Cerita 16 :: Januari dan Kelakuannya

Jangan tanya apa yang terjadi setelahnya. Karena jawaban yang pasti adalah tidak ada. Beneran tidak ada. Setelah Januari mengatakan hal itu, Tabinda benar-benar tidak ada energi untuk membalasnya. Jadi yang ia lakukan hanya berterima kasih lalu keluar dari mobil Januari. Cowok itu juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Hanya tertawa melihat Tabinda yang salah tingkah lalu pergi dengan mobilnya.

Bahkan beberapa saat setelahnya pun, Tabinda tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Tingkah Januari memang tidak berubah. Sama sekali tidak ada yang berubah dari cowok itu. Caranya tertawa, caranya tersenyum, caranya menggoda Tabinda bahkan kelakuannya tadi juga sebenarnya bukan hal yang baru bagi Tabinda karena gadis itu sering merasakannya ketika mereka masih berhubungan dulu. Hanya saja Tabinda tidak tahu harus apa. Ini terlalu mendadak baginya. Tabinda bahkan tidak mempersiapkan apa-apa.

Justru karena tingkah Januari yang masih sama, Tabinda jadi semakin tidak karuan. Sekarang saja ia masih terdiam di atas kasur sembari memeluk erat paperbag yang tadi Januari kasih padanya. Isi paperbag itu Tabinda belum membukanya. Ia hanya termenung menatap jendela kamarnya yang super besar. Ya ampun, hari masih sore tapi Tabinda sudah dibuat seperti orang linglung begini oleh Januari. Cowok itu benar-benar paham bagaimana cara memikat Tabinda lagi dan lagi. Bodohnya, Tabinda merasa terpikat oleh perlakuan cowok itu.

Tabinda bahkan baru sadar, saat ponselnya berdering nyaring. Ia menyimpan paperbag itu di atas kasur lalu mengambil ponselnya. Pelakunya ternyata Arin. Entah Tabinda harus berterima kasih atau tidak pada gadis itu karena berhasil membuat Tabinda sadar dari lamunannya. Satu detik setelahnya, Tabinda mengangkat telepon itu.

"Apa?"

"Kamu tahu nggak sih?!" Arin menyahut dengan nada super duper excited.

"Nggaklah. Kan, kamu belum ngomong."

"Ini kamu trending topik di antara alumni angkatan kita."

Trending topik? Kok bisa? Apa yang telah terjadi? Perasaan Tabinda tidak melewatkan apa pun, mengapa bisa tiba-tiba ia menjadi trending topik?

"Tau nggak, sih. Kamu tuh kepergok beberapa temen-temen waktu ngobrol bareng Januari. Katanya, kamu balikan sama dia. Emang bener?"

"Hoax! Jangan percaya mana ada balikan."

"Tapi kalian kemarin benaran ngobrol berdua, kan?"

"Ya iya, sih. Tapi bukan berarti balikan juga."

"Jadi gimana? Ada perkembangan nggak? Ceritain ya, awas kalau aku denger dari yang lain. Mending Januari balik ngilang aja kalau gitu." Arin mengatakannya dengan kekehan di akhir. Tabinda jadi bisa membayangkan wajah tengil gadis itu menggodanya sekarang.

Tabinda tidak menjawab, ia malah mematikan telepon. Tidak perlu membahas kelakuan Arin. Sejak dulu, memang hanya gadis itu yang tahu semua permasalahan Tabinda dan perasaannya.

Bodohnya Tabinda sangat percaya diri kalau tidak ada orang yang melihatnya dan Januari kemarin. Padahal hampir seluruh angkatan yang jumlahnya 500 orang itu datang. Tidak mungkin satu di antara mereka tidak keluar hotel sekedar untuk merokok. Bodohnya lagi, Tabinda tidak menyadari ada smoking area di dekat tempat mereka berbincang. Pasti orang-orang itu tahu karena melihatnya dari area situ. Dan seperti apa yang ia takutkan, kabar itu berhembus secepat angin. Bahkan belum sampai 24 jam kabarnya sudah menyebar ke mana-mana sampai Tabinda menjadi trending topik.

Ah, sepertinya hal pertama yang harus ia lakukan adalah keluar dari grup angkatan. Bodo amat dengan kepentingan selanjutnya, toh ia punya Arin dengan segudang informasinya. Ia juga belum tentu akan datang di acara reuni berikutnya. Jadi, Tabinda memutuskan untuk keluar dari grup itu, meski dengan resiko ia akan semakin dibicarakan oleh mereka. Namun setidaknya, dirinya aman. Semoga saja tidak banyak orang yang terlanjur menyimpan nomor kontaknya. Ia malas dihubungi hanya sekedar konfirmasi masalah tadi.

Saat tengah merebahkan badan di kasur seusai keluar dari grup angkatan, Tabinda melihat paperbag dari Januari yang bahkan belum ia lihat isinya. Tabinda kembali menegakkan badan. Melihat isi dari paperbag itu. Isinya satu kotak brownies cake dari brand yang paling ia sukai dan sebuah kotak kado lain. Ternyata Januari masih mengingat hal-hal yang ia sukai. Tabinda kemudian mengeluarkan kotak brownies lalu membuka isi kotak kado tersebut.

Sialan. Ternyata isinya adalah foto-foto mereka di saat masih bersama dulu. Ada banyak sekali cetakan foto kebersamaan mereka dulu. Bahkan Januari memberikan sebuah album foto dan juga secarik post card dengan tulisan, "tolong simpan fotonya."

Untuk apa? Tabinda bahkan sudah membuang hampir semua kenangan mereka. Ya, walaupun beberapa masih ia simpan untuk kenangannya sendiri. Tapi Januari? Cowok itu ternyata menyimpan semua kenangan yang mereka punya. Bahkan beberapa di antara foto-foto tadi Tabinda tidak ingat kalau mereka pernah melakukannya. Jadi memang betulan, Januari masih belum melupakannya.

Fakta bahwa perasaan mereka berdua masih sama, sangat aneh di benak Tabinda sekarang. Padahal harusnya hal ini adalah sesuatu yang Tabinda tunggu-tunggu. Setidaknya perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Perasaan yang ia jaga, Januari juga menjaganya. Tapi mengapa semuanya terasa sangat aneh. Apa karena Tabinda tidak terbiasa menerima hal-hal seperti ini setelah sekian lama?

Entahlah.

🌸🌸🌸

28 Januari 2025

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top