You 55: Convivia
"Chaeyoung..."
Lisa berusaha memanggil tunangan palsunya yang sedang anteng duduk sambil menggambar di mejanya. Tapi Chaeyoung tidak menjawab, sibuk dengan kegiatannya sendiri dan mengabaikan Lisa.
"Chaeyoung, kau harus menemaniku makan malam hari ini. Orangtuaku mengundang."
Sontak Chaeyoung terperanjat dan menghadap Lisa, tarikan garisnya merusak sketsanya.
"Mwo?! Kok tidak bilang?"
"Ini aku lagi bilang."
Lisa mendengus kesal. Ia melipat lengan seragamnya.
"Aku tidak bisa."
Chaeyoung membalik lembar buku sketsanya.
"Waeyo?"
Lisa mengerutkan keningnya.
"Jisoo mengundangku juga, dia minta ditemani. Malam ini Appa-nya pergi keluar kota dan Jennie harus membantu menyiapkan barang-barang untuk kegiatan bakti sosial di yayasan dekat rumahnya. Mungkin dia pulang tengah malam atau subuh."
"Kan ada Irene? Kenapa Jisoo tidak tidur bersama Irene saja atau tidur di rumah Irene?"
Lisa hanya berusaha memberi saran tapi ia mendapat tatapan tajam dari Chaeyoung.
"Kau kenapa sih?"
Lisa heran melihat sikap Chaeyoung.
"Pokoknya aku tidak bisa!"
Chaeyoung berdiri dari duduknya.
"Orangtuaku bagaimana?"
Lisa menahan lengan Chaeyoung yang ingin pergi.
"Pikirkan pendapat mereka kalau kau tidak datang."
Chaeyoung menghempas tangan Lisa.
"Kau tidak memikirkan Jisoo sendirian?"
Ia masih menatap Lisa.
"Tapi kau ini tunanganku!"
Lisa menghempas buku-buku di hadapannya hingga jatuh ke lantai.
"Kau ini kok egois sekali? Aku tidak mau ya tidak mau! Dan apa-apaan saranmu itu? Jisoo tidur dengan Irene? Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya!"
Lisa terkejut dengan bentakan Chaeyoung. Ia terdiam.
"Maaf. Aku hanya memberi saran. Aku tidak bermaksud...membuatmu... Maaf Chaeyoung."
Lisa tidak kuat melanjutkan kata-katanya, matanya memerah, buliran air mata sudah menggunung di pelupuk matanya. Ia mengendalikan napasnya. Ia baru sadar ia tidak sepenting itu bagi Chaeyoung.
Chaeyoung menghela napasnya sejenak.
"Maaf. Nanti aku akan datang."
Ia mengelus kepala Lisa, merasa bersalah.
"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu."
Chaeyoung maju selangkah, memeluk kepala lisa yang masih duduk di kursinya. Lisa memeluk pinggang Chaeyoung dengan amat erat.
***
Suasana malam itu sangat tenang, Lisa duduk disamping Chaeyoung. Mereka berhadapan dengan orangtua Lisa yang asik bersenda gurau daritadi.
"Kami senang kau datang."
Wajah Eomma Lisa berseri-seri menatap Chaeyoung, senyuman tak kunjung pudar dari wajahnya.
"Iya, walau sendirian."
Sambung Appa Lisa yang sekarang sedang menusukkan garpu dan mengiris daging sapi di piring itu dengan pisau.
"Iya, mereka menitip salam untuk Ahjussi. Maaf mereka belum pulang dari Swiss."
"Panggil Appa saja, Chaeyoung."
Appa Lisa tersenyum jahil.
Chaeyoung hampir tersedak.
"Ini."
Melihat ekspresi Chaeyoung, Lisa menyodorkan segelas air disampingnya.
"Tidak usah, ini airku ada."
Chaeyoung menolak halus. Lisa sedikit kecewa. Orangtua Lisa memperhatikan mereka. Melihat itu, Chaeyoung mengambil tissue di meja makan. Chaeyoung menyentuh pundak Lisa.
"Hei."
Lisa menoleh.
"Selalu saja begini. Kalau makan pelan-pelan, kan sudah kubilang."
Chaeyoung mengusap tepi bibir Lisa yang memang ada bekas bumbu saos.
"Gomawoyo."
Lisa tersenyum tipis.
"Ndeeee."
Chaeyoung mengusap kepala Lisa sambil tersenyum.
"Kau pasti sayang sekali dengan Lisa, ya."
Eomma Lisa tersenyum senang melihat interaksi keduanya.
"Tentu saja."
Jawab Chaeyoung dengan jujur. Ia lupa status mereka sudah lebih dari teman di hadapan orangtua Lisa.
"Bukannya Lisa-ku yang sangat mengejar Chaeyoung-nya ya?"
Appa Lisa tertawa kecil.
"Appaaaaa."
Lisa memelototi Appa-nya.
"Bercanda, sayang."
Appa Lisa tertawa lagi.
Setelah puas berbincang, Chaeyoung pamit pulang.
"Ini sudah jam 9 malam, apa tidak menginap saja?"
Tawar Eomma Lisa.
"Ah tidak usah. Aku pulang saja."
Chaeyoung tersenyum tipis.
"Disini saja, ya?"
Lisa menahan tangan Chaeyoung.
"Chagiya, besok kan kita bertemu lagi di sekolah. Aku pulang saja, ya?"
Chaeyoung berujar begitu di depan orangtua Lisa. Ia mengelus kepala Lisa dan mencium keningnya.
"Tapi..."
"Besok pagi kujemput. Ya? Selamat malam."
"Baiklah."
Lisa masih menggenggam tangan Chaeyoung walau Chaeyoung menariknya. Melepasnya pelan-pelan.
"Hah, mereka mesra sekali ya."
Ujar Eomma Lisa sambil menyender di bahu suaminya.
"Memangnya aku tidak mesra?"
Balas suaminya.
"Ah, kau sudah lama tidak romantis!"
Eomma Lisa menepuk bahu suaminya.
"Yang benar? Bagaimana kalau kita habiskan malam berdua sekarang?"
Appa Lisa tersenyum nakal, ia menatap Eomma Lisa dengan tatapan intens dan menarik pinggangnya.
***
"Kau pulang saja, jemput aku nanti subuh. Aku akan telepon kalau sudah mau pulang."
Titah Chaeyoung pada supirnya.
Ia turun di depan rumah Jisoo.
"Masih setengah sepuluh malam." Pikirnya.
Diketuknya pintu itu, menanti orang yang ditunggunya membuka pintu.
"Chaeyoung?! Ayo masuk!"
Jisoo memekik senang. Ia menarik lengan Chaeyoung. Jangan tanya bagaimana perasaan Chaeyoung. Tentu saja dengan senyum di wajahnya Chaeyoung mengikuti Jisoo yang menarik lengannya untuk masuk ke dalam rumah.
"Maaf ya aku terlambat."
Jisoo berbalik, menatap Chaeyoung.
"Tidak apa-apa, aku senang kau masih mau kesini. Aku kira kau tidak akan datang. Aku juga sebenarnya tidak enak mengganggumu dan Lisa."
Jisoo menggaruk tengkuknya.
"Mana mungkin aku tidak datang."
Pikir Chaeyoung dalam hati.
"Kau sudah makan?"
Chaeyoung bertanya, sedikit ragu melihat Jisoo.
"Mm, belum. Aku rasa Jennie juga pasti belum makan."
"Bagaimana kalau kita-"
Suara pintu terbuka menghentikan kalimat Chaeyoung.
"Jisoo... Jisoo..."
Suara Jennie.
"Sebentar. Kau masuk saja ke kamarku, Chaeyoung."
Jisoo melangkah ke depan, mendekati Jennie.
"Hei, kenapa kau pulang? Memangnya sudah beres bantu-bantunya?"
"Belum. Ini, dimakan. Nanti aku juga makan disana."
Jennie menyodorkan sesuatu di dalam kantong plastik. Jisoo membukanya.
"Kimbab?"
"Iya. Makanlah, jangan menungguku."
Jennie menoleh, ia melihat sosok Chaeyoung yang diam saja daritadi.
"Makanlah bersama Chaeyoung, sana. Chaeyoung, temani dia makan. Aku akan kembali beberapa jam lagi."
"Nde."
Jawab Chaeyoung, singkat.
Setelahnya Jennie berbalik dan pergi keluar rumah. Ia berdiri sejenak, menatap keluar, dan menghela napasnya.
"Apa-apaan aku ini? Membiarkan gadis yang kusuka bersama dengan gadis yang menyukainya. Tapi mau bagaimana lagi. Toh Jisoo sudah bilang padaku sebelumnya."
Jennie mengendikkan bahunya, tetap berjalan berusaha mengabaikan rasa sakit di dadanya memikirkan Jisoo ditemani Chaeyoung malam ini.
"Kau benar tidak mau makan?"
Jisoo menatap Chaeyoung yang dia saja mengamatinya makan sambil tersenyum.
"Tidak, aku sudah makan tadi."
"Ini enak loh."
Jisoo menyodorkan satu kimbab kearah Chaeyoung. Tentu saja tidak mungkin Chaeyoung melewatkan kesempatan ini. Ia menerima suapan dari Jisoo.
"Iya, enak sekali."
Enak sekali disuapi Jisoo maksud Chaeyoung.
"Gantian boleh?"
"Hmm?"
Jisoo yang baru mau mengambil satu kimbab lagi menghentikan gerakannya dan menatap Chaeyoung.
"Gantian."
Chaeyoung mengambil satu kimbab dan menyuapi Jisoo.
"Oh, kukira apa."
Jisoo tertawa kecil dan menerima suapan itu.
Setelah asik suap-suapan dan menghabiskan makan malamnya, Jisoo membereskan meja.
"Bagaimana kau menghabiskan malam-malammu?"
"Mengobrol bersama Jennie di kamar."
"Tidur berdua?"
"Iya."
"Dia kan punya kamar sendiri?"
"Ya, sepi kan kalau sendiri-sendiri?"
Jisoo tertawa kecil.
"Ya juga."
Chaeyoung menguap.
"Kau mengantuk?"
"Sedikit."
"Masuklah ke kamar, aku akan menyusulmu sebentar lagi."
"Tidak."
"Kenapa?"
Jisoo yang masih mengelap mejanya menatap Chaeyoung.
"Aku kesini untuk menjagamu malah kau yang menjagaku."
Jisoo tertawa mendengar alasan Chaeyoung. Ia segera meletakkan lap nya, berjalan ke wastafel, mencuci tangannya, dan kembali ke tempat Chaeyoung.
"Ayo kita tidur."
Ia menarik tangan Chaeyoung, membawanya ke kamarnya dan mendorongnya masuk.
"Di luar atau di dalam?"
Tanya Chaeyoung sebelum naik keatas kasur Jisoo.
"Biasanya di dalam. Lebih enak."
Jisoo naik keatas kasurnya dan tidur di bagian dalam.
"Biasanya kau membahas apa bersama Jennie?"
"Banyak hal. Apa saja yang ingin dibicarakan. Dia biasanya memelukku sampai tidur."
"Seperti ini?"
Chaeyoung memeluk Jisoo.
"Iya. Tapi nanti Lisa marah kalau kau memelukku, hei!"
Jisoo menangkis tangan Chaeyoung.
"Ayolah, kita kan cuma teman? Disini tidak ada Lisa, tidak ada Jennie, dan kau sudah harus tidur, kan?"
Jisoo hanya mengangguk, ia menatap mata Chaeyoung.
Chaeyoung memperhatikan paras Jisoo lekat-lekat. Wajah cantiknya, hidungnya, bibirnya, ia sangat menyukai orang ini. Chaeyoung memajukan wajahnya, namun gerakannya terhenti.
"Sekarang tidur, aku akan menjagamu sampai Jennie pulang." Bisiknya di telinga Jisoo. Setelahnya ia memeluk Jisoo.
Ia membatalkan niatnya untuk mencium Jisoo.
"Aku harus tahan. Aku harus menjaganya."
Ujarnya dalam hati.
"Jennie tau aku akan datang?"
Tanya Chaeyoung mengalihkan perhatiannya.
"Tau. Aku bertanya padanya apakah boleh memintamu menemaniku. Dia bilang tentu saja boleh."
"Oh... Kenapa tidak meminta Irene?"
"Nanti dia malah mengajakku tidur ke rumahnya. Aku kan harus jaga rumah. Lagipula nanti ahjumma akan mencarinya."
Jisoo tertawa kecil.
"Benar juga."
Chaeyoung membayangkan eomma Irene meneriaki Irene seperti saat Irene meninggalkan tupperware-nya di kelas.
"Lisa tau kau kemari kan?"
Jisoo memastikan.
"Tidak tahu."
Jawab Chaeyoung, jujur.
"Kau ini!"
Jisoo kaget, ia sampai terduduk dan menoleh pada Chaeyoung.
"Sudah, tenang saja. Semua akan baik-baik saja. Kalau dia tahu juga dia tidak akan marah. Lebih baik kau tidur."
Jisoo menuruti kata-kata Chaeyoung.
Walau Jisoo berhasil tidur, Chaeyoung malah tidak dapat tidur.
Memperhatikan Jisoo yang sedang tidur dan memeluknya seerat ini dalam dekapannya.
"Setidaknya biarkan malam ini aku menganggap seakan-akan kau adalah milikku, Jisoo."
Pikir Chaeyoung.
Ia tidak rela tidur karena itu akan membuatnya melewatkan saat-saat seperti ini.
Pukul 2 dini hari.
Pintu kamar itu terbuka tapi tertutup kembali.
"Jennie?"
Chaeyoung melangkah keluar kamar.
Ia melihat temannya itu tidur di sofa ruang tamu.
"Hei, bangun. Jangan tidur disini."
Chaeyoung menoel-noel lengan Jennie.
"Hmmh?"
Jennie membuka matanya.
"Loh? Kenapa kau bangun?"
Jennie terperanjat melihat Chaeyoung.
"Masuk kamar sana. Aku harus pulang."
"Hah? Kau gila pulang jam segini. Tidur disini saja."
"Tidak. Besok pagi aku harus menjemput Lisa. Selamat malam."
Chaeyoung melangkah keluar dan menutup pintu, meninggalkan Jennie yang kebingungan.
Jennie berjalan pelan ke kamar Jisoo, dilihatnya Jisoo tertidur pulas.
"Dia pasti memeluknya dengan baik."
Gumam Jennie.
"Aku pergi saja."
Jennie hendak melangkah keluar, tapi Jisoo gusar dalam tidurnya.
Tangannya bergerak pelan mencari-cari sesuatu disampingnya.
Jennie mendekat, ia duduk dan meletakkan tangannya disitu. Jisoo menggenggam tangan Jennie.
Jennie memperhatikan Jisoo sejenak.
"Sepertinya benar kata Chaeyoung, aku harus tidur disini."
Jennie menarik selimut dan mengangkat kakinya naik keatas kasur. Ia mendekap Jisoo.
***
Convivia : makan malam
Berasal dari bahasa latin.
Okeh, ini 2x lebih panjang dari part kemarin. Hehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top