ix. kalau orang-orang suka, aku juga pasti suka!
Seakan tidak merasakan kekesalanku sejak bertemu Bima, Wattpad terus-terusan menyuruhku pergi ke toko buku.
"Buat apa sih, ke toko buku?" desisku pelan. Kini, setelah aku sudah tidak terlalu kesal, ketakutanku bahwa ada orang yang memergokiku berbicara sendiri datang lagi. (Terutama jika orang-orang itu adalah salah satu dari followers-ku.)
"Ya buat beli buku," jawab Wattpad sambil membetulkan letak kacamatanya. "Kan lo lagi enggak bisa baca cerita di Wattpad karena ponsel lo lagi disita, nah, sebagai gantinya, lo baca buku. Karena keberadaan gue itu, bukan berarti lo ngelupain buku-buku beneran yang dicetak. Lo harus mulai coba baca novel-novel yang dicetak. Dan oh, ya, lo suka—"
"Oke, oke," kataku dengan kesal, tapi tetap berusaha mempertahankan volume suaraku agar tidak terlalu besar.
"LINE? Instagram? Lo ikut enggak? Kalau lo mau ikut, ikut aja, kalau enggak, ya enggak usah, tapi saran gue sih, lo ikut aja, karena menurut gue—"
"Gue ikut," sela LINE sambil memelototi Wattpad dengan garang. "Cerewet."
Sebelum Wattpad sempat membalas ucapan LINE, Instagram menyahut, "Iya, gue juga ikut." Cowok itu kemudian memegang kedua lengan Wattpad sambil berkata, "Enggak usah tersinggung, oke? Lo itu enggak cerewet, cuma... banyak omong."
Wattpad membuka mulutnya, tapi sebelum dia sempat mengeluarkan suara, aku mengangkat tangan kananku dan berkata dengan pelan, "Lo bertiga bisa berhenti diskusi sekarang, enggak? Gue mau jalan ke toko buku, tapi enggak bisa konsentrasi kalau lo semua ngomong mulu."
Tanpa peduli akan jawaban mereka, aku segera berjalan ke arah toko buku.
*
Begitu masuk ke dalam toko buku, Instagram dan LINE langsung memisahkan diri entah ke mana. Sedangkan itu, Wattpad langsung menyuruhku pergi ke bagian fiksi. Karena tidak mau lama-lama mendengar ocehannya, aku pun menurut saja.
Begitu sampai di rak yang penuh dengan novel-novel, aku mendesis pelan kepada Wattpad, "Oke, gue udah di sini. Sekarang, mau lo apa?"
"Lo pilih novel yang mau lo beli, Key! Kayak lo pilih cerita di Wattpad gitu. Maksud gue, supaya lo enggak bosen aja. Kan biasanya, kalau lagi enggak ada kerjaan, lo baca Wattpad, nah, karena sekarang enggak bisa, gue mau lo beli novel. Lo jarang kan baca novel—"
"Iya, iya," selaku. "Tapi pertama, kalau gue enggak mau gimana? Kan gue belinya pakai uang gue, bukan uang lo. Kenapa gue harus ngikutin kata-kata lo?
"Dan kedua, gimana gue bisa milih buku buat dibeli? Biasanya kalau gue beli novel, gue selalu update di story dulu buat tahu pendapat followers gue. Sekarang kan enggak bisa."
Wattpad membenarkan letak kacamatanya sambil tersenyum lebar. "Pertama, kayak yang Instagram bilang tadi pagi, lo harus ngikutin apa kata gue dan dua saudara gue itu. Kalau enggak, ponsel lo mungkin enggak bakal balik. Dan kedua, kayak kata Instagram juga, lo harus bisa nentuin pilihan lo sendiri."
"Tapi gimana gue bisa tahu buku mana yang bagus dan mana yang enggak?" tanyaku dengan pelan.
"Sebenarnya gue punya teman, namanya Goodreads, tapi enggak penting karena sekarang lo enggak punya ponsel. Jadi gue mau, lo cari sendiri novel di sini. Lo baca blurb-nya satu-satu dan beli yang kira-kira menarik. Dan oh! Jangan coba-coba buka plastik bukunya, ya, karena itu enggak boleh dan—"
Tanpa menghiraukan sisa omongan Wattpad, aku segera berjalan menjauh darinya. Langkahku kemudian terhenti di rak yang berisi novel-novel best seller. Kemudian, tanpa benar-benar melihat, aku mengambil satu buku secara asal dari rak dan melangkah ke kasir. Hah, kalau begini, Wattpad mana bisa protes?
Oke, aku tahu, aku harusnya memutuskan novel apa yang akan kubeli setelah setidaknya, membaca blurb di belakang buku. Tapi ini kan, buku best seller. Kalau orang-orang suka, aku juga pasti suka! Seleraku dan kebanyakan orang kan, tidak mungkin berbeda jauh.
Setelah selesai membayar, aku segera berjalan keluar dari toko buku, dan langsung melihat Instagram, Wattpad, dan LINE yang sedang berdiri menungguku.
"Beli apa?" tanya LINE sambil menunjuk kantong plastik di tanganku dengan tampang penasaran.
Wattpad segera bergerak mendekatiku dan melihat isi kantong plastik yang sedang kugenggam. "Key, lo kenapa beli novel anak-anak?"
Novel anak-anak?!
Buru-buru, aku mengeluarkan buku dari dalam kantong plastik itu dan membaca judul buku tersebut. Nina di Hari Pertama Bersekolah.
Sambil menahan diri untuk tidak menjerit kesal, aku pun segera mengembalikan buku itu ke dalam kantong plastik dan melangkah pergi menjauhi toko buku, diikuti Instagram, Wattpad, dan LINE.[]
a.n
HBD prohngs HEHEHEHE. Semoga makin baik di segala hal yang baik-baik ya, wkwk.
25 Juli 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top