You 62: Ghosting

Jisoo berdiri tak jauh dari gerbang sekolahnya. Ia gelisah. Berjalan bolak-balik, melirik arloji yang melingkar di tangannya, sesekali mengamati guru penegak disiplin yang berdiri di depan gerbang dan meneriaki siswa-siwi yang dianggapnya melanggar peraturan sekolah. 

Seseorang yang berjalan pelan dari seberang jalan mengamati Jisoo. Ia masih berdiri di tempatnya, mengamati Jisoo sambil tersenyum. Kemudian ia mendekati Jisoo yang masih berdiri sendirian. Ia melepas dasi yang melingkar di lehernya, kemudian menepuk pundak Jisoo pelan dari arah belakangnya, mengejutkan Jisoo yang masih termenung sambil berpikir.

"Ini, pakai punyaku."

"Jennie?!" Jisoo kaget. Padahal ia tak menghubungi Jennie sama sekali.

Jennie hanya tersenyum sambil menjawab, "Iya, ada apa?"

"Kau, tau darimana?" Jisoo menatap Jennie tak percaya, tiba-tiba muncul saat dibutuhkan.

"Aku disana daritadi. Kebetulan melihatmu." 

Jennie menunjuk tempat duduk diujung gang, yang ramai dengan siswa pria dan asap rokok yang mengepul.

"Kau habis merokok?" Jisoo menaikkan sebelah alisnya, wajahnya sedikit menyelidik Jennie.

Ia maju menarik kerah baju Jennie lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jennie, mengendusnya.

"Tidak bau rokok. Awas saja kalau kau berani merokok lagi!" Jisoo memperingatinya dari jarak dekat sambil menunjuk Jennie dengan telunjuknya. 

Jennie tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi itu. Perhatian dari Jisoo selalu bisa membuatnya tersenyum lagi sekuat apapun badai menghantamnya jatuh. Padahal Jisoo sedang mengancamnya, tapi wajah galak Jisoo tidak berpengaruh. Wajah ini malah akan diingat Jennie baik-baik agar ia bisa melihat Jisoo dimanapun ia pergi.

"Tidak. Tidak akan. Aku janji." Jennie mengalungkan dasi yang masih dipegangnya ke balik kerah baju Jisoo. 

Jisoo masih menatapnya lurus, sedangkan Jennie sibuk memasangkan dasi di kerah seragam Jisoo.

"Dasimu bagaimana? Nanti kau bagaimana?" Tanya Jisoo dengan polos.

"Tenang. Aku tidak apa-apa." 

"Tidak apa-apa bagaimana? Kalau tertangkap bagaimana? Kau bisa dimarahi."

"Tidak akan. Tenang saja." Jennie mendengus.

"Sombong sekali." Jisoo mendecih sebal. Ia ingin menoyor Jennie rasanya.

Jennie tertawa kecil.

"Tenang saja, aku punya satu lagi di tas. Kalau tidak, aku bisa meminjam dasi di koperasi."

"Siapa kau memangnya sampai mendapat izin meminjam dasi di koperasi?" 

"Coba tebak." Jennie merapikan kerah baju Jisoo.

"Penjaga koperasi kan. Makanya kau sering bolos."

"Enak saja!"

Jennie melotot.

"Aku...sudah tidak bolos lagi."

Ia menatap Jisoo.

"Tidak merokok lagi, dan tidak berkelahi lagi. Juga tidak memalak anak orang lagi." Jennie melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap Jisoo lurus-lurus.

"Sudah, masuk sana. Aku masih ada urusan." Jennie menepuk lengan Jisoo dan berjalan melewatinya.

"Kau mau kemana?! Nanti terlambat!" Jisoo menarik tangan Jennie dari belakang.

"Kesana sebentar." 

"Tidak! Sekarang pasang dasimu dan masuk bersamaku!"

Jennie menghela napasnya. 

"Katanya kau tidak bolos. Terus mau apa pergi kesana?"

Jisoo menginterogasi Jennie.

"Aku mau kembali ke kelas." balas Jennie.

"Ke kelas lewat sini!" Jisoo menunjuk kearah gerbang sekolahnya dengan kesal.

"Dasiku di kelas. Ranselku di kelas." 

"Ini, pakai lagi punyamu." Jisoo hendak melepas dasinya.

"Tidak. Kau masuk. Aku akan masuk lewat halaman belakang." Jennie berjalan mundur.

"Bagaimana?!" Jisoo mencerna kalimat Jennie.

"Memanjat tembok!" Jawab Jennie sambil berlari dan menghilang di tikungan.

Jennie tersenyum. Bohong. Dia bohong jika daritadi dia sedang berada di seberang sekolahnya. Padahal dia mencari Jisoo di kelasnya, menunggunya, dan terus mencarinya. Hingga ia putuskan untuk menunggu di seberang jalan. Menunggu, dan terus menunggu, hingga ia bisa melihat gadisnya datang.

"Ketemu kau." Jennie tersenyum mengamati Jisoo. 

Baru hendak menyeberang, ia melihat gelagat Jisoo yang tidak biasa. Mengamatinya sejenak, dan Jennie menyimpulkan.

"Dasi." 

Ia tersenyum dan beranjak menyeberangi jalan.

***

"Kau yakin, Jen?"

Krystal menatap Jennie yang sedang duduk di depannya.

"Ya." Jennie mengangguk mantap.

"Kau tidak akan menyesal dengan keputusanmu? Kau bisa saja kehilangan segalanya." Krystal tampak meyakinkan Jennie agar membatalkan niatnya.

"Krystal..." Jennie menautkan ujung-ujung jarinya dan meletakkan dagunya disana, kedua sikunya masih menyender di meja.

"Aku memang sudah kehilangan segalanya."

Krystal terdiam, ia menunduk menatap kertas di hadapannya sambil mengulum bibirnya.

"Kemari." Jennie menegakkan duduknya, ia mengulurkan tangannya.

Krystal menyerahkan pena tinta di tangannya pada Jennie.

"Terima kasih. Aku tidak akan melupakan bantuanmu." Jennie mengembalikan berkas yang sudah ditandatanganinya pada Krystal.

***

Jennie menatap Irene yang sedang tertidur lelap. Ia menyelipkan surat diatas meja tepat disamping Irene.

"Gomawoyo. Aku tidak akan melupakan bantuanmu." 

Jennie memandangi sekeliling kamar Irene, ia ingin mengingatnya baik-baik untuk terakhir kali.

"Jadi begini akhirnya." Jennie menghela napasnya. Ia berjalan diam-diam keluar rumah, menuju suatu tempat.

***

"Kau sudah mau pulang? Disinilah sebentar lagi. Appa tidak akan pulang malam ini." 

Jisoo memeluk pinggang Jennie erat-erat. Melihat Jennie yang muncul tiba-tiba setelah mengetuk pintu rumahnya tiga kali membuat Jisoo tidak ingin melepasnya.

"Jisoo, nanti Irene mencariku." rengek Jennie.

"Baru jam berapa."

"Jam satu malam."

"Ya makanya Irene tidak akan mencarimu. Buat apa juga dia mencarimu. Dia malah senang kau tidak mengganggunya!" 

Jennie tertawa mendengar Jisoo mengomel dibalik punggungnya. 

"Sudahlah, kembali kesini. Ya? Tidak usah takut pada Appa, biar aku yang urus. Kau kembali saja kesini bersamaku. Ya? Jebal."

Jisoo mencoba membujuk Jennie. Jennie hanya tersenyum, matanya menerawang memikirkan sesuatu.

"Jisoo sayang..." Jennie mengelus pelan tangan Jisoo yang melingkar di perutnya.

"Dengarkan aku baik-baik."

Jennie bangkit dari tidurnya. Ia duduk. 

Jisoo mengikuti gesture Jennie dan duduk saling berhadapan.

"Aku pasti akan kembali padamu."

Jisoo diam memperhatikan Jennie yang sepertinya akan terus berbicara.

"Akan ada waktu dimana kita dapat kembali bersama, bahkan untuk waktu yang jauh lebih lama."

Jennie menatap Jisoo, wajahnya terlihat sendu tapi senyuman tak kunjung pudar dari wajahnya.

"Nanti, setelah aku lebih pantas untukmu... Setelah aku sedikit lebih baik dari ini, setelah aku sedikit lebih berhasil.. Aku akan bertanggungjawab atas dirimu." 

Jennie menautkan rambut jisoo ke balik daun telinganya.

"Nanti, setelah kita bersama lagi.. Aku akan memelukmu siang dan malam, menghabiskan waktu hanya untuk melihatmu. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi. Nanti.. setelah aku sedikit lebih pantas untukmu. Setelah aku sedikit lebih baik dari ini." 

Jennie tersenyum.

"Apa ini? Kau bilang tidak akan membuatku menangis lagi?" Jisoo mendorong bahu Jennie, ia mengusap air mata yang turun dari pipinya.

"Siapa bilang kau tidak pantas untuk-"

Jennie membungkam ucapan Jisoo dengan sebuah ciuman lembut di bibirnya.

Setelah terpisah dan bertemu kembali, diperlakukan seperti ini hanya membuat air mata Jisoo turun lagi. 

Jennie melepaskan tautannya dengan Jisoo, ia kembali menatapnya.

"Saranghaeyo. Jeongmal saranghaeyo, Kim Jisoo."

Jisoo memeluk Jennie erat-erat, tak ingin melepaskannya.

"Kalau nanti... aku masih memiliki kesempatan.. mungkin saat dimana kau masih sendiri.."

"Jangan diteruskan." 

Jisoo tidak kuat mendengar kalimat yang diutarakan Jennie. Air matanya masih belum berhenti turun.

"Atau kalaupun tidak ada kesempatan itu, kuharap kau bisa menemukan seseorang yang bisa mencintaimu dengan baik." lanjut Jennie.

Dan sekarang air matanya turun lagi.

"Kau ini kenapa? Kenapa mengatakan kalimat sedih seperti ini sih?" Jisoo menatap Jennie dengan tatapan nanar. Ia baru menyadari mata Jennie pun juga basah.

"Karena kita tidak ditakdirkan bersama." Jennie tersenyum di tengah tangisnya.

"Kalau tidak ditakdirkan, kita tidak mungkin bersama sekarang." bantah Jisoo.

"Benar." Jennie tersenyum, ia mengalihkan pandangannya dari Jisoo.

"Kau benar." Ia kembali menatap Jisoo sambil tersenyum, tapi matanya menangis.

"Siapa yang tau kita ditakdirkan untuk bersama atau untuk tidak bersama?" Jisoo mengusap mata Jennie yang basah.

"Makanya, kita akan bersama lagi, besok. Ya? Sekarang aku harus pulang, ke rumah Irene."

Jennie mengelus tangan Jisoo yang masih memegang pipinya.

"Kemari." Jennie menarik Jisoo ke dalam pelukannya. 

Hangat. 

Ini yang mereka rasakan.

Rasanya ingin mereka hentikan waktu yang berputar sekarang. 

"Bisakah aku merasakan ini selamanya?"

"Jangan menungguku, ya." Jennie mencium kening Jisoo, ia masih menggenggam kedua tangan Jisoo.

"Siapa juga yang menunggumu?" Jisoo mencibir.

"Bagus. Jangan menungguku." Jennie tertawa sambil mengacak-acak rambut Jisoo.

"Tidurlah. Yang nyenyak." 

"Tidak bisa. Karena kau tidak ada disini." Jisoo menatap Jennie lagi.

"Jisoo, jangan membuatku menidurimu sekarang." Jennie menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Pergi kau! Dasar yadong!" 

Jisoo menarik selimutnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Jennie tertawa lagi.

"Kemari. Peluk aku sebelum pulang." 

Mendengar itu Jisoo segera membuka selimutnya dan menghambur ke pelukan Jennie, memeluknya dengan erat. 

Setelahnya Jennie pamit.

Ia membawa ranselnya yang disembunyikan di samping rumah dan pergi menuju bandara.

Ya, ini hari terakhirnya di Seoul. 

***

Hai readers, apa kabar?

Saya harap semuanya baik-baik saja ya. Stay safe from covid nineteen, take care, pake masker kalo keluar, ya. Rajin-rajin cuci tangan, pake sabun jangan pake deterjen nanti panas, apalagi pake ayat kursi, panas banget nanti kalian. 

Makan sayur, beli buah, jangan maling.

Maskernya rajin-rajin diganti dan dicuci jangan dipake terus tapi gak dicuci-cuci, nanti bau jigong malah jadi covid-20.

Coba deh dengerin lagunya waktu lagi part Jennie di kamar pelukan sama Jisoo. Ini terinspirasi dari drama Crash Landing on You sih waktu Seung Jun lagi ngelamar Seo Dan. Sumpah sedih banget. Tapi lagunya enak, walau belum release dimanapun. Sampe tahan download videonya di youtube terus convert online lagi ke mp3. Wkwkwk 

Well, bau-bau mau tamat cerita ini. Selamat membaca dan terima kasih untuk yang sudah mengikuti sampai sejauh ini. Kalian luar binasa.

-coffeelatta-

Duh, sorry ngedit lagi. Authornya ceroboh sih wkwkwk







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top