You 30: Circumhorizontal Arc
Jisoo berjalan cepat menuju kelasnya. Ia berangkat lebih pagi hari ini. Entah mengapa ia rasanya ingin menghindari Jennie saja hari ini. Tersadar di pagi hari bangun dalam kungkungan lengan Jennie yang masih setia melingkar di perutnya menimbulkan perasaan aneh dalam dirinya.
"Eits!" gadis pemilik sepasang sepatu putih di hadapannya ini terkejut karena tertabrak bahunya. Jisoo yang terkejut termundur ke belakang. Gadis itu menarik tangannya, menahan Jisoo yang sudah kehilangan keseimbangan agar tidak terjatuh. Mereka bertatapan sekarang. Gadis itu tersenyum.
"Makanya hati-hati. Pagi-pagi begini kau mau kemana sih?"
"Cha-chaeyoung?" Jisoo menormalkan detak jantungnya yang sempat terkejut tadi.
"Sudah sarapan? Mau makan dulu? Kutraktir." Tawar Chaeyoung.
"Kau juga, kenapa pagi-pagi sekali?" Tanya Jisoo.
Chaeyoung mengendikkan bahunya.
"Aku memang rajin datang pagi kok."
"Tapi biasanya tidak sepagi ini?"
"Curigaan mulu deh." Chaeyoung merasa seperti seorang tersangka penuh dosa sekarang.
"Aku ke kelas dulu." ujar Jisoo.
Jisoo melangkah ke kelasnya. Ia meletakkan tasnya, mengeluarkan buku dan alat tulisnya. Tangannya seperti biasa meletakkan barang-barangnya ke dalam laci.
"Hmm? Tumben hari ini tidak ada?" pikir Jisoo.
"Cari apa?" tanya Chaeyoung yang tiba-tiba sudah muncul lagi di hadapannya.
"Itu..."
"Makanan dan surat dari pengagum rahasiamu?"
Jisoo mengangguk.
"Kenapa kau peduli pada secret admirer-mu sih?" Chaeyoung menunjukkan wajah sebalnya.
"Sebenarnya aku harus cepat menangkapnya dan membuatnya menghentikan semua ini." balas Jisoo. Raut wajahnya serius, tampak berpikir.
"Itu, disana. Aku memindahkannya." Chaeyoung menunjuk loker Jisoo.
"Jangan bilang kau yang menaruhnya." Jisoo menatap Chaeyoung dengan tatapan penuh harap menemukan jawaban serius darinya.
"Aku tidak menaruh roti di lacimu."
Chaeyoung menjawab serius sambil menggeleng.
"Aku menaruh hati padamu." lanjutnya sambil tertawa.
Jisoo salah kalau menanti jawaban serius dari Chaeyoung.
"Haaah... Kau ini!" Jisoo memukul tangan Chaeyoung.
"Aw... Sakit... Tapi..." Chaeyoung diam, tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Tanya Jisoo.
"Tapi aku rela disakiti olehmu kok." lanjutnya.
"Chaeyoung!" Jisoo gemas dibuatnya.
"Hahaha. Ayo ke kantin. Kita makan saja berdua. Lebih baik makan berdua daripada berduaan di kelas, nantiiii..."
Chaeyoung mengarahkan jari telunjuknya dan memajukan wajahnya kearah Jisoo sambil menyipitkan matanya. Jisoo memundurkan kepalanya.
"Chaeyoung!"
"Iya, iya, ayo. Sebelum bel masuk." Chaeyoung menyeret Jisoo yang sudah melotot sebelum gadis cantik itu marah lagi.
***
"Selalu mengagumimu dari jauh. Jisoo, jangan lupa, kau selalu luar biasa."
Isi surat hari ini.
"Siapa dia sebenarnya?"
Jisoo meletakkan surat yang entah ke berapa itu ke dalam lokernya.
Jam istirahat kedua berbunyi, Jisoo meletakkan surat itu kembali ke dalam lokernya. Ia berjalan keluar kelas. Krystal menatapnya dengan sinis, tapi tepat ketika Jisoo balik menatapnya, gadis itu membuang muka.
Jisoo berjalan menuju toilet, sebelum ia melihat Jennie sedang berjalan sambil bergandengan tangan dengan Lisa.
"Hai, mau kemana?" Lisa menyapanya.
"Toilet. Kalian?" Jawab Jisoo sambil tersenyum.
"Kami mau ke kantin. Mau ikut?" Lisa mengajak Jisoo. Jisoo mengalihkan tatapannya pada tangan Jennie yang dirangkul Lisa.
Sedangkan Jennie hanya menatap Jisoo dalam diamnya. Pandangannya beralih ke bibir Jisoo.
"Ah... Sepertinya aku ke perpustakaan saja." Tolak Jisoo, halus. Ia cukup lega melihat bibir dan pelipis Jennie sudah di plester.
"Ayo, katanya mau ke kantin." Akhirnya Jennie mengatakan sesuatu.
"Yasudah, kami duluan ya, Jisoo." Lisa melambaikan tangannya pada Jisoo dan menarik Jennie kemudian.
"Iya." Jawab Jisoo, ramah.
Ia memperhatikan Jennie dan Lisa yang berjalan mendahuluinya, menatap punggung Jennie.
Jennie menoleh ke belakang, menatap Jisoo. Jisoo hanya menatapnya tanpa ekspresi.
***
"Jisoo..."
Irene menimbang-nimbang apakah ia harus mengatakan ini padanya atau tidak.
"Iya?'' Jisoo menghisap jus jeruk yang baru dibelinya beberapa menit yang lalu.
"Tidak jadi.."
"Jangan begitu. Cepat. Ada apa?" Jisoo gemas. Ia sebal jika ada orang yang ingin bicara tapi tidak jadi.
"Apa kau berpacaran dengan Chaeyoung?" tanyanya.
"Tidak, kami hanya berteman." Ujar Jisoo.
"Benarkah? Banyak orang mengira kalian berpacaran."
Jisoo menarik napasnya.
"Uhuk! Uhuk!" ia tersedak.
"Tentu saja tidak." Jisoo menenangkan dirinya.
"Tapi Chaeyoung tidak bersikap semanis ia bersikap padamu pada orang lain."
"Ya kan belum tentu begitu." Jisoo tertawa, memikirkan betapa mudahnya orang lain membuat gosip atau memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan fakta.
"Hmm... Jadi, kau tidak menyukai Chaeyoung?" tanya Irene.
"Tentu saja tidak. Aku tidak menyukainya, tapi aku sangat-sangat menyayanginya." Jisoo tersenyum.
"Kenapa?" Irene menatap Jisoo, menantikan jawabannya.
"Karena dia teman pertamaku disini dan dia sangat baik."
"Oooh... kalau aku?" Irene sedikit menunduk, mengalihkan pandangannya pada buku. Oh, ayolah, mereka tidak sengaja bertemu di perpustakaan dan sekarang Irene menaruh sebuah harapan pada jawaban Jisoo.
"Kau? Tentu saja aku menyayangimu seperti aku menyayangi Chaeyoung, Irene."
"Sama seperti Chaeyoung? Tidak lebih sedikiittt saja?" Tawar Irene. Ia bertanya sambil tertawa, dan berharap tentunya.
"Baiklah, kalau itu maumu. Aku menyayangimu seperti aku menyayangi Chaeyoung, sedikittttt saja." balas Jisoo.
"Yah, kok begitu sih?" Irene merengek. Jisoo hanya tertawa melihatnya.
"Jadi?" tanya Jisoo.
"Saranghae, Jisoo." Ucap Irene, lantang.
Membuat kepala Chaeyoung terantuk rak buku. Ia bersembunyi dibalik rak buku dekat meja Jisoo sedari tadi. Menyusul Jisoo, tepat setelah ia bertemu Lisa dan Jennie di kantin.
"Sebagai teman, kan?" lanjut Jisoo.
"Tidak. Aku mencintaimu lebih dari teman." balas Irene.
"Irene..." Jisoo tidak tahu harus berkata apa.
"Apakah kau memiliki perasaan yang sama denganku?" Irene masih memberinya pertanyaan.
Sedangkan Chaeyoung memegang rak buku kuat-kuat, ia tidak kuat mendengar pernyataan-pernyataan Irene selanjutnya. Ia kalah selangkah. Ia merasa harus pergi saja darisini.
"Aku bisa memberimu waktu, Jisoo. Tidak perlu kau jawab." Lanjut Irene.
Jisoo hanya mengangguk. Setelahnya ia dan Irene melangkah pergi kembali ke kelas karena bel masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu.
"Ah..." Jisoo berbelok menuju toilet terlebih dahulu.
"Hei? Kau kenapa?" jisoo kaget, melihat Chaeyoung yang baru keluar dari dalam toilet dengan mata sembab seperti habis menangis. Chaeyoung hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.
Ia berjalan cepat meninggalkan Jisoo keluar darisana.
Sial, air matanya tumpah lagi. Ia tidak ingin dilihat Jisoo sedang menangis.
"Tunggu. Katakan kau kenapa? Jangan membuatku panik!" Jisoo mengejar Chaeyoung, menahan tangannya.
Chaeyoung tertawa garing, menghapus air matanya dengan kasar, ia mengalihkan pandangannya kearah lapangan basket, tidak mau melihat Jisoo.
"Chaeyoung, kau kenapa? Apa yang membuatmu menangis?" Jisoo memegang pipi Chaeyoung, menatapnya dengan cemas.
Chaeyoung yang melihat wajah dihadapannya ini tidak mampu berkata-kata. Ia memeluk Jisoo erat. Sangat erat. Menangis sambil memeluknya. Menumpahkan seluruh perasaannya dalam tangisan itu.
Jisoo hanya membalas pelukan Chaeyoung sambil mengusap punggung Chaeyoung pelan-pelan, menenangkannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
***
"Jadi? Kau menangis gara-gara menonton drama?"
"Iya. Kajja kembali ke kelas masing-masing." Chaeyoung menarik tangan Jisoo, mengajaknya pergi dari pinggir lapangan sebelum tertangkap guru yang sedang lewat.
"Maaf Jisoo, aku harus berbohong kali ini. Aku tidak ingin membingungkan perasaanmu." batin Chaeyoung.
***
"Fyuuh... Akhirnya selesai juga."
"30 desember part 30 ini."
Hehehe
Hai readers...
Setelah 29 desember kemarin up part 29, mudah-mudahan part 30 ini cukup yaa...
Circumhorizontal arc sendiri merupakan fenomena pelangi yang warnanya melebar. Jadi ambyar gitu pelanginya di awan. 😁 Disebut juga pelangi api. Tapi fenomena ini beda sama iridescent cloud atau awan warna warni.
Kenapa kok pelangi ambyar judulnya? Ya dibaca aja deh dan silakan dicari letak ambyarnya dimana wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top