Canvas 6

Yuhuuu! Aku bawa bab baru dari cerita Josephine nih. Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ya! Biar aku semangat selalu~
❤️🧡💛💚💙💜🖤🤍🤎
🌸🌸🌸

Ocis memperhatikan Josephine yang sedang melukis. Dia menatap lekat Josephine dan sesekali berdecak pelan atau bergumam tidak jelas. "Lo nggak suka sesama jenis, kan?" tanya Ocis yang sebenarnya sudah ingin menanyakan hal ini sejak lama.

Josephine tidak pernah berpacaran, dia jomblo sejak lahir. Predikat itu sudah sangat pantas diberikan pada Josephine. Semua pria yang mendekati Josephine tidak ada yang berhasil menjalin hubungan dengannya.

Kelvin tentu saja tidak masuk ke dalam hitungan. Ocis berani bertaruh dengan seluruh hartanya bahwa Jo tidak tertarik pada Kelvin. Dia hanya tertarik dengan rasanya melakukan tantangan bersama dengan saudari-saudarinya.

Di antara empat bersaudari Jatmiko menurut Ocis temannya itulah yang mempunyai kepribadian aneh. Jarang bergaul dengan yang lainnya, lebih pendiam dan cuek. Kesamaan mereka hanya satu, sama-sama berwajah cantik.

"Jo! Gue nanya dijawab napa?" Ocis mulai merajuk karena diabaikan oleh Josephine. Sudah hampir satu jam Ocis datang dan diabaikan begitu saja oleh Josephine. "Lo nggak marah karena kemarin gue nggak jemput lo, kan?" tanya Ocis lagi. Ocis tahu bahwa temannya itu tidak perhitungan mengenai hal seperti ini.

Josephine menghela napasnya pelan, dia menurunkan tangannya yang sedang mengenggam kuas. Menatap Ocis dan berkata, "Lo tau gue nggak marah, gue bakalan marah kalau lo terusan berisik."

Ocis langsung cemberut mendengar perkataan Josephine. Ada dua hal yang dapat membuat Josephine marah. Pertama, berisik saat Jo sedang melukis atau melakukan hal yang serius dan kedua ketika ada pria yang mendekati dan menggoda Jo dengan cara norak—maksudnya memperlakukan Josephine seperti perempuan manja yang rapuh tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ah! Besok malam gue nggak ada jadwal?" tanya Jo pada Ocis yang kini sudah mencari kesibukan sendiri dengan i-pad di tangannya.

"Nggak ada. Kenapa? Lo mau pergi? Kemana?" Ocis menjawab sekali dan bertanya dua kali.

"Gue mau ikut acara perkumpulan seniman muda," jawab Josephine yang kini memulai kembali memoles kuasnya pada canvas di hadapannya.

Josephine sedang mempersiapkan karya untuk pameran tunggalnya dua bulan lagi. Sebuah event besar dalam hidup Josephine dan juga karirnya sebagai pelukis muda berbakat. Bisa saja perkumpulan tersebut dapat membantu beberapa hal untuk Josephine.

"Bagus sih kalau lo mau mulai membuka diri. Seenggaknya mereka bisa jadi koneksi yang bagus ke depannya nanti," setuju Ocis. "Lo perlu gue siapin apa aja?" tanyanya lagi.

"Gaun pesta, terus kado," jawab Josephine. "Yang ulang tahun Zilo," lanjut Josephine.

"Oke!" Ocis langsung berdiri dari duduknya. "Gue cari kado sama mau pilih gaun pesta lo di rumah," pamit Ocis.

"Akhirnya pergi juga," gumam Josephine setelah ditinggal Ocis. Dia sudah tidak bisa lagi melarang Ocis, cara satu-satunya adalah memberikan pekerjaan pada Ocis. Walaupun, sebenarnya Jo bisa mencari sendiri kado dan gaun pesta yang akan dipakainya.

🌸🌸🌸

Ocis tersenyum puas melihat penampilan Josephine. Mereka memanggil makeup artist ke apartemen, penampilan Josephine tidak boleh ada cela, begitulah keinginan Ocis.

"Perfect!" seru Ocis. "Oh iya, lo beneran nggak mau gue anterin?" tanya Ocis yang belum tahu bahwa sebenarnya Josephine pergi bersama Galen.

"Gue belum bilang kalau gue pergi sama Galen?" tutur Josephine.

"Hah?!" Ocis mengangga heran dan berseru kaget. Seorang Josephine pergi bersama seorang pria dan pria itu playboy kelas atas.

Belum lagi rasa kaget Ocis hilang, bel apartemen Josephine berbunyi. Sudah jelas itu Galen, mereka tinggal di komplek apartemen yang sama. Sepakat untuk berangkat bersama dari apartemen, itulah kenapa Josephine bersiap di studionya.

"Lo hutang penjelasan sama gue," kata Ocis yang merasa terkhianati. Dia hanya beberapa kali tidak mendampingi Josephine dan sudah banyak hal yang terjadi pada Jo yang tidak diketahuinya. Padahal, sebelumnya tidak ada apa-apa jika Ocis tidak menemani Josephine.

Galen berdiri di depan pintu apartemen Josephine. Setelan jas mahal yang tentu saja slim fit memperlihatkan betapa bidangnya dada Galen, kedua bahu pria itu tegap dan Josephine baru menyadari itu semua sekarang. Padahal ini bukan pertama kalinya Jo melihat Galen dalam balutan jas seperti itu.

Ocis menyerobot berdiri di sebelah Josephine. "Galen, lo mau nggak jadi bintang tamu di pameran tunggal Jo?" tanya Ocis langsung, tanpa menanyakan pendapat Josephine dulu.

"Cis!" Josephine mendelik pada Ocis. "Sorry, Ocis memang nggak sopan," kata Josephine merasa tidak enak hati atas ketidak sopanan Ocis.

"Nggak papa, gue bisa pertimbangkan kok. Mungkin bisa hubungi manager gue mengenai jadwal," sahut Galen sopan, dia memberikan kartu nama Wildan yang memang selalu dibawa di dalam dompetnya.

"Terima kasih!" Ocis sedang menahan diri untuk tidak berteriak senang.

Setelah acara rekrut-merekrut bintang tamu yang singkat itu, Ocis melepas kepergian Josephine dengan senyum-senyum menjijikkan di wajahnya. Tentu saja di dalam bayangan Ocis hubungan Galen harus berhasil. Ocis sebenarnya tidak tega pada Josephine yang selalu dipandang sombong oleh banyak orang.

"Josephine gue yang baik hati selalu disalah pahami. Dia hanya anak introvert yang sangat pendiam," gumam Ocis.

"Iya, saya juga heran kenapa banyak yang menganggap kalau Kak Jo itu sombong. Padahal, di antara banyak pelanggan saya hanya Kak Jo yang sering memberikan bonus besar," timpal Jihan—makeup artist langganan Josephine.

"Jihan! Lo harus sebarin gosip baik soal Josephine ke pelanggan lo!" seru Ocis yang tentu saja diangguki oleh Jihan dengan semangat. Bisa dibilang mereka berdua penggemar Josephine, dan sepertinya anggota ini akan bertambah satu orang dengan jenis kelamin pria.

🌸🌸🌸

Hari ini Wildan tidak mengantar Galen, pria itu menyetir sendiri mobilnya. Di sebelahnya duduk manis Josephine yang terlihat cantik. Biasanya memang sudah cantik, namun sekarang bertambah beberapa kali lipat.

"Soal yang tadi. Jangan terlalu dipikirkan," ucap Josephine yang akhirnya membuka suara lebih dulu.

Galen melirik Josephine sekilas. "Memangnya belum dapat bintang tamu? Kalau nggak dari sekarang akan susah," kata Galen.

"Nggak ada bintang tamu juga sebenarnya nggak papa. Bukan pameran yang besar kok," jelas Josephine. Tidak ada sahutan dari Galen, pria itu membaca raut wajah Josephine yang sepertinya tidak ingin membahas hal ini lebih lanjut lagi.

Selama sisa perjalanan, keheningan menyelimuti. Tidak ada suara radio ataupun musik, hanya suara detak jantung yang tentu masing-masing pemiliknya yang dapat mendengar. Keduanya merasa canggung, bingung ingin memulai pembicaraan bagaimana.

Galen dan Josephine memasuki sebuah restoran yang memang sudah dipesan khusus untuk acara malam ini. Banyak pasang mata memperhatikan mereka, beberapa wajah cukup familiar untuk Josephine.

Melihat reaksi Josephine yang canggung dan sepertinya bingung, Galen mengambil inisiatif. Dia mengambil tangan Josephine dan meletakkannya di sela tangan dan pinggangnya, meminta Josephine memeluk lengannya. Perlakuan Galen tersebut membuat Josephine menoleh, dia menatap wajah tampan Galen dari samping dan detak jantung Josephine sangat cepat, membuatnya takut bahwa dia disalahpahami sedang mengidap penyakit jantung.

🌸🌸🌸

Apakah dewi es akan segera mencair guys? Kira-kira crocodile grade A ini benar-benar sesuai reputasinya atau enggak ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top