𝐈𝐓'𝐒 𝐌𝐄 - ONE
Seijuro dan (name) berteman sejak mereka menyicipi bangku sekolah dasar. Jika dihitung pertemanan mereka berlangsung selama sepuluh tahun sampai sekarang. (name) itu teman pertama Seijuro. Sedangkan Seijuro itu cinta pertama (name).
Bermula dari (name) yang panik tidak membawa buku literasi saat pelajaran bahasa. (name) bertanya pada seisi kelas, "apa ada yang punya dua buku literasi?" dan berakhir dihadiahi gelengan kepala. (name) menghela napas pasrah, baru hari pertama belajar dia sudah mendapat kesialan.
Lima menit sebelum bel berbunyi, Seijuro meletakkan buku 99 Eksperimen Sains Untuk Anak di atas meja (name). Dengan mata berbinar, (name) mengucapkan terima kasih yang dibalas Seijuro dengan senyum tipis. Sejak hari itu (name) mulai berbicara banyak dengan Seijuro. Tiap tahun selalu mendapat kelas yang sama, membuat mereka semakin dekat.
Pemuda itu tidak pernah mengira, eksitensi (name) akan berpengaruh besar dalam kehidupannya.
𓇊𓇚
𝐈𝐓'𝐒 𝐌𝐄
Akashi Seijuro | (full name)
"Efek kupu-kupu ini menyebalkan. Pertemuan hari itu membuat eksitensimu berpengaruh besar padaku"
𓇊𓇚
Hari ini pertandingan Final Winter Cup. Dua tim terkuat memperebutkan posisi pertama. Meski para pemain masih menduduki bangku sekolah menengah atas, kemampuan mereka tidak bisa diragukan. Rakuzan berangkat menuju Stadion tiga puluh menit lebih awal. Akashi Seijuro, Kapten Rakuzan yang perfeksionis. Keterlambatan merupakan hal tabu baginya.
Setelah tiba di Stadion, Rakuzan segera memasuki ruang ganti. "Pergilah terlebih dahulu, aku ada sedikit urusan." Akashi berjalan berlawanan arah dengan anggota tim-nya.
Akashi menekan tombol telepon pada kontak (name). Panggilan pertama tidak terjawab. Pada panggilan kedua setelah menunggu dering keempat, suara (name) menginstrupsi. "Halo, Seijuro?"
Senyum tipis terpatri pada wajah tampan Akashi, "kapan kau akan tiba?"
"Satu jam lagi pesawatku take off. Sepertinya aku akan sedikit terlambat."
Akashi bergumam sejenak, "baiklah. Pastikan kau menonton pertandinganku."
(name) terkekeh pelan. Saat ini Akashi bisa merasakan jutaan kupu-kupu terbang mengitari perutnya.
"Aye, aye captain." Meletakkan tangan kanan di dekat pelipis, (name) memasang pose hormat. Tanpa melihat pun Akashi sudah tahu. "Mataku hanya akan terfokus pada pemain Rakuzan bernomor punggung empat."
𓇊𓇚
Quarter pertama dan kedua dikuasi Rakuzan. Seirin tampak kewalahan menghadapi tim langganan juara Winter Cup. Rakuzan beranggotakan tiga Raja Tanpa Mahkota dan Mayuzumi Chihiro, bayangan yang lebih kuat dari Kuroko. Kemampuan Akashi sebagai kapten dalam mengkoordinasi anggotanya sangat luar biasa.
Melihat tempo permainan yang kacau, Seirin mengambil time out. Kondisi permainan berat sebelah. Bahkan di awal pertandingan dimulai pun sudah tahu mana yang kalah dan mana yang menang. Akashi meneguk botol minum. Sembari mengeringkan keringat, dia melirik ke arah notifikasi di smartphone miliknya.
From (name) :
[ Semangat seijuro. Jangan terlalu memaksakan dirimu, oke? ]
[ Aku sudah sampai di bandara. Tunggu sebentar lagi, aku akan datang melihat pertandinganmu secara langsung ]
[ SEKALI LAGI SEMANGATT!! ]
(name) Send Stiker
Mibuchi Reo hampir tersedak ludahnya sendiri saat melihat Akashi yang tersenyum memandang layar ponselnya. "Sei-chan baik-baik saja, kan?"
Senyum Akashi memudar, pemuda itu melihat Reo dari ujung matanya. Berdeham singkat membalas pertanyaan salah satu anggota tim-nya itu, Akashi segera mengetik balasan untuk (name).
Akashi Seijuro :
[ Iya. Hati-hati di jalan ]
Peluit dibunyikan.
Quarter ketiga kembali berlangsung. Meski sudah mengambil time out, Seirin belum menunjukkan perkembangan. Poin Rakuzan tetap lebih unggul. Kagami Taiga menghadang jalan Akashi dalam mencetak poin. Saat itu pula Akashi menggunakan Double Ankle Breaks, Kagami yang awalnya berdiri kini jatuh berlutut di hadapan Akashi.
"Stay there on your hands and knees."
𓇊𓇚
(name) dalam perjalanan menuju Stadion Basket Nasional menggunakan mobil pribadi. Dia melihat aksi Akashi menjatuhkan lawannya melalui mini TV dalam mobil. Akashi semakin terlihat hebat di mata (name). "Sepertinya Nona tidak sabar bertemu Tuan muda Akashi, ya?"
(name) mengulum senyum malu. Mengalihkan pandangan ke depan, mata (name) melebar kalut. "Pak, awas ada anak kecil!"
Supir (name) yang terkejut membanting setir ke kiri. Tidak sempat menghindar, Anak kecil tersebut terbanting ke trotoar. Truk dari arah kanan tiba-tiba menghantam tepat pada badan mobil yang (name) tumpangi. Kecelakaan beruntun terjadi dari arah berbeda menyebabkan kemacetan.
(name) merasakan kepalanya berdenyut sakit. Darah di pelipis mengucur deras membasahi wajah. Telinga (name) berdengung nyaring. Tubuhnya terjepit diantara bangku depan dan belakang mobil, membuat (name) tidak bisa bergerak. (name) menyebut kata 'maaf' dan nama Seijuro berulang kali.
Sakit sekali.
Seluruh badan (name) terasa sakit. Lebih baik dia mati daripada menahan semua rasa sakit ini. (name) mulai kesulitan bernapas seakan seluruh oksigen disedot habis dari paru-parunya. Pengelihatan (name) perlahan memburam, ingatan semasa hidupnya terus berputar memenuhi kepala. Awal pertemuannya dengan Seijuro, Natal pertama bersama Seijuro, hingga hari dimana dia mulai menyadari perasaannya. Suara Seijuro terdengar jelas di telinga (name). Cara pemuda itu memanggil (name) mampu membuat hati berdebar.
(name) menangis.
Dia tidak ingin mati secepat ini. Masih banyak hal yang belum (name) lakukan.
(name) mulai merasa dia akan benar-benar menghadapi kematian.
(name) takut, tidak dapat bertemu ayah dan ibunya lagi.
Dan (name) resah, membayangkan Seijuro akan melupakannya secara perlahan.
Ya, Tuhan... aku tidak sempat memberi salam perpisahan pada semua orang. Kumohon beri aku satu kesempatan, setidaknya biarkan aku bertemu ibu dan ayah lalu mengatakan bahwa aku bahagia terlahir menjadi anak mereka, dan Seijuro...
𓇊𓇚
𝐈𝐓'𝐒 𝐌𝐄
Akashi Seijuro | (full name)
"Seijuro, maaf aku tidak bisa melihat pertandinganmu secara langsung. Kumohon jangan lupakan aku dan teruslah hidup bahagia karena aku mencintaimu"
𓇊𓇚
Rakuzan kalah telak.
Kekalahan pertama Akashi selama hidup terasa menyakitkan.
Seusai pertandingan berakhir, Akashi diberitahu tentang berita kematian (name) dalam perjalanan menuju ketempatnya. Awalnya Akashi tidak percaya, dia terus menghubungi nomor (name). Berharap (name) menerima teleponnya dan berkata bahwa gadis itu baik-baik saja. Namun, (name) tidak menjawab satu pun panggilannya.
Mata Akashi memerah dengan sedikit berair. Panas di dada menjalar hingga seluruh tubuh. Padahal Akashi sedang berada di tengah dinginnya air hujan.
Dada Akashi sesak.
Rinai hujan menyembunyikan air mata. Akashi memukul bagian dada yang terasa sesak. Mencengkram kuat guna menghilangkan rasa sakit walau tahu yang dilakukannya percuma. Mengutuk diri sendiri, Akashi mengepalkan kuat kedua tangannya.
Seandainya dia tidak meminta (name) datang menonton pertandingannya, apakah (name) akan tetap hidup?
NEXT
Akhirnya terpublis, yeay!
Untuk diriku di masa depan, jangan unpub cerita ini. Pokoknya harus lanjut sampai tamat. Satu lagi, jangan ngaret please 😣
oh iya, aku mau nanya,
gimana feel-nya, kurang?
note : mohon bantuan menandai typo yya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top