You 31: Gotcha I

Angin sore ini berhembus cukup kencang. Cuaca yang tidak terlalu mendung namun tidak terlalu cerah itu tetap saja membuat siswa-siswa mengantuk dan ingin segera mengakhiri pelajaran. Begitu juga aku. Aku ingin segera pulang ke rumah bersamanya. Dia sedang apa ya? Apa dia baik-baik saja? Krystal tidak mengganggunya lagi kan?

Tapi, kenapa aku jadi memikirkannya sampai begini ya? Kenapa aku tidak bisa tidak memikirkannya sehari saja. Haaah. Ini membuatku frustasi. Mana mungkin aku dan Jisoo. Dia kan kakakku. Ah, benar. Aku begini pasti karena selama ini aku selalu sendiri di rumah itu.

Dan dia datang. Menghidupkan suasana rumah, menghangatkannya, dan... Menghangatkan perasaanku.

Lagipula dia lebih dekat dengan teman-temanku daripada denganku. Seperti Chaeyoung, Lisa, dan Irene. Tapi kenapa aku gelisah setiap kali mereka dekat dengannya? Apa benar hanya karena aku takut mereka mengetahui hubunganku dengan Jisoo sebagai kakak adik tiri? Aku rasa sekarang hal itu tidak lagi penting jika terungkap. Lalu apa?

"Pssstt... Jennie!"

Sebuah bisikan keras mengalihkan pikiranku. Lisa yang duduk tepat dibelakang mejaku memanggil.

"Wae?" Aku menoleh.

"Chaeyoung."

Lisa memberi kode padaku untuk melihat kearah Chaeyoung.

"Kenapa dia?" Tanyaku.

"Dia habis menangis!" Desis Lisa.

"Kau apakan dia, Lisa? Jangan keterlaluan lah."

Aku memarahinya. Pasti dia keterlaluan mengusili Chaeyoung.

"Bukan gara-gara aku!" Lisa mencubit punggungku.

"Aw! Sakit!"

Ralat. Mencubit luka bekas sepakan appa di punggungku.

"Terus kenapa?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu. Mungkin kau tau sesuatu? Kan tadi dia sendirian waktu kita ke kantin berdua!"

Ah, benar. Jisoo menatapku waktu melihatku bersama Lisa. Tatapannya, sulit diartikan. Tunggu, aku harus memikirkan Chaeyoung, kenapa Jisoo lagi??!

"Gara-gara apa?" Aku memundurkan badanku sedikit ke belakang, bertanya pada Lisa.

"Tidak tahu! Nanti kita tanya saja."

Jawab Lisa.

Sebentar.

Terakhir dia masih terlihat baik-baik saja saat jam istirahat.

"Dia menangis sejak kapan?"

Tanyaku pada Lisa.

"Setelah masuk tadi."

Setelah masuk...

"Hmm... Mungkinkah... Jisoo?"

Tapi apa tadi mereka bertemu?

Ah, iya benar. Dia menyusulnya ke perpustakaan, kan?

Tapi apa benar? Apa yang terjadi sebenarnya?

Kami terpaksa menahan diri sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Lisa mendekati Chaeyoung lebih dulu.

"Chaeyoung, kau kenapa?"

"Tidak apa-apa kok."

Chaeyoung tersenyum.

"Bohong." Lisa menepis jawaban Chaeyoung.

"Tidak, aku habis menonton drama sedih." Jawab Chaeyoung.

Aku masih diam saja mengamatinya.

"Sejak kapan kau nonton drama?"

Chaeyoung tampak berpikir mendengar pertanyaanku.

"Satu minggu terakhir ini. Sudah ya, ayo kita pulang. Aku tidak apa-apa kok."

Ia tersenyum.

Lisa kembali ke mejanya, mengambil tas.

"Gara-gara Jisoo?" Bisikku.

Chaeyoung terbelalak, matanya melebar, seperti terkejut dengan pertanyaanku.

Kan. Benar.

"Tentu saja bukan. Ini gara-gara drama." Ia tertawa.

"Chaeyoung, kau bukan tipe orang yang akan menangis gara-gara hal kecil begini."

Chaeyoung diam sejenak.

"Gara-gara drama kok." Bantahnya.

Lisa kembali.

"Ayo Lisa." Ia menatap Lisa, menarik tangannya.

"Kami pulang ya. Daaah."

Pamit Chaeyoung.

Aku hanya mengangguk. Berjalan menuju gerbang depan. Jisoo sudah menungguku sendirian. Biasanya dia ditemani Irene atau Chaeyoung dan Lisa sambil menungguku turun.

"Kok sendirian? Sudah lama?"

Tanyaku setelah tiba di hadapannya.

"Iya yang lain sudah pulang. Tidak kok, baru sebentar." Jawabnya.

"Kajja, kita pulang." Aku mengulurkan tanganku.

Jisoo menatapku dengan bingung.

"Ayo pulang! Cepat."

Aku menarik telapak tangannya sampai masuk ke dalam genggaman tanganku dan menariknya, membawanya pulang.

***

"Bagaimana hari ini? Kau masih mendapat surat-surat itu?"

Aku duduk dihadapan Jisoo sambil menikmati makan malam buatannya.

"Masih."

Jawab Jisoo tanpa melihatku.

"Dari siapa ya?"

Aku menyeruput sup udang buatannya.

"Tidak tahu. Tapi hal ini sebenarnya cukup menggangguku."

Jisoo menggeser piringnya.

"Hmm.. aku tau."
Aku hendak mengambilkan sup untuknya.

Jisoo menatapku. Tanganku tidak sengaja menyentuh tangannya saat ia mengambil sendok sup.

"Sini." Aku menarik mangkuknya.

"Aku bisa sendiri."

"Biar aku. Ya?" Aku menatapnya sambil menurunkan nada suaraku.

"Mm.. yasudah." Jisoo mengalihkan pandangannya. Bisa kulihat wajahnya memerah.

"Hari ini kau bertemu siapa? Irene? Chaeyoung?" Selidikku.

"Keduanya. Aku bertemu Irene di perpustakaan. Dan Chaeyoung di toilet."

"Toilet?"

"Iya, dia habis menangis. Ternyata gara-gara habis menonton drama! Bikin panik saja."

Jisoo tertawa kecil.

"Oh... Lalu apalagi?" Sambungku.

"Ah... Irene bilang dia suka padaku lebih dari teman, Jen. Dan aku bingung harus apa."

Jisoo tampak berpikir.

"Oh... Dia mengajakmu berpacaran?"

"Tidak. Hanya mengatakan perasaannya saja." Jisoo menggeleng pelan.

"Di perpustakaan?" Tanyaku.

"Iya." Jisoo mengangguk.

Drama ya? Hmm? Kau menonton drama apa, Chaeyoung? Drama Jisoo dan Irene?

"Lalu bagaimana perasaanmu?"

Aku meletakkan sendokku. Menatap Jisoo dengan serius.

"Tentu saja aku menyayanginya sebagai teman."

"Yakin??" Aku ingin menguji keyakinan Jisoo.

"Mungkin."

Dia mengendikkan bahu. Sial. Bikin penasaran saja.

Setelahnya Jisoo bergegas membereskan piring-piring tanpa membereskan menu makan malamnya karena appa nya belum pulang.

Aku memutuskan menuju kamarku, mengerjakan tugas rumahku yang menumpuk.

Pintu kamar tidak kututup. Sengaja, menunggunya lewat.

Sekitar satu jam kemudian aku mendengar suara langkah kaki. Jisoo datang.

"Mau kemana?" Aku menyapanya di depan pintu.

"Ke kamar." Jawabnya.

"Oh..." Aku membuntutinya menuju kamarnya.

"Kau mau apa?" Jisoo berhenti melangkah saat menyadari aku mengikuti di belakangnya.

"Ikut ke kamarmu. Tidak boleh?"

Protesku.

"Kau kan punya kamar sendiri!"

Protes Jisoo.

"Ya aku lebih nyaman di kamarmu, bagaimana donk?"

"Kita tukar kamar saja kalau begitu!"

Aku heran kenapa dia jadi tukang protes hari ini. Dan sedikit galak.

"Hei enak saja! Lebih luas kamarku! Minggir!"

Aku mendahului langkahnya.

Berbaring terlentang diatas tempat tidurnya.

"Awas saja kalau kau sampai ketiduran. Aku akan pindah ke kamarmu!"

Ancamnya.

"Tidak akan. Aku tidak akan ketiduran. Kalau ketiduran pasti aku sengaja."

Aku tertawa. Jisoo menatapku dengan sebal. Ia menuju meja belajarnya.

"Sedang apa?" Tanyaku, penasaran.

"Bikin anak!" Jawabnya, asal.

"Kau mau?" Aku tertawa kecil menggodanya.

"Sudah tau bikin tugas masih nanya." Gumamnya.

"Kok kau sepertinya kesal sekali padaku hari ini?"

Jisoo diam.

Hmm. Tidak menjawab rupanya.

"Aku suka kamar ini. Ini kamar kerja eomma dulu sebelum pindah."

Kulihat Jisoo berhenti menulis. Aku tersenyum. Berdiri dari kasur dan berjalan mendekatinya.

"Sudah cukup main-mainnya. Aku kembali ke kamarku saja. Selamat belajar."

Aku mencium pipinya sebelum pergi.

Aku berbalik, melihatnya sebelum menutup pintu.

Jisoo melihatku pergi sambil memegang pipinya yang kucium.

***




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top