You 37: One Fine Day?
"Setelah ini kau mau kemana?"
Jisoo menelan rotinya sebelum menjawab pertanyaan Irene yang duduk dihadapannya. Daritadi hanya Irene yang berbicara sedangkan Chaeyoung yang duduk tepat disebelah Jisoo dan Lisa yang duduk disamping Irene hanya diam, Jennie? Cuek seperti biasa sambil mendengarkan musik dengan earphonenya. Bukannya Jisoo tidak memperhatikan itu, dia merasakan perubahan sikap teman-temannya yang agak pendiam hari ini.
"Tidak tahu. Kau?"
"Jalan-jalan saja mungkin, keliling sekolah. Mau ikut?"
"Ngapain?" Jisoo tertawa kecil.
"Ya jalan saja, kan jalan kemana pun tidak masalah yang penting bersamamu. Hehe."
"Terserah kau saja." Jisoo hanya menggelengkan kepalanya, heran melihat kelakuan Irene.
"Aku gak dengar, aku lagi pake headset." Sambung Jennie yang duduk di deretan paling ujung.
"Earphone!" Ralat Chaeyoung.
"Sama saja." Jennie tidak mau tahu.
"Beda ya. Yang kau pakai itu earphone. Headset, headphone, dan handsfree beda lagi."
"Coba apa bedanya?" Jennie tersenyum, akhirnya temannya bicara juga setelah diam saja dari pagi.
"Ya kau cari saja sendiri!"
"Malas."
Biasanya Lisa akan menengahi perdebatan kedua temannya ini, tapi ia masih betah berdiam diri dari pagi.
"Gimana sih, ini celemotan."
Irene mengulurkan tangannya. Mengusap tepi bibir Jisoo dengan ibu jarinya, menghapus jejak noda cokelat dari roti yang dimakan Jisoo.
Lantas membuat Jennie dan Chaeyoung langsung menoleh kearah mereka berdua.
"Nah, sudah ber-"
"Heh, jorok tau. Sini!"
Tepat saat Irene ingin menjilat jempolnya, Lisa menarik tangan Irene kuat-kuat dan mengelapnya dengan tissue yang ada di meja kantin.
"Tuh, masih lengket! Cuci sana!" Usir Lisa.
Membuat Irene menatap Lisa dengan tatapan sebal. Jennie dan Chaeyoung menahan tawanya diam-diam.
"Yasudah, aku cuci tangan saja!" Irene beranjak dari tempat duduknya.
"Untung Irene masih mau cuci tangan, kukira dia tidak akan cuci tangan seharian." Bisik Jennie.
"Aku kira malah dia tidak akan mandi sampai besok." balas Chaeyoung.
Jennie menatap Chaeyoung, ia menjawab Jennie tapi matanya memperhatikan Lisa yang diam saja.
"Memang mungkin lebih baik membiarkannya diam dulu dan jangan diganggu." pikir Jennie.
"Lisa, kau sedang sakit, ya?"
"Hmm?" Lisa menoleh kearah Jisoo.
"Kau sakit ya?" ulang Jisoo.
"Mwo? Tidak kok." Lisa tersenyum.
"Yang benar? Kau kelihatan lesu hari ini. Ada apa?"
Lisa diam sejenak, bingung harus menjawab apa pada Jisoo.
"Ah, aku hanya malas dengan pelajaran selanjutnya saja kok."
"Oh, begitu? Benarkah? Kau terlihat berbeda hari ini." Jisoo masih tidak melepaskan tatapannya dari Lisa.
"Ah masa sih? Kalau aku sakit kau cemas?" Lisa mencoba bercanda padahal ia sedang berpikir bagaimana caranya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja!"
"Oh, Jisoo tolong." Lisa menggelengkan kepalanya.
"Tolong apa?" Jisoo bingung.
"Tolong jangan membuatku tambah senang dengan perhatianmu!" Teriak Lisa dalam kepalanya.
"Tolong antar aku ke ruang kesehatan kalau begitu." Jawab Lisa dengan suara lemah.
"Kan! Kenapa tidak bilang kalau kau sakit?"
Jisoo panik, ia segera berdiri dari tempatnya.
"Hei, kalian tidak ingin membantu Lisa? Kenapa diam saja?" Jisoo melotot melihat kelakuan dua temannya yang cuek-cuek saja itu.
"Hmm..." Chaeyoung bingung harus merespon apa.
"Tidak, kau saja." Balas Jennie.
"Kau pulang saja ya?" Jisoo memegang lengan kiri Lisa.
"Ah, tidak usah. Tidak parah kok. Aku ke kelas saja." Lisa menolak dibawa ke ruang kesehatan tapi ia tidak berniat melepaskan pegangan tangan Jisoo di lengannya.
"Jangan. Lebih baik kau istirahat di ruang kesehatan! Kenapa tidak bilang daritadi?" Jisoo cemas melihat Lisa, tapi ia menurunkan suaranya, sedih Lisa diam saja.
"Baiklah." Lisa mengangguk akhirnya.
"Ayo. Kami pergi dulu ya." Jisoo pamit pada dua temannya sambil merangkul bahu Lisa dan sebelah tangannya memegang lengan Lisa.
"Yaaa." Jawab keduanya, serempak.
"Chaeyoung, kau lihat tidak-"
"Diam. Mulai hari ini kita bersaing secara sehat." Chaeyoung memotong kalimat Jennie dan meninggalkannya sendirian.
"Mwo? Apa-apaan ini?" Jennie menatap punggung Chaeyoung yang pergi meninggalkannya sendirian.
***
"Kau tidak bawa obat?" Jisoo menatap wajah Lisa yang daritadi menunduk saja.
Lisa menggeleng pelan. Jisoo masih merangkulnya, mereka masih di koridor, butuh sekitar sepuluh meter lagi untuk sampai di ruang kesehatan.
"Jisoo, sebentar lagi aku sembuh. Percaya tidak?" tanya Lisa sambil masih menunduk, ia berhenti berjalan.
"Mwo?" Jisoo juga berhenti berjalan.
"Karena ada kau di sisiku." Lisa mengangkat kepalanya, tersenyum sambil menatap Jisoo dihadapannya.
"Jangan bercanda, Lisa. Kau sakit begini membuat cemas tau!"
Senyum Lisa semakin lebar melihat ekspresi Jisoo yang panik karenanya.
"Kajja." Lisa memegang tangan Jisoo, melepaskan pegangan tangan Jisoo di lengannya dan menggandengnya erat di genggaman telapak tangannya.
"Jangan dilepas ya. Nanti aku tambah sakit." Lisa tertawa setelah mengatakan itu.
"Tidak akan. Tenang saja." Jisoo niat sekali mengantarnya ke ruang kesehatan.
"Ah. Enaknya bolos." Lisa berbaring tanpa beban di ruang kesehatan.
"Hei, kau kembali saja ke kelas. Sebentar lagi masuk." Lisa kaget melihat Jisoo malah duduk di kursi kecil tepat disamping bed-nya.
"Tidak. Aku akan menemanimu disini."
"Mwo? Jadi kau akan disini dua jam mata pelajaran bersamaku?"
"Nde. Kenapa? Tidur sana! Ah, iya kau belum minum obat." Jisoo berdiri, hendak mencari obat ke rak di dekat pintu masuk tadi.
"Ah, jangan!" Lisa menahan tangan Jisoo. Ia tidak mau minum obat padahal dia tidak sakit sama sekali.
"Tapi kau belum minum obat apapun. Dan kau sa-kit." Jisoo menekankan kata sakit di kalimatnya.
"Aku tidak apa-apa. Coba kau pegang sendiri ini keningku!" Lisa mendengus sebal.
"Mana?" Jisoo maju menundukkan wajahnya hingga dekat ke wajah Lisa, membuat Lisa membeku di tempatnya memandang Jisoo dari jarak sedekat ini.
Tangannya menyentuh kening Lisa. Lisa mengamati wajah Jisoo lekat-lekat. Ia tidak berkedip, bernafas pun susah. Ia dapat mencium harum aroma tubuh Jisoo dari jarak ini.
"Tidak panas sih, tapi wajahmu merah!" Jisoo menarik tangannya.
Lima detik melihat Jisoo seperti tadi terasa seperti lima puluh menit bagi Lisa.
"Yasudah, tidur saja ya? Atau kau mau makan lagi?" Jisoo duduk disamping Lisa.
"Tidak usah repot-repot, Jisoo." Lisa mengelus punggung tangan Jisoo yang menganggur disampingnya.
"Temani saja aku disini, sudah cukup. Tapi, lebih baik kau kembali ke kelas." Lisa menoleh menatap Jisoo dengan wajah seriusnya.
"Bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendirian?"
"Bisa, kau bisa. Kan kau meninggalkanku sebentar saja, bukannya selamanya. Kalau selamanya juga aku tidak kuat." Lisa tertawa.
"Ah kau ini!" Jisoo kesal karena daritadi Lisa bercanda saja.
"Kau mau minum?"
"Tidak."
"Makan?"
"Maunya Kim Jisoo." Lisa tertawa lagi.
"Mwo? Kau itu sakit masih bisa nakal ya."
Lisa berhenti tertawa.
"Jisoo, apa ada orang yang sedang kau sukai?" Tanya Lisa, kalimatnya mengandung nada-nada kecemasan.
"Suka ya? Aku tidak tahu." Jisoo melipat kedua tangannya di tepian kasur yang ditiduri Lisa.
Cahaya matahari sore itu menembus tirai jendela ruang kesehatan. Jisoo tampak memikirkan sesuatu. Ia menatap lurus ke jendela, mengingat-ingat hatinya pernah berdebar untuk siapa. Sampai ia menemukan jawabannya dan menggeleng pelan.
"Tidak mungkin." Pikirnya dalam hati.
"Kalau orang yang menyukaimu, kau tahu?" Lisa menoleh kearah Jisoo.
Jisoo tersenyum tipis, ia mengangguk.
"Lalu apa jawabanmu?"
"Aku tidak memberikan jawaban apa-apa, Lisa."
"Karena kau tidak menyukai mereka atau karena hal lain?" Lisa masih penasaran dengan gadis yang disukainya ini.
"Karena aku tidak mencintai dalam artian seperti itu."
"Benar, perasaan memang tidak dapat dipaksakan." Lisa memainkan ujung selimutnya.
"Kenapa? Ada yang kau sukai?" tanya Jisoo, penasaran.
Lisa diam sejenak, masih memainkan selimutnya, lalu ia menatap Jisoo.
"Ada satu." Jawab Lisa akhirnya.
"Wah, Siapa?" Jisoo tampak tertarik mendengar cerita Lisa.
"Dia itu, orang yang luar biasa. Banyak yang suka padanya." Lisa tersenyum, ia tampak berpikir untuk mengatakan kalimat apa selanjutnya.
"Tapi aku hanya salah satunya."
"Kenapa tidak kau katakan?"
"Karena cinta itu rumit, Jisoo. Aku tidak tahu isi hatinya ada untukku atau tidak."
"Kau tidak dapat merasakannya?"
"Terkadang, bisa saja yang kurasakan tentangnya salah. Selalu ada peluang perasaanku tidak terbalaskan." Lisa menatap Jisoo dengan tatapan teduhnya.
"Biarlah seperti ini. Aku mencintainya dalam diam, dan dia cukup merasakan tindakanku saja."
"Seperti pepatah cinta tidak harus memiliki, hm?" Jisoo teringat pepatah kuno itu.
"Cinta ya cinta. Tidak perduli orang itu bisa dimiliki atau tidak."
"Walaupun itu hal yang mustahil?"
"Benar. Nikmati sajalah." Lisa memejamkan matanya, ia mulai mengantuk.
***
Lisa terbangun mendengar bel sekolah, ia melihat Jisoo yang duduk disampingnya tertidur. Jadi, daritadi mereka berdua tertidur disini?
"Jisoo, bangun." Lisa mengelus kepala Jisoo dengan lembut.
"Coba saja aku bisa melihatmu seperti ini setiap hari." Pikir Lisa.
Lisa mengusap pundak Jisoo dengan lembut.
"Giliran Jisoo kau lembut sekali, giliranku kasar sekali."
Lisa terperanjat melihat orang yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Kau itu kenapa sih muncul tiba-tiba!" Lisa meneriaki Chaeyoung.
"Ini, tasmu." Chaeyoung membawakan tas Lisa.
"Oh. Terima kasih. Kan aku bisa ambil sendiri."
"Kalau aku yang terbaring disini juga pasti kau datang seperti ini sambil mengantar tasku, kan? Bahkan mengantarku pulang, mungkin."
"Bukan mungkin lagi, tapi pasti!"
"Hmm... Kan." Chaeyoung tersenyum.
"Jisoo, bangun." Chaeyoung mengelus pipi Jisoo.
"Aw!" Lisa mencubit tangan Chaeyoung kuat-kuat.
"Sakit!" Chaeyoung menarik tangannya dan mengusapnya.
"Jangan pegang-pegang Jisoo." Lisa melempar tatapan maut pada Chaeyoung.
"Cemburu padaku atau cemburu pada Jisoo?" Chaeyoung tertawa, menggoda Lisa.
"Memangnya kalau cemburu pada Jisoo atau padamu, masalah buatmu?"
"Ah, aku kecewa tidak diposesifin seperti dulu." Chaeyoung memegang dadanya, sambil memasang wajah kecewa, setelahnya ia tertawa.
"Maumu apa, Chaeyoung?" Lisa menatapnya dengan tatapan jengah.
"Hehe. Kajja, kita pulang. Aku tunggu di luar ya." Chaeyoung pergi keluar ruangan.
"Jisoo, bangun." Lisa duduk, ia mendekat, mengusap bahu Jisoo.
"Mmmh?" Jisoo terbangun, ia duduk.
Lisa memundurkan badannya, terkejut, mendadak wajahnya berdekatan dengan Jisoo. Lisa tidak kuat.
"Ayo pulang, tapi kita ke kelasmu dulu ya, tasmu belum diambil, kan?" Lisa turun dari bednya.
Begitu mereka membuka pintu, Jennie dan Chaeyoung sudah berdiri di luar sana.
"Jennie?" Jisoo melihat Jennie memegang ranselnya.
"Ayo pulang." Jennie menarik tangan Jisoo.
"Tidak, Jisoo pulang bersamaku." Chaeyoung menahan tangan Jennie. Keduanya bertatapan, suasana berubah menjadi tegang.
"Heh, apa-apaan. Aku pulang bersama Lisa! Dia sakit. Ayo Lisa."
Jisoo melepaskan pegangan tangan Jennie dan Chaeyoung ditangannya lalu ia menarik tangan Lisa, menemaninya pulang dengan selamat.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top