YTMHA : Bab 17
Sebab mendapatkan cinta tidak harus dengan sikap memaksa, itu lebih bijaksana.
-Sulizlovable-
MELVIN merasa sangat senang malam ini. Pertunjukkan bandnya sukses menghibur para pengunjung kafe, ditambah gadis yang disukainya datang untuk melihatnya. Apalagi mengingat penampilan Krystal yang begitu manis malam ini. Ah, Melvin semakin jatuh hati dengan gadis itu.
Melvin terkekeh pelan mengingat ajakannya pada Krystal untuk berswafoto ketika di dalam taksi, meski keinginannya tidak terpenuhi karena gadis itu terlihat sudah ilfil duluan, yang penting malam ini Melvin senang.
Cowok itu masih melihat jalanan melalui jendela taksi, ia mendengar sebuah ponsel bergetar. Melvin merogoh ponsel di dalam saku jaketnya. Namun, ponsel miliknya tidak terdapat panggilan atau apapun, lalu milik siapa?
Melvin merasa getaran tersebut sangat dekat dengannya, lalu ia sedikit mengangkat tubuhnya. Benar saja sudah ada sebuah ponsel dan itu adalah milik Krystal. Bagaimana ini, Melvin sudah setengah perjalanan menuju rumahnya. Apa dikembalikan besok saja, sekalian modus mengantar Krystal ke sekolah.
Tapi setelah mengingat-ingat jadwal kuliahnya, besok Melvin ada kelas jam delapan pagi. Mana sempat kalau harus mengantar Krystal terlebih dahulu. Akhirnya Melvin memutuskan untuk kembali ke rumah Krystal.
"Pak, tolong putar balik ke rumah cewek tadi ya!" pinta Melvin tiba-tiba.
"Loh kenapa Dek? Ada yang ketinggalan?" tanya supir taksi khawatir.
"Iya, ponselnya ketinggalan."
"Oh baik kalau begitu," jawabnya.
Sesampainya di rumah Krystal, Melvin segera turun dari taksi tanpa membiarkan taksi tersebut pergi karena ia akan naik kembali.
Melvin menyisir area rumah yang sudah lumayan sepi karena malam semakin larut. Namun, tiba-tiba saja ia mendengar suara seseorang. Lebih tepatnya seperti masih ada yang sedang berbincang-bincang, dan suaranya terdengar jelas di area samping rumah.
Melvin mengikuti sumber suara yang ia yakini adalah suara milik Krystal. Namun, pemandangan yang dilihatnya membuat Melvin melipat dahi dan bertanya-tanya. Sedang apa kedua orang tersebut.
Bukan Melvin namanya kalau tidak bisa melakukan sesuai apa yang direncanakan sebelumnya. Ia berdeham untuk membuat manusia di depannya itu sadar, bahwa ada yang sedang menyaksikan aktivitas mereka.
"Ehem!" Krystal dan Vigo melepaskan pelukan mereka, lalu menatap kemunculan seseorang itu.
"Melvin!" Gadis itu terkejut lalu bangkit dari tempat duduknya. Kemudian, Krystal mendekat ke tempat Melvin berdiri.
"Aku cuma mau ngembaliin ini, tadi ketinggalan di taksi," katanya seraya menyerahkan ponsel milik Krystal.
Ah, kenapa Krystal bisa sampai lupa sudah meninggalkan ponselnya di dalam taksi. Kalau begini ia sudah sangat merepotkan Melvin, pasti cowok itu sudah setengah perjalanan menuju rumahnya.
"Oh maaf ya, aku ceroboh dan merepotkan kamu." Krystal terlihat cemas, namun ia tidak melihat keterpaksaan sedikitpun di raut wajah Melvin. "Makasih ya."
"No problem cantik, apa sih yang nggak buat kamu." Melvin tersenyum menggoda. Lalu Krystal berjalan menemani Melvin sampai ke dekat taksi yang mereka tumpangi sebelumnya.
"Yaudah naik tuh!" perintah Krystal pada cowok itu. "Taksinya udah nungguin."
"Sebentar!" Melvin berbalik menghadap Krystal. "Sebelum pergi, aku boleh minta sesuatu nggak? Ya anggap aja sebagai ucapan terima kasih kamu buat aku."
"Minta apa?" tanya Krystal cemas, pasalnya kelakuan Melvin yang absurd ini suka meminta hal yang aneh-aneh. Dan tentu saja membuatnya was-was.
"Peluk aku!" Mata Krystal membelalak tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh cowok itu. "Tadi cowok itu boleh peluk kamu," katanya merajuk. Tapi Vigo memeluknya karena sebuah alasan.
"Karena Vigo punya alasan," sahut Krystal cepat.
"Memangnya alasanku kurang jelas tadi," katanya masih dengan nada merajuk dan terdengar geli di telinga Krystal.
"Vigo juga teman baikku," ujar Krystal sekali lagi.
"Kita juga berteman baik, dan kamu teman spesial bagiku." Melvin menatap lembut gadis di depannya. "Gimana, boleh nggak?" tanya Melvin sekali lagi.
Krystal menundukkan kepala mencoba berpikir. Kalau Krystal tidak menuruti keinginan cowok itu, yang ada Melvin tidak akan pulang-pulang. Tapi kalau dituruti? Ah Krystal pusing memilirkannya.
"Yaudah deh, sebentar aja ya!" Krystal memberikan peringatan dengan tatapan tajam.
Melvin tersenyum gembira mendapat izin memeluk gadis itu, dan tentu saja ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Segera Melvin menarik lengan gadis itu sehingga kepala Krystal menubruk tepat di dadanya. Melvin menghirup aroma gadis itu, dan yang ia dapatkan adalah wangi-wangian dari bunga. Mungkin aroma ini akan Melvin ingat selalu. Tidak hanya itu tangan nakalnya sudah berani mengelus rambut Krystal dengan lembut, membuat gadis itu hanya diam dan tidak menolak.
"Aku suka wangi kamu," katanya. Kemudian Melvin melepaskan pelukannya. "Aku pulang ya, jangan lupa mimpiin aku saat kamu tidur nanti!" Melvin memberikan senyum menggoda, setelah itu ia masuk ke dalam taksi.
Krystal memandang kepergian Melvin seraya memegang dadanya.
Kenapa di sini bisa berdetak lebih cepat?
***
Di sekolah, Krystal sedang berada di dalam toilet sementara Diandra sudah pergi ke kantin lebih dulu.
"Nanti kamu jemput aku di sekolah ya!"
Krystal menajamkan pendengarannya ketika sedang mencuci tangan. Pasalnya ia merasa tidak asing dengan suara ini.
"Dia ada kelas tambahan hari ini jadi kemungkinan nggak akan ketauan," katanya. "Kamu tunggu di halte deket sekolah aja, nanti aku ke situ." Gadis itu kembali berbicara.
Krystal sengaja memperlambat aktivitas mencuci tangannya, ia ingin tahu dugaannya benar atau salah. Tidak lama kemudian, gadis itu keluar dari bilik toilet. Krystal merasa terkejut begitupula dengan gadis itu.
"Ngapain lo ngeliatin begitu?" tanyanya sinis.
"Kenapa sih kamu selalu punya pikiran negatif sama orang, Syl?" Krystal balik bertanya.
"Karena memang lo pantes dicurigai," putusnya.
"Bukannya kamu yang pantas dicurigai?" tantang Krystal.
"Lo nguping?"
"Nggak! Tapi aku dengar semuanya," kata Krystal menatap Sylvia tanpa rasa takut sedikitpun. Itu karena Sylvia hanya sendirian di sini, kalaupun gadis itu ingin mengajaknya bertengkar Krystal masih sanggup kalau harus satu lawan satu.
"Silakan laporin ke Vigo, gue nggak akan takut. Lagipula Vigo akan lebih percaya sama gue dibanding lo," cibirnya dengan nada sombong. Setelah mencuci tangan gadis itu langsung keluar dari toilet.
Bagaimana caranya membuat Vigo percaya kepadanya. Benar kata Sylvia, Vigo pasti akan memilih untuk mempercayai pacarnya dibandingkan dirinya. Krystal harus mempunyai bukti kalau Sylvia sudah menduakan Vigo.
Sepulang sekolah, Krystal mengajak Vigo pergi ke halte sesuai dengan apa yang didengarnya dari Sylvia di bilik toilet tadi. Ia ingin membuat Vigo melihat sendiri apa yang sudah dilakukan Sylvia selama ini.
Kebetulan kelas tambahannya diundur besok hari, karena guru yang bersangkutan ada keperluan mendadak.
"Mana Sylvia, Krys?" tanya Vigo tidak sabar. Pasalnya mereka sudah menunggu selama lima belas menit, dan hal tersebut membuat Vigo ragu dengan ucapan sahabatnya.
"Mungkin sebentar lagi Go, soalnya aku dengar sendiri mereka janjian di sini." Krystal menyapu pemandangan di sekitarnya, mencari-cari barangkali Sylvia sudah muncul di sekitar halte.
"Udah ah Krys, aku pulang duluan ya. Lagipula kamu nggak percaya banget sama Sylvia, tadi dia tuh izin sama aku mau pergi ke dokter karena sakit gigi." Vigo menjelaskan apa yang didengarnya dari sang pacar.
Sebelah mata Krystal menyipit tidak percaya, bisa-bisanya gadis itu berbohong mau pergi ke dokter.
"Tapi Go," tahan Krystal.
"Udah ya Krys, pokoknya aku akan marah sama kamu kalau sikapmu masih aja kayak gini." Setelah itu Vigo kembali ke area sekolah untuk mengambil motornya, dan meninggalkan Krystal yang masih berada di halte.
Tak jauh dari sana, seorang gadis yang berada di dalam mobil tengah tersenyum puas memandang Krystal yang terlihat kecewa dalam kesedihannya.
Sylvia tidak bodoh, ia tahu Krystal pasti akan melaporkannya hal ini pada Vigo. Maka dari itu, Sylvia mengubah tempat pertemuan dengan pacar gelapnya.
***
"Sekarang sudah mulai berani kamu ya bertemu lagi dengan perempuan itu?" Galih baru memasuki kamarnya dan langsung diserbu dengan pertanyaan tersebut.
"Kamu pikir aku nggak rindu dengan anak-anakku, yang selama lima tahun sudah kamu pisahkan?" Kilatan amarah tercetak jelas di raut wajah perempuan itu.
"Silakan temui kalau kamu mau melihat mereka menderita pada akhirnya," katanya dengan nada sinis.
"Hobimu dari dulu tidak berubah, masih saja suka mengancam." Lelaki itu kemudian melepas kemejanya dan hanya menyisakan kaus dalam.
"Kamu tentu tahu, aku punya kekuasaan atas itu." Vita bersedakap, matanya masih memandang sang suami.
"Vita, mau sampai kapan kamu berpura-pura tidak tahu perasaanku?"
"Apa salahnya memiliki orang yang kita cintai?"
"Pada akhirnya kamu sendiri yang akan terluka!"
"Aku tidak peduli!"
"Kamu memang memiliki ragaku tapi sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah bisa memiliki hati dan perasaanku. Ingat itu!" Galih lalu masuk ke kamar mandi diikuti dengan suara bedebum pintu.
Vita menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, ia sadar kalau selama ini cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi Vita tidak akan merelakan Galih pergi, meski ia harus hidup dalam ketersiksaan seperti ini.
Vita tidak tahu kalau cinta yang dipaksakan seringkali hanya akan berujung saling melukai. Dan ia pun sesungguhnya sedang membohongi diri sendiri.
Memaksakan cinta dan perasaan pada kenyataannya bisa membuat menderita. Tak hanya itu saja, pasangan pun tidak akan merasa bahagia. Sesuatu yang hanya pura-pura atau diwarnai paksaan pastinya akan terasa di dalam hati, sehingga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam sebuah hubungan.
***
Happy satnite 😍🤗
Gimana Krystal sama Melvin udah manis?
Ekspresi Melvin waktu meluk Krystal
Oh iya guys, aku mau nanya deh. Tolong dijawab ya!
Kalau semisal aku bikin giveaway seputar cerita ini ada yang mau ikutan nggak?
Hadiahnya kemungkinan buku, so nanti pertanyaan seputar ikut GA akan muncul terus sampai ada yang ikutan minimal 10 orang ya.
Dan kalau ada yang mau nih, nanti diadakan GA-nya setelah di atas bab 20.
02 February 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top