You 9: Sunshine
"Umin, nitip donk."
Chaeyoung membujuk Xiumin yang hendak berjalan ke kantin. Ia sedang berdiri di koridor kelas bersama Lisa ketika Xiumin melewati mereka.
"Neng mau nitip apa sama babang? Hehe."
Xiumin cengengesan.
"Nitip tahu gejrot lima rebo." Sambung Lisa.
"Kau saja yang makan!" Chaeyoung menatap Lisa dengan sebal.
"Air minum." Jawab Chaeyoung mantap, ia memberikan selembar uang pada Xiumin.
Saat Chaeyoung mengedarkan pandangannya ke lapangan bawah, ia memanggil Xiumin.
"Eh! Xiumin! Dua botol! Dua!"
"Untukku satu ya?" Tanya Xiumin.
"Tentu saja bukan!"
***
"Hai, kakimu masih sakit?"
Irene berhenti di depan Jisoo yang sedang duduk di pinggir lapangan olahraga, lalu duduk disebelahnya.
"Tidak begitu."
Jisoo tersenyum. Ia teringat kakinya mulai membaik setelah diurut Jennie.
"Yang waktu itu terima kasih, ya. Jeongmal gomawo."
"Ah tidak perlu, memang sudah seharusnya." Irene tersenyum.
"Darimana kau belajar melakukannya?"
"Cuma pernah nonton kok." Irene tertawa kecil, ia menatap Jisoo.
"Nonton? Di?"
"Di siatube. Banyak channel tutorial disana."
Serombongan gadis-gadis memperhatikan mereka berdua dari ujung.
"Hei, itu Irene."
Krystal yang kebetulan lewat menghentikan jalannya, ia menoleh.
"Wah, dia bersama Jisoo." Seru gadis lainnya.
Krystal melempar pandangannya pada Jisoo dan Irene yang sedang duduk berdua dibawah sana. Krystal mengepalkan kedua tangannya.
"Beraninya." Ia menatap kedua orang itu dengan penuh kebencian.
"Awas kau Kim Jisoo!"
***
"Hai."
"Chaeyoung-ah, darimana?" Jisoo tersenyum cerah melihat Chaeyoung datang menghampirinya.
Irene hanya memasang wajah datar.
"Dari atas. Ini untukmu."
"Terima kasih, jangan repot-repot lain kali." Jisoo menerima sebotol air mineral yang diberikan Chaeyoung.
Chaeyoung menatap Irene, yang ditatap sedikit memberi tatapan sinis.
"Mau?" Chaeyoung menawarkan sebotol air yang sebenarnya ia beli untuknya sendiri.
"Tidak. Terima kasih. Jisoo, aku pergi dulu ya." Pamit Irene. Jisoo hanya mengangguk.
"Kakimu masih sakit?" Tanya Chaeyoung.
"Sedikit." Jawab Jisoo.
"Kenapa sekolah?" Tanya Chaeyoung.
"Biar pintar." Jawab Jisoo.
"Bukan itu! Kan kakimu masih sakit."
"Oooh.... Ini? Tidak apa-apa." Jawab Jisoo.
"Jadi tadi pagi kau berangkat dengan?"
"Jennie." Ups, Jisoo menutup mulutnya. Ia keceplosan.
"Hmmm...." Chaeyoung tersenyum, ia berhasil menjebak Jisoo.
"Kalian tinggal serumah kan?" Tanya Chaeyoung to the point.
"Tidak, Jennie hanya searah." Jelas Jisoo.
"Benarkah?" Selidik Chaeyoung.
"Benaaar kok." Jisoo menjawab sepotong.
"Searah ke rumah yang sama maksudku. Maafkan aku, Chaeyoung. Aku harus merahasiakan ini." Sambung Jisoo dalam hatinya.
"Hmm... Baiklah. Aku kembali dulu ke kelas ya."
"Iya. Terimakasih." Jisoo lega, ia bisa terhindar dari kecurigaan temannya itu.
***
Jisoo menunggu dan terus menunggu. Setelah seluruh sekolah sepi, ia melihat sosok Jennie mendekat.
"Ayo." Dan mereka pulang bersama.
Kemarin malam ketika Jisoo bertanya kenapa Jennie mengajaknya untuk berangkat dan pulang bersama, Jennie hanya bilang...
"Aku tidak mau dituduh melukai anak tuan pemilik rumah ini."
"Tuan itu kan appa-mu juga." Jawab Jisoo dalam hati.
"Pegang yang erat." Jennie memberi komando, membuyarkan lamunan Jisoo.
"Iya." Jisoo memeluk pinggang Jennie erat.
Angin sepoi-sepoi sore itu membuat Jisoo mengantuk.
Pluk.
Kepala Jisoo menempel di punggung Jennie.
Punggung Jennie menegang, tapi ia masih mengayuh sepedanya.
"Hei kau. Jangan menyender begitu! Aku tidak suka!" Tegur Jennie.
"Yak!" Tidak ada jawaban. Jennie menoleh ke belakang.
"Hei! Jangan tidur disini! Aish! Jinjja!" Jennie mengerem sepedanya.
"Haduuuh. Merepotkan saja."
Jennie menghela napasnya.
Ia memegang kedua tangan Jisoo di pinggangnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang setang sepeda.
Ia jadi harus berjalan sedikit lambat.
"Hei, bangun." Jennie mengusap tangan Jisoo pelan.
"Jisoo, palli ireona." Jennie membangunkan Jisoo dengan malas.
Bagaimana dia bisa bangun jika kau tidak turun juga, Jen?
"Hmmm?" Jisoo membuka matanya.
"Sudah sampai?" Tanyanya.
"Daritadi." Jennie tak acuh, ia membuka pintu rumah.
"Maaf." Cicit Jisoo sambil menunduk.
Jennie mendengarnya, tapi ia hanya melihat Jisoo sekilas lalu masuk ke dalam.
Jisoo berjalan pelan-pelan sambil memegang dinding.
Ia menuju kamarnya. Jisoo membuka pintu kamarnya, berjalan masuk, menuju kasurnya. Segera terlelap.
***
"Sssh..." Rasa ngilu di kakinya membangkitkan kembali kesadarannya.
Jisoo membuka matanya perlahan.
Ia bisa melihat Jennie sedang duduk di tepi ranjangnya, mengurut kakinya.
"Jennie?"
"Pintu kamarnya tidak tertutup, jadi aku masuk."
Jelas Jennie tanpa diminta.
Jisoo hanya diam saja. Ia mengamati Jennie.
Setelahnya Jennie menatap Jisoo, lalu beranjak keluar kamar.
"Jennie!"
Suara Jisoo masih terdengar cukup lantang untuk memanggilnya. Mustahil jika Jennie tidak menoleh.
"Hmm?" Jennie menoleh, dan menjawab Jisoo dengan malas.
"Terima kasih ya." Jisoo tersenyum tulus.
Deg.
"Perasaan apa ini? Apa-apaan senyumnya itu?"
Batin Jennie dalam hati.
"Hmmm.." balas Jennie, sebelum ia keluar dari kamar Jisoo dan menutup pintunya dari luar.
***
"Dia itu seperti matahari, pusat tata surya. Menarik semua planet untuk mengitarinya. Dan aku, salah satu planet itu. Dia, matahari yang bersinar terang."
Seorang gadis mengetik kalimat itu di laptopnya, ia tersenyum membayangkan murid baru di sekolahannya.
***
Hey readers,
Apa kabar? Semoga baik-baik saja ya... Besok senin... :-p Udah siap? Wkwk
Hope you have a nice day, have a blessed week, and be happy wherever you are~ Cheerio~
Dedicated to someone who I've promised to up last night. Hey, you, sorry I'm late. But, finally I made two parts. Lol.
-Ken-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top