Canvas 17
Hallo! Jangan lupa vote dan komentarnya ya~
Josephine berangkat ke Bangkok, tentu saja bersama dengan Ocis. Jangan ditanya apakah Ocis sudah menemukan penyebab kenapa Josephine berubah menjadi orang sakit jiwa. Tidak ada jawaban yang lebih masuk akal dibandingkan karena seorang Galen.
"Jo, habis acara ini. Lo mau relaks?" tanya Ocis, terakhir dia ingat Josephine ingin pergi traveling sambil melukis. Ocis tidak keberatan jika itu dapat membantu temannya.
"Gue pikir-pikir dulu," jawab Josephine yang kini tiba-tiba berubah menjadi manusia plin-plan. Padahal, Josephine bukan orang yang mempertimbangkan kembali hal-hal seperti ini.
Ocis tahu, bahwa temannya itu berubah menjadi lebih manusiawi. Dia juga senang Josephine bisa menjadi lebih baik ke depannya. "Kalau lo butuh saran gue jangan ragu buat hubungi gue ya, Jo.," ucap Ocis.
Josephine menganggukkan kepalanya. "Kemarin gue stress banget, lo pasti khawatir dan kesal sama gue," kata Josephine yang kini berhenti merapikan isi kopernya.
Josephine dan Ocis sudah sampai di penginapan. Mereka sedang membuka koper dan mengeluarkan beberapa barang penting dari dalam koper. Besok, Josephine dan Ocis akan pergi ke tempat penanggung jawab lelang. Lukisan Josephine yang telah sampai akan dikurasi oleh curator besok.
"Asal lo nggak gila dan bunuh diri, gue masih bisa maklum," sahut Ocis yang seperti mengomel. Josephine tersenyum tipis, dia tahu bagaimana sayangnya Ocis pada dirinya.
Jika kehidupan berikutnya memang ada, Josephine berharap Ocis terlahir sebagai saudaranya. Dia rasa, menjadi saudara dengan Ocis pasti lebih menyenangkan. Sahabat yang lebih dari sekedar saudara, itu yang Josephine dan Ocis rasakan.
"Cis, gue sama Galen nggak ada hubungan apa-apa. For your information aja sih," kelakar Josephine tiba-tiba.
Ocis mendelik pada Josephine. "Gue nggak percaya, lo kelihatan kayak abege baru pacarana pertama kali. Memang sih lo baru ini pacarana, tapi lo bukan abege lagi!" tutur Ocis tidak mau percaya dengan ucapan Josephine.
"Serius, gue sama Galen nggak ada hubungan apa-apa. Just only friend," kata Josephine meyakinkan Ocis.
Sorot mata Josephine yang serius membuat Ocis mengerjap beberapa kali. "Si buaya bunting itu nggak nembak lo juga? Wah anjir! Gue bakalan bilang sama Wildan buat suntik mati aja itu si Galen anjing!" Ocis mengomel dengan raut emosi.
Josephine terdiam mendengar umpatan kasar yang keluar dari bibir Ocis. "Lo sejak kapan akrab dengan Wilda. Manejernya Galen, kan?" tanya Josephine heran. Seingatnya, Ocis bukan orang yang mau repot-repot menjalin hubungan baik seperti ini dengan menejer lain.
Josephine selama ini juga tidak masalah karena dirinya sendiri juga tidak akrab dengan siapapun. Karyanya tidak membutuhkan hal-hal seperti itu, Josephine yakin bahwa bakat dan karyanya pasti akan diakui karena memang begitu yang telrihat. Namun, ternyata bukan hanya Josephine yang berubah. Ocis pun mengubah gaya kerjanya, menjalin hubungan dengan beberapa manejer lain demi kelancaran karir Josephine.
"Sejak lo ngurung diri di studio. Gue khawatir lo mati gara-gara masalah percintaan," gerutu Ocis.
"Thank you Cis!" teriak Josephine tiba-tiba dan memeluk Ocis.
"Lo bukan manusia lebay begini ya Jo," ucap Ocis yang diam saja dipeluk Josephine, wajahnya terkesan kesal. Ocis kesal karena Josephine dan Galen tidak ada juga kemajuan yang berarti, padahal mereka sudah melewati cibiran netizen yang luar biasa.
Josephine dan Ocis menghabiskan sisa hari mereka dengan mengobrol. Tentunya Ocis sambil mengerjakan jadwal Josephine, sementara si dewi es menikmati waktunya melukis di buku sketsa. Bibir Ocis tersenyum saat melihat Josephine menggambar wajah pria, dia tahu siapa yang sedang digambar Josephine. Galen tentu saja, manusia satu-satunya digambar oleh Josephine.
🩷🩷🩷
Josephine dan Ocis sudah sampai di tempat penanggung jawab kegiatan. Sande belum sampai, pria itu akan bertemu mereka di hari terakhir. Unruk karya Sande sendiri sudah melewati kurasi seminggu yang lalu. Lebih cepat dari Josephine, karena dia baru pertama kali ikut kegiatan insternasional seperti sekarang.
Ocis mengobrol dengan beberapa tim di sana, sementara Josephine tersenyum puas melihat dua buah lukisannya ada di sana. Salah satunya tentu Malam Sepi yang Indah, mahakarya Josephine yang menjadi kebanggannya. Selama tiga puluh menit mereka mengobrol, Josephine juga mulai mendekat pada Ocis dan masuk ke dalam obrolan.
Josephine memperhatikan seorang curator professional yang sedang menilai lukisannya. Entah kenapa jantung Josephine tiba-tiba berdetak cepat dan dia menjadi sangat gugup. Seharusnya dia tidak perlu segugup ini karena dia yakin dengan lukisannya.
"Ini benar lukisan anda?" tanya si curator dalam Bahasa Inggris.
Josephine menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ocis menggenggam tangan Josephine, meremas sedikit tangan sahabatnya itu. Dia sedang memberikan kekuatan bahwa pertanyaan si curator bukanlah apa-apa.
"Satu bulan lalu saya datang ke pameran tunggal seorang pelukis," tutur si curator yang kemudian menyerahkan ponselnya. Dia memperlihatkan foto dirinya dengan seseorang, di belakang mereka terdapat lukisan yang terpajang.
Mata Josephine terbelalak kaget, lukisan itu hampir 90% mirip dengan miliknya. Untuk lukisan aliran abstrak hal tersebut mustahil bisa dapat terjadi. Kecuali, pelukis memang berniat untuk menjiplak.
Josephine dan Ocis sama-sama berdiri dari duduknya. Josephine mendekat pada lukisannya, di ujung bawah lukisan terdapat tanggal mulai Ocis melukis dan menyelesaikannya. "Saya sudah lama melukis ini," kata Josephine.
Sang curator mendekat pada lukisan Josephine. Dia meneliti tanggal selesai lukisan Josephine. Hanya selang dua minggu lebih lama dari lukisan yang ada di dalam foto si curator. Terlebih, lukisan tersebut sudah terpajang dalam pameran yang terbuka untuk umum.
"Ini tidak membuktikan apapun," ucap si curator yang juga memperlihatkan tanggal diambilnya foto tersebut. Foto itu diambil melalui kamera ponsel si curator, dia menjamin hal tersebut. "Kami tidak bisa membiarkan plagiasi berpartisipasi seperti ini," pungkas si curator.
Josephine terdiam lemas, sementara Ocis masih berusaha untuk menyelesaikan keadaan yang tiba-tiba berubah menjadi sangat serius. Beberapa kali mereka mengatakan akan melaporkan hal mengenai plagiasi ini segera.
Seolah-olah masuk ke dalam dunianya sendiri, Josephine hanya berdiri dengan raut wajah yang tidak dapat ditebak. Dia terlalu kaget dengan hasil dari kurasi lukasinnya. Karena, Josephine benar-benar melukis sendiri dan dia yakin ide tersebut juga sangat-sangat segar. Josephine tidak pernah melihat lukisan yang 90% mirip dengan Malam Sepi yang Indah.
"Saya tidak memplagiasi ini. Pelukis itu yang sudah memplagiat saya," tutur Josephine dengan yakin. Dia memang tidak tahu siapa pelukis itu, namun Josephine yakin bahwa dia yang telah menjadi korban.
"Kebetulan pelukis tersebut juga mendaftar untuk acara lelang amal ini. Kalian bisa bertemu besok," tutur salah satu penyelenggara kegiatan.
Ocis menggelengkan kepalanya saat melihat Josephine ingin mengatakan sesuatu. Mereka tidak bisa mendesak karena posisi mereka saat ini memang terlihat sebagai tersangka. Ocis tahu, dia sangat tahu bahwa Josephine tidak mungkin memplagiat hasil orang lain. Dia melihat sendiri bagaimana Josephine menyelesaikan lukisannya itu dengan susah payah.
🩷🩷🩷
Yuhuuu ada yang nungguin si Josephine dan si Galen nggak?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top