, tetapi sangat membantu. Nampak seolah diam-diam saja sebetulnya, tetapi Yoongi dan person-personnya selalu mengamati hal-hal yang dianggap mencurigakan. Bahkan sampai ke tahap menyembunyikan kamera pengintai di sekitar asrama Jiya, jaga-jaga jika Jiya di asrama dan kenya itu dapat hal berbahaya.

Sisi-sisi iras Taehyung kempis, influensi menghisap sigaret. Lantas ada asap-asap bergumul di udara dengan aromatik stroberi yang menguar. "Kita bicarakan itu nanti."

"Memangnya sekarang kau akan pergi ke mana?"

"Membalas seseorang yang menyakiti Jiya."

Oh, bagus, Taehyung tersungut emosi lagi.

"Aku harus cepat sebelum Jiya bangun dan sadar bahwa aku pergi," tambah Taehyung. Ia berjalan hendak kembali ke benzonya. Menghisap sigaret kuat-kuat sebagai final, tak peduli jika sigaretnya masih banyak, dan langsung ia buang random.

"Oy! Really? Benzo?" Yoongi bersuara intens. "Gunakan mobil rongsokanku saja. In case ... secara mendadak kau ingin menabraknya dan mutlak tidak ingin repot-repot mengotori mobil kesayanganmu." Yoongi menjeda. Ia memukul minim mobilnya sendiri hanya sebagai tanda bahwa mobilnya masih terlihat kuat untuk menabrak person hingga mampus. "Aku akan membuang mobil ini, ngomong-ngomong. Dan sekedar informasi, tidak ada plat nomor. Jadi, ini juga membantumu untuk aman. Lagipula sudah lama aku tidak bertemu friksi."

Taehyung berhenti melangkah. Ia mengulas kurva sebagai respon atas invitasi itu. Yoongi memang gila. Mobil yang keadaannya masih cukup bagus selalu dianggap rongsokan. Sehingga tatkala ia merasa tidak butuh, ia akan melepas plat nomornya dan menggunakan mobilnya untuk hal-hal yang tidak bisa dicerna oleh pikiran. Tenang saja, kekayaan Yoongi melebihi Taehyungㅡkekayaan orangtuanya maksudnya.

Jadi tanpa ragu Taehyung memasuki mobil milik Yoongi. Walaupun Taehyung sendiri tidak yakin kalau ia memerlukan mobil untuk menabrak orang atau tidak.

"Sarung tangan. You need this." Yoongi beri sentens lain dan Taehyung menerima benda yang ditawarkan. Ia sempat lupa akan benda itu sebab terburu-buru, takut Jiya terbangun.

Jelas ini sebuah keuntungan. Bukannya meragukan abiliti diri sendiri, tetapi eksistensi Yoongi kapabel membantu Taehyung untuk mempermudah sirkumstansi. Misalnya menurunkan probabilitas Taehyung yang terkena memar bekas pergelutan jika situasi memburuk. Atau bisa saja si biadab Baquero ini malah dibantu sekuriti lain yang mutlak bisa menjatuhkan harapan Taehyung untuk menang.

"Tujuan?"

"Saint Hallway."

Keduanya mutlak menempuh bulevar menuju Saint Hallway. Tidak terlalu jauh sebetulnya. Tanpa kendaraan juga bisa cepat tibaㅡjika berlari. Taehyung lenggana membuang-buang waktu, mobil lebih baik. Serebrum sudah menciptakan alur terstruktur supaya bisa cepat-cepat menghabisi si biadab itu.

"Targetmu sekuriti Saint Hallway?"

Taehyung mengumbang minim sebagai jawaban.

Arkian nyenyat lagi hingga finalnya sampai di Saint Hallway. Yoongi terang-terangan mendekati gerbang. Seorang sekuriti, Mister John, nampak tertarik dengan itu hingga mendekati keduanya. Taehyung yang memberi komando itu sebab ia punya intuisi untuk mendekati Mister John, dalam artian menjadikan karib sekawan. Sementara Yoongi di belakang terdiam dengan tangan memegangi ponsel. Taehyung mutlak berbicara lebih dulu. "500 ribu won untuk informasi perkara Baquero dan akses untuk menghapus rekaman CCTV."

Ngomong-ngomong, baru-baru ini ada rumor bahwa Mister John suka diberi asupan duit dengan artian kasar disuap. Tipikal person yang susah diberi kepercayaan sebetulnya. Hingga semaja Taehyung juga tidak semudah itu memberi kepercayaan tanpa memberi ultimatum.

"Deal." Mister John menjeda. "Sayap kanan universiti, gedung fakultas teknik. Aku akan menghubungi sekuriti lain agar pergi dari situ."

Agaknya mudah untuk memengaruhi Mister John. Lagipula nyaris semua penghuni Saint Hallway tahu bahwa Taehyung super kaya. Meski ditinggalkan famili, uangnya masih tetap mengalir dari setiap sisi seolah bersumber langsung dari pusat keuangan. Mister John memercayai Taehyung tanpa harus merendahkan dan meminta validasi dengan diktum seperti: "Memangnya kau punya uang?" Semudah itu. Bahkan pria ini malah memberikan benefit lain dengan mengusir sekuriti lain. Mister John sepertinya paham akan intensi Taehyung.

"Sudah. Kau bisa langsung ke sana."

"Secure our identities," ucap Taehyung afirmatif dan tegas.

Yoongi menyela dan menunjukkan ponsel dengan layar memberi visualisasi video hasil rekaman. Sudah dibilang, Taehyung tidak sebodoh itu. Merekam aksi transaksi ini sangat dibutuhkan. "We record you, Mister. Jangan membelot."

"No problem. Aku pribadi punya dendam kesumat pada pria setengah Eropa itu."

Bagus kalau begitu, bukan?

Taehyung melangkahkan tungkai cepat menuju lokasi yang disebutkan. Yoongi mengekor di belakang seraya sesekali melihat ke belakang, bersikap was-was, siapa tahu Mister John melakukan desersi dan tiba-tiba membuat friksi dari belakang, kan? Tetapi untungnya Mister John malah kembali meringkuk di kursi pos setelah sebelumnya meneguk beberapa teguk kopi.

Paragon perfek itu berkeledar. Melirik kiri dan kanan barangkali ada sekuriti yang merekognisi. Taehyung tidak memakai penutup wajah. Ia ingin terang-terangan menunjukkan identitas pada si biadab Baquero. Semaja jikalau memakai masker pun Baquero akan tetap kapabel merekognisi Taehyung. Barangkali Baquero akan paham kenapa ia diserang tiba-tiba. Hal apalagi selain sebab Baquero yang sempat menyiksa kecil-kecilan seorang perempuan yang memiliki kekasih berandalan.

Belum mau memasuki lokasi yang dituju, Taehyung malah mengambil kartu akses dan memasuki ruangan khusus yang menyimpan ekuipmen edukasi mahasiswi, kertas atau alat tulis dan hal semacam itu. Mutlak membuat Yoongi mengernyit heran. Belum sempat bertanya, seolah paham Taehyung menguar vokal tiba-tiba. "Kau tahu sendiri aku suka berimprovisasi. Mendadak terpikirkan untuk ke sini terlebih dahulu. Aku ingin menunjukkan hal memorable di akhir."

"Oh, ya, kau selalu gila jika di lapangan. Apalagi sekarang ada kaitannya dengan gadismu."

Taehyung hanya menguar senyum. Di jihat lain, sebab mendengar vokabulari 'gadismu', Taehyung benar-benar ingin segera pulang dan menghirup aromatik kamomil Jiya lagi dengan tangan merengkuhi daksa kecil Jiya, kadang menyusup ke dalam, ke makotanya lembutnya.

Yoongi memainkan lidah di dalam mulut. Ia terkekeh kecil seraya berjalan melihat-lihat hingga fokusnya jatuh pada satu sisi. "Cutter. Perhaps I need it."

"Tidak perlu repot-repot, Yoon. Kau hanya perlu diam," balas Taehyung. Mengambil kertas besar beserta spidol dan solatip besar. Ekuipmen yang akan digunakan bukan untuk perkelahian, tetapi untuk pemanis. Telak menyimpan spidol dan kertas yang telah dilipat di kantong celana. Sementara solatipnya ia titipkan pada Yoongi.

"Jika sirkumstansinya memburuk, Man. Gadismu tidak akan senang jika kau pulang babak belur, kan?"

"Ya, dia akan menyiksaku." Tak senangnya Jiya adalah dengan memberikan iras marah yang jatuhnya malah lucu. Jujur itu menyiksa Taehyung. Salah satu pemicu fetis, ngomong-ngomong.

Predestinasi ada relief eksklusif. Kasar, hingga rasanya tidak menentu. Hal-hal yang diberi regulasi khusus kadangkala kacau. Eksampelnya seperti Jiya sebelumnya yang dapat tali masai, padahal tidak ada pemikiran seperti itu. Punya pilihan kedua untuk membantu pilihan pertama tatkala pilihan pertama gagal itu sangat dimestikan.

Sejemang Baquero perlina. Barangkali tidak berada di bagian ini. Taehyung mati-matian berkeledar kalau-kalau peringgi itu muncul mendadak. Sudah dibilang Park Baquero seolah invisibel. Taehyung lenggana seperti itu lagi. Satu inci mintakat mesti dijamah mata dan indera perasa.

Hingga momen selanjutnya, satu person muncul dari lorong sebelah kiri hendak menuju lorong kanan. Namun, barangkali menyadari ada person yang memata-matai, ia berhenti. Itu Baquero dengan uniform sekuriti dengan senjata penyetrum similar seperti pistol. Pria itu memublikasikan kurva tolol dengan gigi-gigi muncul. Berderap maju menuju Taehyung yang berdiri tenang dengan netra sudah sama seperti hawa inferno.

"Oh, sudah kuduga." Ia menjeda. Secara mendadak membuang senjatanya secara random. "Calm down, man. Senjata versus senjata, and you have nothing. Mesti kuberitahu, netra hazel gadismu sangat indah dan servisnya mulut kecilnya sangat memuasㅡ"

"Jahanam!"

Sudah cukup Taehyung menerima sensor sentens selamba nan kosong itu. Taehyung memulai friksi lebih dulu dengan manuver yang teregulasi dan kasar. Hidup memang keras, kan? Problematika semacam ini tidak bisa diberi final dengan diskusi atau hal semacam itu, Kekerasan memang eksis untuk beberapa alasan. Dan Taehyung memilih opsi kekerasan itu. Tak peduli jika dari segi tubuh mutlak kalah.

Eklips penuh seolah presens. Sirkumstansi aswad bagai dolerit. Katastrofe, siklon, mara, apapun yang menggila hadir, satupun tidak ada yang absen. Taehyung dan Baquero saling memberi manuver. Sementara di sisi tersembunyi, Yoongi fokus berkeledar sekaligus mencari-cari oportuniti untuk nanti finalnya bisa membantu memenangkan konstelasi. Ia sembunyi sebab Taehyung yang ingin. Yoongi muncul jika sirkumstansi memburuk. Bukan perkara Taehyung atau Yoongi pengecut dengan memilih dua versus satu di akhir. Namun, pria seperti Baquero memang laik untuk menerima hal semacam itu.

Sampai sekon selanjutnya, Taehyung terpojok hingga menabrak pintu elevator. Baquero beri manuver tinju keras. Tetapi Taehyung berhasil menghindar ke sisi kiri. Tinjuan itu mutlak menyentuh pintu elevator dan elevatornya, gila, sedikit rusak, besinya bengkok menjurus ke dalam. Kalakian Taehyung terkekeh sebab itu. "Is that it? Lemah." Taehyung bisa lebih dari itu, ngomong-ngomong.

"Oh, ya, betul. Orang lemah inilah yang telah membuat gadismu menjerit kesakitan."

"Bajingan!"

Dengan isi kepala yang penuh api, Taehyung lebih menggila. Oke, katakan saja jikalau sekelas Sylvester Stallone melihat aksi Taehyung sekarang, mungkin pria perfek itu akan masuk klub The Expendables. Taehyung akan memberi impresi keren sebab meski beberapa jam lalu pria itu sempat terinfluensi oleh heroin dan mutlak kekurangan tidur, Taehyung tak main-main perkara hal ini. Apapun perkara Jiya, Taehyung selalu serius.

Hal yang terbaik, Taehyung tidak terluka hingga detik ini. Sebaliknya, Baquero mengerang lebih keras. Taehyung kembali meninju area hidung peringgi itu hingga kembali fraktur dengan darah eksis banyak sekali. Ingat, kan? Sebelumnya Taehyung pernah merusaknya. Ia berikan manuver itu kuat-kuat hingga sendi jemari mengeluarkan rasa nyeri juga.

Taehyung is a poser, ingat?

Dia beri banyak masalah besar. Area friksi hingga beralih ke mana-mana. Hingga ke tahapan mendorong si keparat itu hingga ke bagian tembok dengan eksistensi kaca-kaca besar, membenturkan jemala pria itu hingga reflektor pecah. Persetan dengan keadaan kampus yang jadi kacau balau, Taehyung hanya ingin semuanya impas.

Well, jangan remehkan Taehyung jika sedang marah. Pria pecandu yang kadang kala nampak similar seperti zombie yang tidak disuguhi makanan ini dan mutlak lemas akan berubah jadi zombie yang beringas dan mematikan.

Lantas Taehyung menyadari satu hal, Baquero kadang kala kepayahan ketika berjalan. Beberapa kali ia melihat Baquero mengusap bagian pahanya seolah ada luka atau memang ada fraktur di sana. Sampai situasi berbalik, leher Taehyung mutlak tercekik dengan punggung berada pada ujung meja, ia gunakan kelemahan Baquero. Pertama menendang bagian privat orang itu dari bawah, kemudian kontinyu meninju kuat-kuat bagian yang jadi sasaran, paha. Baquero telak mengerang keras dan suaranya bergema.

Sialnya, disaat Baquero berlutut dan katakanlah Taehyung lengah selama beberapa sekon hanya karena refleks terbatuk karena habis dicekik kuat sebelumnya, Baquero menarik tungkai Taehyung hingga Taehyung terjerembap jatuh dengan daksa menabrak lantai keras-keras. Tetapi untungnya kepalanya tidak mencium lantai sebab ketika daksa jatuh, tangannya bersiaga menahan. Meski mau tak mau Taehyung mesti menahan sakit luar biasa pada tangannya, terutama bagian siku. Sayangnya Baquero, seolah belum puas, ia menyeret Taehyung menuju sebuah tempat, tempat di mana senjatanya tadi terjatuh, hendak menyetrum Taehyung.

Tetapi beruntung ... bagi Taehyung. Tahu fungsinya eksistensi Yoongi Fisher? Meski pria Fisher itu agak kecewa lantaran tidak turun langsung dalam pertarungan, setidaknya ia bisa mengambil benda prominen itu. Lagipula sebodoh itukah Baquero hingga membuang secara random benda yang bisa membuatnya menang?

Jadi, Baquero panik, melihat ke segala sisi, mencari senjatanya. Sampai ia melihat di sisi kiri, Yoongi tersenyum asimetris dengan jemari tengah berdiri pada udara seolah selebrasi kemenangan dan langsung menembak Baquero dengan setruman pengejut itu. Finalnya Baquero jatuh mengejang, tetapi kesadarannya masih ada sedikit. Mau tak mau Taehyung mengakhiri permainan dengan memukul Baquero keras hingga kesadaran pria itu lenyap. Oh, atau tidak juga, terakhir Taehyung menendang habis-habisan pusat tubuh Baquero. Jika Taehyung seorang psikopat, mungkin ia juga tak akan ragu untuk memotong benda pria biadab ini.

"Semudah itu?" tanya Yoongi. Taehyung mengangkat bahu dengan kurva muncul di labium.

Selanjutnya, Taehyung malah memperhatikan Baquero tatkala Yoongi malah sibuk memerhatikan alat pengejut mirip senjata api ituㅡmungkin tertarik untuk dicuri. Taehyung fokus pada Baquero, bukan wajahnya atau keadaannya, tetapi sebuah benda yang tergulung, yakni tali. Taehyung tidak tahu guna benda itu apa untuk sekuriti, tetapi memang Mister John juga terlihat membawa itu tadi. Ia mengambilnya dan mendadak terpikirkan sesuatu.

"Yoon, you know what I want," ucap Taehyung dengan netra bergantian menuju Yoongi, lantas menatap eksistensi pilar penyangga bangunan.

Taehyung suka berimprovisasi.

Jadi lantaran Yoongi paham, ia membawa tubuh besar Baquero ke sana. Sementara Yoongi menahan susah payah agar Baquero tidak jatuh, Taehyung mutlak menggunakan tali-tali itu untuk mengikat Baquero pada pilar itu. Setelah selesai dengan itu, Taehyung kontinyu dengan aksi lain. Ia mengambil kertas dan spidol yang tadi ia ambil, menuliskan sentens di sana, dan ia tempelkan kertasnya pada bagian depan tubuh Baquero dengan bantuan solatip besar di tiap sisi. Selain ingin memberi jejak pemanis yang bisa disimpan di memori, Taehyung ingin membuat pertunjukkan esok pagi.

Taehyung akui, membuat hidup-hidup Baquero bisa membuat problematika lain. Misalnya pria ini akan balas dendam di kemudian hari. Taehyung terlampau tidak bisa menahan emosi sehingga hampa rasanya jika Baquero tidak diberi ultimatum. Tetapi ia masih sadar, membunuh orang bukanlah privilese Taehyung. Taehyung berandalan, bukan pembunuh.

"Wow, sentens yang motivatif." Yoongi memberi komentar.

Aku pengecut tolol. Lucuti aku.

Motivatif sekali, kan?

"Para gay akan menyukainya," tambah Yoongi. Sekedar informasi, gay Saint Hallway sangat barbarik dan penuh spirit. Tak peduli jika ini universiti, mereka tetap bisa menyerang Baquero. Sudah dibilang, Saint Hallway segila itu. Entah sebenarnya universiti macam apa ini.

"What's now?" tanya Yoongi.

"Membuang evidens. Semua benda terkait dan bukti kamera pengintai." Taehyung melirik Yoongi. Pria itu kembali sibuk dengan alat senjata. "Jika suka ambil saja."

Yoongi mengangkat satu alis. "Memang akan kuambil."

Sebagai ending demi menghapus jejak yang detail, keduanya beralih ke tempat semula, menemui Mister John demi menuntun ke ruang kendali tanpa direkognis sekuriti lain. Taehyung memang sengaja memberikan jejak yakni eksistensi Baquero yang terang-terangan terlihat pada publik, tetapi orang-orang tidak akan tahu siapa pelakunya. Satu hal yang krusial hanya membuang evidens lain yang bisa membahayakan posisi Taehyung dan Yoongi. Lagipula di jihat lain ia ingin mengambil rekaman kamera pengintai tatkala Jiya disakiti Baqueroㅡtermasuk menghapusnya, itu bisa menjadi hal yang menguntungkan, seperti menyerahkannya pada polisi. Professor Schiller akan senang membantu bagian ini.

Berjalan bersamaan, Yoongi kembali buka suara, memecah sirkumstansi nyenyat yang mendominasi. "Jadi ini ... Jung Taehyung ketika jatuh cinta?"

Taehyung tidak menjawab, murni lebih memilih diam dengan senyum eksis semakin lebar. Seratus persen Yoongi pun tidak betul-betul butuh jawabannya. Maksudnya untuk apa Taehyung repot-repot membuang energi hingga membahayakan diri seperti ini? Jika Jiya bukan perempuan spesial, tentu Taehyung enggan melakukan ini. Dan bagi Taehyung, Jiya itu prominen, spesial, eminen, dan super berharga.

Ya, begini jika Taehyung jatuh cinta.

j e o p a r d i z e

Jiya dihantam oleh lamunan pribadi.

Terbangun sebab merasa bahwa ia mesti lepas ke bilik kecil, tetapi sejemang malah menatap sisi tilam dengan netra tidak berkedip. Melirik jam, jelas sekali angkanya menunjukkan pada waktu dini hari. Ia memiliki premis macam-macam perkara Taehyung yang tidak eksis di ruangan ini. Jiya tak senang dengan hal sepertiㅡTaehyung kabur untuk urusan membalas dendam pada Baquero.

Seberapa gila dan bodohnya pria itu?

Kenya itu belingsatan. Hendak meraih ponsel untuk menghubungi Taehyung, tetapi selayang pandang juga ia lihat ponsel Taehyung tergeletak di sisi lainㅡsimilar seperti Jiya, Taehyung suka tidak peduli dengan ponsel. Jadi Jiya makin belingsatan. Apalagi sebab ia ingin buang air kecil. Alhasil sejemang pergi ke bilik mandi.

Ini memang terkesan posesif dan protektif. Taehyung juga begitu pada Jiya, kan? Intuisi Jiya tidak salah. Maksudnya si kirana ini enggan membiarkan Taehyung makin tidak waras dengan sikap heroiknya. Terserah sebetulnya jika Taehyung punya pandangan ingin menyaingi Superman atau hero lainnya. Tetapi melihat realitas yang ada, Taehyung hanyalah Taehyung, berandalan yang candu pada medikamen ilegal yang sok-sokan jadi hero dan suka kepayahan jika berkelahi. Apalagi Baquero itu tubuhnya penuh otot, lebih daripada Jungkook Scheiffer atau lebih dari Taehyung sendiri. Hobi sekali membahayakan diri.

Sepersekian momen setelah selesai dengan bisnis personal, Jiya buru-buru keluar kamar. Dengan segenap hati yang super tak tenang, Jiya mendadak turbulensi. Mengubah kecepatan langkah. Ia berjalan pelan-pelan dengan iras eksentrik.

Taehyung eksis.

"Taehyung."

Jiya terlalu memunculkan pemikiran buruk sepertinya. Jung Taehyung masih eksis di tempat ini. Duduk di sofa ditemani oleh pria yang belum pernah dijumpai oleh Jiya sebelumnyaㅡtetapi Jiya punya asumsi kalau itu Yoongi Fischer, orang yang kadang kala namanya keluar dari mulut Taehyung. Kemungkinan besar Taehyung tidak pergi membalas Baquero, kan? Barangkali ia menghilang dari kamar sebab kedatangan tamu di dini hari.

"Aku pikir kau pergi," tambah Jiya.

Taehyung beri kurva manis. "I'm here, Mi Corazon."

A great liar.

Spot di samping Taehyung menjadi intensi Jiya. Hanya saja sejemang konstelasi berubah. Paragon perfek itu tanpa indikasi membawa Jiya duduk di sela-sela paha Taehyung. Kontinyu dengan lengan-lengan melingkar posesif.

Selalu saja begini. Spot duduk paling disukai oleh Taehyung. Tapi geli bagi Jiya. Taehyung sangat ekspert mengambil oportuniti, mutlak menjatuhkan saliva pada epidermis bahu dan pita Jiya dari belakang. Sesuatu hal yang mudah dilakukan oleh Taehyung sebab gaun tidur yang terbuka.

Oh, perkara gaun tidur. Meski diperjelas oleh Jiya bahwa biasanya ia memakai gaun tidur yang sangat tertutup seperti pakaian hantu wanita. Perempuan seperti Jiya mana kepikiran untuk membeli gaun tidur aneh sebatas dada hingga setengah paha seperti gaun pesta. Namun, akhir-akhir ini ia memakai pakaian tidur minim bahan. Taehyung yang membeli dengan tujuan eksentrik. Pertama kali pura-pura menanyakan ukuran sandang Jiya dengan tujuan menggunakannya untuk membelikan pakaian biasa. Tetapi rupa-rupanya Jiya malah diberi gaun sinting seperti ini. Jiya masih ingat betapa tolol wajahnya saat melihat barang ini untuk pertama kalinyaㅡdiadisi dengan netra seduksi Taehyung yang membuatnya sinting. Seolah hanya dikaver handuk.

Maka tidak aneh, Jiya ambil bantal sofa untuk menutup tungkai atasnya yang sedikit tereskpos. Sekaligus satu bantal lain untuk menutupi bagian depan daksa sebab jujur saja Jiya tak pernah memakai brasierre saat tidur akhir-akhir ini, diajari Taehyung untuk jangan memakainya. Jiya hanya tidak mau pria di depan ini curi-curi pandang.

"Mi Corazon?" Yoongi bersuara. Netra disuguhi oleh pemandangan pria dominan yang tengah menyiksa perempuannya bukan hal yang aneh bagi Yoongi. Tetapi panggilan eksentrik Taehyung pada Jiya mutlak jadi sorotan. "Sekelas pria yang belum pernah memiliki kekasih sebelumnya, kau sudah sangat ahli menjadi perayu ulung, man."

Jiya melirik ke samping. Telak pada Taehyung. "Seriously?"

Taehyung yang sadar balas menatap dan menghentikan perlakuan kotornya pada kulit Jiya. "Apa?" tanya Taehyung. "Aneh? Reaksi yang sama saat aku tahu kau belum pernah memiliki kekasih sebelumnya." Taehyung mengecup sisi wajah Jiya sekali. "You're the first and the last, Mi Corazon."

And the last, katanya. Jiya berharap begitu. Tetapi hal seperti itu agak sulit dipercaya.

"Untuk hal semacam itu, kau perlu percaya Ji." Pria Fischer memberi afirmatif seolah tahu pikiran Jiya. Namun, Jiya tidak membalas, lenggana memikirkan pandangan-pandangan semacam itu. Barangkali sebab keduanya sudah berelasi lama, Yoongi tahu bahwa berandalan seperti Taehyung juga memiliki kebaikan di satu sisiㅡjika sedang jatuh cinta.

"She must," balas Taehyung.

"Ngomong-ngomong pipi kirimu kenapa? Taehyung bertindak kasar, kah?" Lucu sekali seorang Yoongi Fischer pura-pura tidak tahu dan pura-pura tolol.

Jiya menggeleng intens. "Tidak, bukan Taehyung. Ini ulah orang lain, orang gila."

Yoongi mengangguk sok paham. Sedikit berlakon terkesiap juga, diadisi dengan iras-iras khawatir. Maklum, meski berandalan, Yoongi pernah masuk klub teater sebagai anggota paling aktif memerankan peran-peran penting. "Oh, aku kira Taehyung."

Sekali lagi Jiya menggeleng. Taehyung berbuat kasar? Tidak pernah. Lagipula jikalau person ekstraordinari itu bersikap kasar, mungkin dari kemarin-kemarin ia menjauhi Taehyung tanpa memerdulikasi afiliasi korban dan korban lagi dan enggan menikmati predestinasi hancur bersama-sama.

Semerta-merta Yoongi nampak meneguk sekitar dua teguk kopi. Netranya memerhatikan Jiya seolah tengah melakukan scan. Jujur saja, ini pertama kali Yoongi bersitatap dekat-dekat dengan Jiya. Atau mungkin baru pertama kali melihat Jiya secara direk? Yoongi lupa. Namun, setidaknya ia paham mengapa wanodya ini diwanti-wanti sangat atraktif di hadapan para pria meski Jiya kelihatan tidak banyak bertingkah eksentrik. Perempuan cantik itu banyak, tetapi Jiya memang terlihat lebih istimewa. Bersih, tenang, manis, punya sisi tegas juga, tetapi kebanyakan porsi inosen, dan detail-detail lain yang kirana.

Yoongi normal, bisa saja ia terpikat pada Jiya jika tidak ingat bahwa dirinya sendiri sudah memiliki gadis manis inosen yang sedang tidur di rumah.

"Kau blasteran, Ji? Asian mostly have solid black or dark brown. Hazel coklat dengan flek hijau-biru ... maksudku, it's rare. Wajahmu sangat Korea, tetapi juga dominan terlihat ras kaukaㅡ"

"Tidak. Orangtuaku semuanya Korea."

Lucu sekali jika disebut sebagai konspirasi? Seperti yang disebutkan oleh Taehyung, dari sisi Jiya dan Hoseok, keduanya tidak mirip. Ada banyak diferensiasi. Famili Kim semaja tidak pernah menyinggung hal-hal yang menyinggung perbedaan. Kalau ada person lain yang berpikiran Jiya bukan anak kandung famili Kim, itu agak nonsens. Hoseok saja selalu bilang bahwa ia masih mengingat kebisingan Jiya tatkala dilahirkan. Terkecuali ibunya berselingkuh dengan pria luar Asiaㅡini akan jadi twist terhebat Jiya.

"Netra hazel sangat atraktifㅡ"

"Oh, aku jadi ingat." Taehyung berucap mendadak, menyela ucapan Yoongi. "Bisa pakai kontak lensa saja, Bebé?"

Jiya menggeleng. "I can't. Aku pernah mencoba sekali dan itu berakhir netraku merah. I'm too sensitive with that thing, Tae."

Jangan kira Taehyung tidak memerhatikan sirkumstansi. Pertama pita, kedua netra hazel. Atau secara general seluruh bagian tubuh dan segala yang dipakai perempuan itu begitu atraktif hingga mengundang bahaya.

Mengingat pita adalah kultur dari kecil, jadi susah sekali memberitahu Jiya untuk jangan memakainya lagi. Kini, perkara netra, entah sial atau beruntung. Taehyung suka netra Jiya, apalagi ada relapan hijau di sana, kesukaan Taehyung; sayang sekali jika harus ditutupi oleh kontak lensa. Tetapi mengingat banyak sekali ucapan perkara netra Jiya yang sangat atraktif hingga para pria suka, Taehyung juga ingin menutup harta karunnya itu.

Namun, finalnya harta karunnya akan tetap terekspos ke publik. Taehyung enggan membiarkan netra Jiya rusak karena kontak lensa.

Jiya is a poser.

"Kenapa memangnya? Taehyung tidak suka mataku, ya?" tanya Jiya.

"No, no. I fancy that, Mi Corazon."

Kadang kala hal perfek bisa jadi bumerang untuk diri sendiri. Lucunya seorang Kim Jiya tidak pernah sadar terhadap dirinya sendiri. Termasuk Baquero yang cepat merekognisi hazel atraktif Jiya atau perkara Jungkook yang sangat obses dengan Jiya sebab pita. Lagipula mau bagaimana? Mencongkel netra orang lain untuk diganti dengan milik sendiri dan mengganti pita dengan rantai seperti preman, kah? Oh, Jiya tidak mungkin mau. Perempuan ini apik menjaga tubuhnya, termasuk mata. Selain itu, Jiya selalu menambah koleksi pitanya. Mustahil untuk menutupi fakta itu.

"Ngomong-ngomong, ada yang lebih penting." Yoongi mendistraksi. "Tadi aku sudah membicarakannya dengan Taehyung. Berhubung kau ada di sini, I'll tell you that you're not safe. Saranku jangan tinggal di asrama, di sini lebih aman. Aku dan orang-orangku menjangkau eksistensi Jungkook Scheiffer di asrama setiap hari. Prim Isabeu juga tinggal di asrama, ruangan sebelahmu, sejak dua hari lalu."

Jiya mengernyit dan belingsatan dalam satu atmosfer. Haruskah Jiya bersyukur bahwa sudah beberapa hari ini ia tinggal di apartemen Taehyung? Ke asrama pun jika Jiya perlu mengambil buku atau pakaian beserta ekuipmen kecantikannya. Gila, sebenarnya Jungkook dan Prim itu manusia atau setan, sih? Seniat itu membahayakan Jiya.

Mendadak Jiya curiga kalau mereka berdua itu komplotan atas kasus itu. Kegilaan mereka sudah mirip seperti tukang kriminal yang asli.

Gila. Jiya makin bingung.

"Kami memasang alat sekuritas di luar asramamu sejak Taehyung meminta bantuan."

Sedangkan Jiya akhirnya meremat lengan-lengan Taehyung yang berada di depan perut. Tepermanai gelisahnya. Predestinasi yang ia anggap mereda dan jauh dari kekacauan rupanya malah redum. Menghilangnya Jungkook dan Prim bukan sebab mereka menyerah, melainkan memang betul kalau mereka memiliki rencana terstruktur untuk mengganggu Jiya lagi.

Di seberang Yoongi mendapatkan suar lain yang otomatis membuat Yoongi beringsut bangun. Suar sepertiㅡYoongi akan segera tidak dibutuhkan dalam sirkumstansi ini sebab Jiya dan Taehyung semakin melekat. Jiya kelesah dan Taehyung tidak akan diam saja. "Sejauh ini hanya itu informasinya. Mungkin ... aku harus pergi sekarang."

Jadi setelah Yoongi tidak presens lagi, mikrokosmos nyenyat sejemang. Jiya beraksis pada banyak opsi cemar, probabilitas aksi yang akan dilakukan dua person sinting itu. Sementara Taehyung pergi sejemang demi mengambil satu gelas air minum, hingga finalnya malah berlutut di depan Jiya dengan tangan terulur membelai kening beserta jemala Jiya.

"Kau aman bersamaku, Mi Corazon."

Hazel Jiya menggelap. "Tetap takut."

Bukannya eksesif. Ide untuk menakuti Jiya hingga Prim tinggal di asrama beserta Jungkook yang selalu mengunjungi itu terlampau gila.

"Nothing can harm you again, Mi Corazon."

Again. Setidaknya cukup sekali saja. Taehyung pastikan ia sendiri tidak akan lengah lagi.

"Kalau keyakinanmu salah?" tanya Jiya.

Jiya percaya sebetulnya. Ada banyak evidens bahwa Taehyung kapabel jadi benteng paling kuat sehingga Jiya yang super rangup bisa terjaga. Namun sekuat apapun benteng, ia juga bisa lalai seperti Taehyung kemarin. Beruntung kemarin Jiya bisa menyelamatkan diri, kalau nanti Taehyung lalai lagi dan Jiya pribadi tidak mampu menyelematkan diri bagaimana? Jiya overthinking.

"Shh! Don't you trust me?" Taehyung bertanya dan lanjut mencumbui bagian punggung tangan Jiya.

"Aku percaya padamu," rapal Jiya.

Jemari Taehyung menyentuh labium Jiya, mengusap pelan-pelan di sana. Jiya otomatis memejam sebab rasa-rasa eksentrik yang muncul berikut komposur yang menyerang. Jiya suka sekali kalau Taehyung mengusap bibirnya penuh afeksi. Walaupun di jihat lain agak sakit saat Taehyung menyentuh ujungnya. "Mau kola stroberi? To calm you."

Gelengan jemala eksis. "Tidak mau. Sudah terlalu banyak minum. 5 kaleng," balas Jiya, tak tanggung-tangguh menunjukkan lima jemarinya.

"Kenapa banyak sekali?" Taehyung menjeda, selayang pandang menjatuhkan telapak tangan pada garba Jiya yang tertutup fabrik. "Nanti perutnya sakit."

"Aku butuh itu. Jijik."

Taehyung berpikir tentang itu. Jiya tidak memberikan jawaban spesifik. Awalnya Taehyung tidak dapat menangkap maknanya selain lantaran Jiya yang sangat suka kola stroberi. Butuh untuk kesenangan pribadi mungkin. Hanya saja mengingat perempuan itu selalu merapalkan vokabulari 'jijik', Taehyung mulai paham inti sarinya.

"Tidur lagi bagaimana? Hari ini kau hanya ada kelas Sir Morgana dan aku tidak ada kelas. Istirahat dan bersantai sebelum pergi ke hospital untuk konsultasi perkara pipimu."

Jiya mengumbang minim menyetujui. Hendak bangun, tetapi tidak jadi.

Tetapi sebentar, sumpah, pria Jung ini perfek dalam segala sisi. Jauh dari kata ruai, sebaliknya kontur wajahnya kuat. Ada kilau syahda pada pupil jelaganya yang terkadang mengecil atau membesar. Satu lagi perkara labium yang menjadi ekuipmen untuk meloloskan pelbagai diktum-diktum bagai popsikel. Kulit iras juga semaja tidak ada masalah. Kecuali di satu bagian, bawah mata yang nampak menggelap dari biasanya. Tidak mengurangi persentase ketampanannya, tetapi Jiya agak terganggu dengan itu.

"You're so sleepy, Taehyung-ie."

Taehyung menguar tawa kecil. Taehyung-ie. Semaja membuat Taehyung kelesah. Ia terobsesi pada itu, rasanya melebihi panggilan 'Papi'. Taehyung tahu, itu baru terpublikasikan beberapa jam yang lalu, tetapi rasanya Taehyung sudah menambah sumber fetis sebab panggilan eksklusif ituㅡtentunya itu hanya berlaku jika Jiya yang memanggil. Intinya, Demi Tuhan, Taehyung sesak.

"Temanmu itu aneh sekali. Bertamu, kok, di dini hari?" tambah Jiya heran.

"Sudah jadi kultur, Mi Corazon. Aku juga begitu sebelum kehadiranmu."

Satu alis Jiya terangkat. "Oh, ya?"

"Hm."

Paragon perfek itu mendongak memerhatikan Jiya dalam-dalam sementara waktu tatkala perempuan itu menunduk melakukan hal yang serupa dengan jemari jatuh pada iras Taehyung, kebanyakan menyentuh bawah netra. Selain itu, makota Jiya nampak agak jelas di balik fabrik. Mungkin efek kedinginan. Taehyung akui, itu semakin sesak; tetapi tidak apa, Taehyung suka sentuhan subtil Jiya dan suka pemandangannya.

Kalakian juga Taehyung pribadi baru menyadari bahwa surai yang ia ikat sebelum pergi ternyata sudah berubah menjuntai lagi. Selain itu Taehyung juga memperhatikan sekaligus menyentuh pita hijau tua Jiya yang senada dengan gaun tidur.

Great.

Jiya is a poser for Taehyung.

Jangan aneh, Taehyung juga memiliki fetis dengan pita Jiya seperti kebanyakan adam lainnya. Perlukah Taehyung publikasikan fakta konkret? Selain habit dari kecil, kenya kirana ini memang menganggap pita sebagai jimat feminin, entah maksudnya apa. Sehingga pada hakikatnya Jiya memakai pita setiap saat. Kecuali saat mandi. Tentu Taehyung dan Jiya pernah berendam mandi bersama-sama dan saat itulah Jiya tidak memakai pita. Pernah, sih, di lain waktu ia tidak pakai pita, tetapi sebab lupa.

"Que hermosa te ves, Mi Corazon."

"Artinya?"

"You are so beautiful, My Sweetheart. The most beautiful girl ever."

Jiya mengernyit. "Tiba-tiba?"

Sejujurnya Taehyung sadar tidak sadar. Mutlak bergumam karena terlalu gila dengan Jiya. Hingga Taehyung tidak membalas lagi. Oh, tetapi Demi Tuhan, Taehyung ingin merayap di atas Jiya lagi.

"Taehyung-ie, are you okay?"

Taehyung-ie. Taehyung tersenyum.

"Tae?"

Di depan Jiya menampilkan iras heran. Punya pikiran kalau Taehyung terlampau lelah sebab kurang tidur, makanya tidak fokus begini. Jadi, Jiya kecup labium Taehyung sekitar satu detik. Satu-satunya cara yang paling efektif untuk menyadarkan Taehyung.

"Taehyung."

"Oh, ya, Sayang, kenapa?"

Tersadar dari bayang-bayang gilanya, Taehyung otomatis beringsut bangun. Bisa dibilang salah tingkah. Oh, ya, tolong, pita Jiya memiliki mejik yang membuat Taehyung tremor. Bukan itu saja, kombinasi pita hijau, gaun hijau, netra hazel coklat dengan flek hijau, panggilan manis, dan pemandangan cantik. Sumpah. Taehyung memiliki fetish terhadap banyak hal rupanya. Bisa gila.

Sialnya, Jiya terus-menerus membuat gila. Tahu sekali caranya mengundang predator. Taehyung ereksi, ngomong-ngomong. Yang mana lebih sialnya, ia tak mungkin menyerang Jiya. Khawatir jika Jiya tremor tatkala melihat benda Taehyung. Meski Taehyung jelas bukan Baquero, tapi bisa saja Jiya juga ikut takut pada benda Taehyung.

"Up, up, up, Taehyung-ie. Mau digendong. Kita tidur sekarang." Wanodya itu berujar dengan tangan-tangan terangkat dengan iras ekstraordinari manis. Perlu diingatkan kembali, perempuan ini, serius, berubah dari entitas kaku menjadi super manja. Mungkin efek rasa sakit pada sisi muka. Taehyung tidak masalah dengan itu. Tetapi ... bisa gila.

Menganga minim beberapa sekon, finalnya Taehyung mengangkat daksa Jiya. Jemala kecilnya jatuh pada torso sebab barangkali terlampau nyaman. Si wanodya Kim itu memaksa diri Taehyung untuk bersabar lebih lama. Saat Taehyung berhasil menutup pintu dengan kakinya, Taehyung lihat netra itu menatapnya intens. Jadi dengan segenap sanubari, Taehyung balas netra dengan vokal tanpa menjatuhkan Jiya pada tilam. "Ada yang salah?"

"Tidak ada."

"Lantas?"

Senyum terukir begitu elok di iras Jiya dengan gelengan jemala.

Taehyung membaringkan Jiya. "Boleh cium sebentar?"

Jiya mengangguk. "Lima detik."

"Apa-apaan?"

"Tujuh detik."

Taehyung menggeleng. "Gila. Kurang."

"Fine. Satu detik?" tawar Jiya.

Taehyung menggeram minim. Finalnya, Taehyung langsung mencumbui Jiya. Sedikit beringas hingga Jiya memekik sebab ujung labium yang masih nyeri. Untungnya hanya sebentar. Meski harus Jiya akui, Jiya suka. Oh, tidak tahu, lama-lama Jiya suka kalau Taehyung sedikit beringas.

"Tujuh detik, as you wish."

Jiya terkekeh kecil. "Tumben menurut." Konklusinya Taehyung ikut terkekeh. Iya, tumben. Tetapi itu dibutuhkan. Jika kelamaan, Taehyung tidak bisa berhenti nantinya.

Semerta-merta, Taehyung buka fabrik atas sampai akhirnya memilih untuk terjelampah di sisi Jiya. Seratus persen Taehyung mencoba tenang. Meski tidak mudah. Ia hanya perlu tidur untuk menghilangkan kegilaan ini. Sekonyong-konyongnya, sejauh yang dapat Taehyung rasakan epidermis hangat merayap di torso. Pinar hazel Jiya menggelap sebab terinfluensi kegelapan ruangan, tetapi Taehyung masih kapabel melihat keindahan di sana.

Sekon selanjutnya, setelah diserang oleh hal-hal semacam itu, Taehyung mendapatkan hal yang lebih ekstraordinari. Jiya berbisik di dekat rungu dengan jemari mengusap leher Taehyung. "Ada memar di leher, cekikan, perhaps. Mau mengungkap kejujuran sebelum tidur, Tae?"

Great. Taehyung lupa menutupi satu-satunya memar bekas friksi tadi.

[TBC]

yea, finally yoongi fishcer muncul. he's absolutely a good man, cuma sama seperti taehyung, punya kebiasaan buruk juga sih.

oh, mau nanya dong. sebenarnya konflik dan esensi membahayakan di cerita ini kerasa enggak sih? tae and jiya jeopardize each other, ketangkep enggak?

udah gitu doang.

anw, jangan macam-macam sama harimau jung, ya. taehyung kalau marah bahaya banget. [sekaligus mau memberitahu kalau visualisasi taehyung di jeopardize seperti ini.]

dan ... di sini aku mau nunjukin jiya. suzu itu korean, sih, cuma i imagine her as a half korean-kaukasian girl. [actually visualisasi bebas, but i do love hong suzu. cantik bgt!]

sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top