27. Apakah Kau Mencintai Zhafran?
Part 27 Apakah Kau Mencintai Zhafran?
Untuk saat yang lama, keduanya dilingkupi keheningan usai Elea menyelesaikan pertanyaan tersebut. Wanuta itu menjilat bibirnya yang mendadak kering, merasa gugup menunggu jawaban dari Zhafran. Napasnya tertahan lama, mencoba menggali emosi yang tertampil di wajah sang suami yang memang tak pernah ia dalami dengan baik. Seberapa lama pun mereka sering berinteraksi.
“Kau tak pernah menyentuhku lagi sejak kejadian itu. Kau menciumku kemarin karena kecemburuan akan hubunganku dan Chris.
“Kau berpikir aku tak pernah menyentuhmu sejak kejadian itu karena aku merasa jijik dengan tubuhmu? Kenapa kau tidak mempertanyakan pertanyaan itu pada dirimu sendiri, Elea.”
Elea terdiam. Kemarahan dan kebencian mendominasi perasaannya setiap kali berhadapan dengan Zhafran sejak kejadian malam itu. Yang dibalas dengan kesabaran dan ketegasan pria itu yang malah tak ingin melepaskan dirinya.
“Tak ada yang berubah dalam hubungan kita, Elea. Begitu pun yang ada di dalam pernikahan kita selain aku yang lebih yakin untuk tidak melepaskanmu.”
“Kenapa?” Suara Elea bergetar hebat. Dipenuhi dengan emosi yang bergulat di dalam dadanya. “Lagi-lagi karena rasa iba dan bersalahmu karena malam itu kau meninggalkanku?”
“Kuakui, itu adalah penyesalan terbesar yang pernah kulakukan seumur hidupku.”
Tubuh Elea melompat turun dari pangkuan Zhafran. Memberikan satu anggukan sebagai balasan. “Ya, karena penyesalan.”
Zhafran kembali menangkap pergelangan tangan Elea, mencoba menatap kedua mata wanita itu yang digenangi oleh emosi, berusaha menghindari tatapannya. “Apakah penyesalanku begitu mengusik perasaanmu? Lalu perasaan macam apa yang kau inginkan dariku? Kemarahan pada diriku sendiri? Kebencian akan ketololanku yang sama sekali tak mendengar rengekan istriku sendiri dan lebih mendengarkan rengekan temanku? Atau … muak pada diriku sendiri yang bahkan tak bergeming dengan semua sikap manjamu untuk mendapatkan perhatianku? Karena sejujurnya semua terasa menghimpit dadaku. Seberapa pun kerasnya aku berusaha mengembalikan waktu untuk mengubah keputusanku, kau tahu sedetik pun waktu tak berjalan mundur untukku. Semua sudah terjadi, aku tak bisa merubah apa pun.”
“Apa yang sudah kulakukan pada istriku sendiri? Pertanyaan itu tak berhenti berputar di kepalaku seperti kaset rusak. Mencekikku dengan penyesalan yang tak akan ada akhirnya, aku tahu itu dengan pasti. Dan aku akan tetap hidup untuk menghukum diriku sendiri sebagai bayarannya.”
Elea tak menafikkan hatinya yang menghangat dengan ketulusan Zhafran. Kata-kata penuh kesungguhan pria itu berhasil menyentuh hatinya.
“Tidak bisakah kau memberikan kita berdua kesempatan untuk memperbaiki ini?”
Mata Elea berkedip sekali. “Bukankah kau bilang kau tak ada hubungannya dengan penguntit itu? Kau tak perlu menghukum dirimu sendiri …”
“Elea?” desah Zhafran mulai frustrasi. “Kau tak mendengarku dengan baik.”
“Aku mendengarnya.” Elea memantapkan napasnya. “Dengan sangat baik.”
“Lalu apa yang kau inginkan dariku?”
Elea tak langsung menjawab. “Tidak ada.”
Mulut Zhafran membuka, tetapi tak bisa mengatakan apa pun. Membiarkan Elea melepaskan pegangannya.
“Sepertinya waktu lima menitmu sudah habis. Kau harus melanjutkan pertemuan pentingmu,” ucap Elea dan berjalan menuju pintu. Menutup pintu dan menjatuhkan punggungnya di balik pintu kayu. Matanya terpejam, mencoba menenangkan perasaannya yang campur aduk terhadap Zhafran.
‘Lalu apa yang kau inginkan dariku?’
Pertanyaan Zhafran kembali berputar di benaknya. Sejujurnya ada banyak hal yang diinginkannya dari Zhafran, tetapi tak ada satu pun yang bisa diucapkannya. Ia tak berhak meminta satu hal pun pada pria itu. Dengan Zhafran yang masih berusaha keras dalam hubungan mereka yang jauh dari kata baik, ia tak pantas menerima tanggung jawab pria itu.
‘Tentu saja karena rasa bersalahnya padamu. Kau tahu dia memiliki hati yang lemah, kan? Dia tak mungkin mengecewakan kedua orang tua kalian yang sudah menjodohkan kalian. Dan sekarang, bagaimana mungkin ia akan menceraikanmu setelah apa yang terjadi padamu, Elea?’
‘Kau tak berhak menyalahkan kami, Elea. Zhafran tak harus menanggung tanggung jawab itu untukmu. Pasti ada alasan penguntit itu mengincarmu, kan? Kau tahu Zhafran tak memiliki musuh yang membuat mereka harus mengincarmu.’
Cecaran kata-kata Fera pun kembali memenuhi dadanya, yang terasa seperti ditusuk berkali-kali. Tepat mengenai ulu hatinya. Sangat dalam. Apa yang dikatakan Zhafran, persis dengan yang diucapkan oleh Fera. Pun dengan niat yang berbeda. Fera dengan kelicikan wanita itu –yang menamparnya akan kebenaran kata-kata wanita itu- dan Zhafran …
Telapak tangan Elea bergerak, menyentuh dadanya. Menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan lembut dan perlahan. Lagi … semua kata-kata Zhafran terasa tulus di sini.
“Nyonya?” Suara memanggil dari arah samping membuka mata Elea. Wanita itu menoleh dan menatap pelayan yang berdiri dengan tangan terulur ke arahnya. Menunjukkan ponselnya yang bergetar. “Sejak tadi ponsel Anda terus bergetar, sepertinya ada panggilan yang penting dan darurat.”
‘El Noah?’ Elea membaca nama kontak di layar yang berkedip tersebut dan langsung mengambilnya. “Ya, Noah?” jawabnya begitu panggilan tersambung.
Akan tetapi, bukan suara El Noah yang menyambutnya. “Ini aku, Elea. Chris.”
“Chris?” Kening Elea berkerut terheran. “B-bukankah ini ponsel El Noah?”
“Hmm, ya. Aku berniat menghubungimu menggunakan ponselku, tapi … aku akan menjelaskan nanti. Sekarang kami berada di rumah sakit. Dia terlibat kecelakaan. Dokter sedang menanganinya.”
“Apa?” Elea tersentak, gegas berjalan menjauh dari pintu ruang kerja. Dengan langkah terburunya menuju kamar. “Kecelakaan?”
Semakin ia mendengarkan penjelasan Chris, langkahnya semakin cepat. Tak lebih dari semenit mendapatkan blazer di ruang ganti dan tasnya. Kemudian turun ke lantai satu dan langsung ke pintu utama.
“Apa yang terjadi?” Lengannya tiba-tiba ditangkap ketika baru saja memasuki carport. “Ada apa dengan El Noah?”
Elea tak perlu bertanya bagaimana Zhafran tahu, tapi karena kecemasan pada sang adik pun tak memberinya pilihan untuk membiarkan pria itu membawanya ke salah satu mobil.
“Rumah sakit?” ulang Zhafran begitu mendengar jawaban Elea ke mana mereka akan pergi dan duduk di balik kemudi.
“El Noah mengalami kecelakaan.”
“Mama dan papamu?”
“Untuk sementara jangan beritahu mereka.” Elea pun setuju dengan permintaan El Noah sebelum pingsan pada Chris. Itulah sebabnya Chris langsung menghubunginya. Perlu mengurus beberapa hal untuk El Noah sebagai wali tanpa kedua orang tuanya turun tangan.
“Separah apa?”
Elea menggeleng. “Chris tak mengatakan banyak. Hanya saat ini dia sedang ditangan dokter.”
Kepala Zhafran menoleh dengan cepat. “Chris?” Suaranya mendadak lebih keras nama pria itu disebutkan.
Elea seketika menyesali menyebutkan nama Chris, teringat reaksi pria itu yang tidak baik ketika membicarakan tentang Chris beberapa hari lalu. “Kita perlu ke rumah sakit untuk mencari tahu apa yang terjadi secara detail, Zhafran.”
“Kenapa pria itu ada bersama El Noah?”
“Menurutmu, bagaimana aku bisa tahu?” Elea balik bertanya dengan sinis, menutupi kecanggungan di antara suaranya. Sejak Zhafran mengetahui masa lalunya dan Chris, ia mulai merasa ada ketidak nyamanan setiap kali membahas pria itu dengan sang suami. Seolah dirinya ketahuan telah berselingkuh.
Zhafran tak menoleh ke samping, sejenak menatap sisi wajah Elea. Lalu menginjak pedal gas dan melajukan mobil keluar carport.
***
Sesampai di rumah sakit, keduanya langsung ke IGD. Tak sulit menemukan bilik yang ditempati El Noah. Pemuda itu sudah bangun dari pingsannya. Dengan kepala dan lengan yang diperban, juga beberapa luka ringan yang diplester di wajah.
“Apa yang kau lakukan di sini?” El Noah terkejut dengan kemunculan sang kakak, tetapi segera mendapatkan jawaban dari Chris yang berdiri di sisi lain ranjang pasiennya.
“Ada beberapa persetujuan yang harus ditandatangani walimu. Perawat memintaku menghubungi salah satu kerabatmu tapi kau melarangku menghubungi kedua orang tuamu,” jelas Chris.
“Chris melakukan hal yang benar, Noah,” bela Elea menghentikan protes di wajah El Noah pada Chris. “Memangnya apa yang terjadi denganmu hingga kau melarangnya menghubungi mama dan papa?”
El Noah mendesah pelan. Menatap wajah sang kakak dan hanya memberikan satu gelengan kepala.
“Itu bukan jawaban.”
El Noah menatap Chris dan Zhafran bergantian, kedua pria itu segera memahami isyarat El Noah.
Zhafran menunduk, mendaratkan kecupan singkatnya di kening Elea dan berkata, “Aku akan mengurus kamar untuknya.”
Elea mengangguk singkat.
“Aku akan membawakanmu beberapa makanan,” ucap Chris kemudian. Mengalihkan pandangannya dari Elea dan Zhafran yang lengannya seolah tak bisa lepas dari wanita itu sejak muncul di hadapannya. Kedua pria itu segera menghilang dari balik gorden, meninggalkan kakak beradik itu untuk bicara.
“Bisakah kau memberitahu mama kalau aku akan bermalam di rumahmu?”
“Mereka akan makan malam di rumah. Malam ini.”
El Noah membelalak, kedua pundaknya bergerak lebih turun ketika menghela napas berat. “Aku dan papa bertengkar setelah pesta ulang tahunku. Itulah sebabnya pestaku selesai lebih cepat.”
Elea pun terkejut dengan informasi tersebut. Ia tak sadarkan diri di rumah sakit dan melakukan hal konyol untuk bunuh diri di hari ulang tahun adiknya.
“Lalu papa tiba-tiba pergi, sepertinya mengurus masalahmu dan Zhafran. Aku sempat mendengar papa menghubungi pengacara keluarga untuk mengurus perceraianmu sebelum aku meninggalkan rumah.”
“Kau meninggalkan rumah?”
“Sudah dua hari.”
“Sebenarnya apa yang terjadi?”
“Kau tahu masalahnya, Elea. Aku sama sekali tak bergairah menjadi penerusnya. Tapi … papa tak berhenti membebaniku dengan tanggung jawab itu.”
Elea pun hanya mendesah panjang.
“Tidak cukupkah dia menggunakanmu untuk mengamankan perusahaan, apakah dia masih harus memanfaatkanku?”
“Lalu siapa yang akan meneruskan perusahaan jika bukan kau, Noah?”
El Noah tak mengatakan apa pun. Membuang wajah ke samping. “Apakah El Nora akan bernasib sama sepertimu? Menikahi salah satu pemilik penerus perusahaan terbesar di negeri ini?”
“Kau tak tahu apa pun, Noah. Papa hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk kami, juga untukmu.”
“Apa kau mencintai Zhafran?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top