제 9 회
"Come with me, trust me.
Only look at me, don't look back.
Come with me even if it's hard.
I'll endure through it, if you stand by my side."
(INFINITE - Follow Me)
***
Mentari pagi akhirnya kembali menampakkan dirinya. Menghangatkan bumi yang semalam kedinginan. Cahayanya merambat masuk kedalam sebuah kamar yang gordennya sudah terbuka lebar. Mengganggu tidur nyenyak Chorong.
Ia mulai menggeliat resah, ketika merasakan cahaya menyilaukan yang mengganggu mimpi indahnya. Ia tidak pernah merasakan sehangat ini. Biasanya, ia akan merasakan dingin yang begitu menusuk saat ia bangun dari tidurnya.
Chorong mencoba untuk membuka kedua matanya. Membiasakan cahaya menyentuh retinanya. Ia nampak sedikit terkejut, ketika melihat suasana sekelilingnya. Ini bukan kamarnya. “Aku di mana? Sebenarnya apa yang sudah terjadi?” gumamnya bingung.
Ia memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Perlahan ingatannya akan kejadian semalam mulai berdatangan. Ia ingat saat ada seseorang yang tiba-tiba datang menyerangnya. Ia juga ingat saat Woohyun datang untuk menyelamatkan hidupnya, dan ia ingat saat—“Andwae. Andwae. Ah, eottohke? Aku-- semalam … ah, tidak. Aku pasti bermimpi. Ah, eottohke?” Chorong mulai meracau. Ingatan kembali membawanya pada kejadian semalam. Antara dirinya dengan Woohyun. Chorong mengacak surai panjangnya kesal.
Yeoja itu memaksakan tubuhnya untuk turun dari atas kasur yang sungguh terasa hangat itu. Kasur hangat itu mengingatkannya pada kasur lamanya, dan itu membuatnya sedikit sedih.
Dengan langkah perlahan, ia menyembulkan sebagian tubuhnya dari balik pintu kamar. Melihat ke arah kiri dan kanan. “Sepi, bagus.” ujarnya pelan. Chorong lalu membuka pintu itu lebih lebar lagi. Ia harus segera keluar dari rumah yang tidak ia ketahui siapa pemiliknya ini.
“Kau mau ke mana?”
Sebuah suara yang sangat familiar di telinga Chorong menghentikan langkahnya. Tubuh Chorong menegang. Ia memberanikan dirinya untuk memutar badan. Melihat ke arah asal suara tersebut.
Chorong meneguk salivanya kasar, saat menyaksikan apa yang ada di hadapannya kini. Itu Woohyun, bos nya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melingkar di pinggangnya. Menampilkan abs-nya yang sungguh sangat sexy dan menggiurkan bagi Chorong. Belum lagi saat namja itu mengacak surainya yang setengah basah, otot tangannya menambah kesempurnaan tubuh namja itu. “Sial.” umpat Chorong pelan.
Woohyun berjalan mendekati Chorong yang saat itu masih terpaku memandanginya. Dengan senyuman maut andalannya, Woohyun mendekatkan wajahnya ke arah wajah Chorong. “Kau terpesona, rupanya.” ujarnya pelan, dan itu semakin membuat kedua pipi Chorong merona. Namja itu sungguh membuat Chorong kebingungan. Terkadang, Woohyun bisa bersikap begitu mengerikan, dan terkadang, ia bisa begitu menggemaskan dan, sexy.
Chorong kembali meneguk salivanya. “Aku harus pergi. Terima kasih untuk yang semalam.” serunya, lalu segera berlari kearah pintu kamar untuk keluar.
“Terima kasih juga untuk itu.” seru Woohyun tersenyum, namun tidak dihiraukan sama sekali oleh Chorong. Yeoja cantik itu terus saja melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari rumah terkutuk itu, karena harinya diawali dengan melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat. Tubuh mempesona bos nya.
“Babo, bagaimana bisa aku terjebak di dalam rumah sialan ini. Ough, namja itu memang benar-benar menyebalkan.” Chorong terus menggerutu sepanjang langkahnya menuruni anak tangga. Ia terus memukul-mukul kepalanya pelan. Agar pikiran kotor itu enyah dari dalam sana.
Langkah Chorong terhenti di anak tangga terakhir, ketika melihat Myungsoo dan Naeun sedang berbincang di dalam ruang makan dekat dapur. Samar-samar ia masih bisa mendengar obrolan itu. iapun berjalan mendekat karena penasaran.
“Oppa, apakah tidak apa-apa kalau Chorong Eonni tau identitas kita?”
“Entahlah. Aku berharap Chorong bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Kalau Sunggyu tau hal itu, dia pasti akan ikut diburu.”
Kedua netra Chorong membola, ketika mendengar kalimat terakhir yang Myungsoo utarakan. “Mwo, apakah itu berarti kalau aku dalam bahaya?” gumam Chorong pelan.
Pikirannya kini membeku. Chorong tidak tau lagi harus berbuat apa, karena nyatanya, nyawanya sedang dipertaruhkan di sini. Ia harus menutup mulutnya rapat. Berharap dia entah siapa itu, tidak memburunya.
Dengan langkah gemetar, Chorong memaksakan dirinya untuk keluar dari dalam rumah yang menyeramkan baginya itu. Kepalanya terasa begitu sakit, karena terlalu banyak hal yang ia pikirkan.
Chorong berjalan menaiki anak tangga menuju rumahnya. Membuka pintunya, lalu segera masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuh lelahnya disana. Ia kembali teringat akan kejadian semalam.
Ia hampir saja mati karena ulah namja mengerikan itu. Untung saja ada Woohyun disana yang entah bagaimana bisa tiba-tiba hadir dan menyelamatkannya.
“Namja itu, bukankah ia juga vampire? Tapi dia terlihat berbeda dengan Tuan Nam.” Chorong kembali bermonolog. Pikirannya sungguh kacau pagi ini.
***
Myungsoo melangkahkan kedua kakinya memasuki kamar Woohyun di lantai dua. Memasuki ruangan tersebut tanpa mengetuk seperti biasanya. “Hyung, kau di dalam?” tanya Myungsoo.
“Aku di sini. Masuklah.” Woohyun berteriak dari dalam ruang rahasianya. Myungsoo segera melangkahkan kakinya menuju sumber suara. Berjalan mendekati Woohyun yang saat itu tengah duduk bersandar pada kepala sofa, sambil menikmati minuman favoritnya.
“Hyung, apakah mereka kembali menampakkan diri lagi?” tanya Myungsoo penasaran.
Woohyun meletakkan gelasnya yang sudah kosong ke atas meja. Ia menaikkan pandangannya untuk menatap manik hitam milik dongsaeng-nya. “Semalam mereka muncul. Salah satunya nyaris saja membunuh Chorong.” jelas Woohyun.
Myungsoo membulatkan netranya. “Mwo? Lalu, apa yeoja itu baik-baik saja?”
Woohyun menganggukkan kepalanya. “Ne, semalam aku membawa Chorong ke sini. Aku hanya takut kalau mereka akan menyerangnya lagi.”
“Benarkah? Lalu dimana dia sekarang?”
“Dia sudah pulang. Kau tidak melihatnya?” tanya Woohyun penasaran, lalu bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Myungsoo yang saat itu tengah berpikir sejenak.
Myungsoo menggeleng. “Ani. Aku sedari tadi bersama Naeun di dapur. Lalu, apakah sekarang Chorong harus selalu kita awasi? Bagaimanapun juga, secara sadar dia melihat kejadian semalam.” Myungsoo mulai kebingungan. Pasalnya, iapun tidak ingin kematian itu terus terjadi karena ulah Sunggyu dan anak buahnya. Terlebih terjadi pada Chorong. Yeoja yang kini membuat hyung-nya itu benar-benar seperti hilang akal.
“Tentu saja. Bagaimanapun juga, manusia yang mengetahui tentang keberadaan kita hanya Chorong. Mereka pasti akan melakukan berbagai cara untuk membunuh Chorong, dan aku tidak ingin hal itu terjadi.” Woohyun sedikit tertunduk sedih. Ia sungguh khawatir dengan keadaan Chorong. Meskipun selama ini ia selalu saja mengikuti kemanapun Chorong pergi, namun ia pasti akan kesulitan kalau vampire jahat itu menyerang Chorong secara bersamaan. Ditambah lagi dengan aroma darah Chorong yang begitu memikat. Woohyun membuang napasnya kasar.
***
Di tempat itu, mansion mewah milik Sunggyu. Sungyeol masuk membuka begitu saja pintu menuju ruang pribadi Sunggyu tanpa mengetuk, dan itu sukses membuat Sunggyu sedikit geram, karena aktifitas makan siangnya terganggu.
Sunggyu menjatuhkan korbannya yang saat itu masih kejang ke atas lantai ruangannya yang gelap. Menatap Sungyeol dengan penuh amarah. Karena tidak biasanya anak buahnya itu akan menggaggu waktunya di saat-saat seperti ini. “Waegeurae?” tanya Sunggyu dingin, sambil mengelap jejak darah dari sudut bibirnya. Sepasang taringnya masih mencuat, dan itu nampak mengerikan.
Sungyeol tiba-tiba terjatuh tepat di hadapan kaki Sunggyu. Namja itu tengah mengerang kesakitan. Memegangi tenggorokannya yang terasa begitu panas seperti terbakar. “Sunggyu-ya, sallajwo.” rintih Sungyeol sambil menahan sakitnya.
Kedua netra Sunggyu sedikit membola, ia sungguh tidak tau kalau Sungyeol akan berakhir seperti ini. Ia segera menghampiri Sungyeol yang nampak sekarat. “Sungyeol-ah, gwaenchana?” Sunggyu benar-benar merasa cemas, melihat bawahannya yang sudah ia anggap seperti saudaranya itu terkapar seperti itu.
Ia lalu menyayat telapak tangannya sendiri. Membiarkan darahnya mengalir. Tetesan demi tetesan darahnya yang menghitam itu masuk kedalam mulut Sungyeol yang saat itu mulai berubah. Kulitnya semakin putih memucat. Urat-urat kehitaman mulai mencuat dari tiap-tiap kulitnya.
Sungyeol akhirnya kembali membuka kedua matanya. “Sungyeol-ah, waegeurae?”
“Sunggyu-ya. Namja itu, Woohyun, dia melindungi buruanku semalam. Aku tidak sempat menghajar Woohyun, karena aku belum minum darah setetespun.” ujar Sungyeol. Ia mulai menceritakan kronologis kejadian semalam, di mana ia terpaksa bersembunyi di dalam gudang kosong karena sudah tidak lagi berdaya untuk berjalan. Kakinya lemas, kepalanya terasa begitu pusing, karena ia belum sempat menikmati buruannya.
Sunggyu mengepal tangannya erat. Ia benar-benar merasa marah, karena perbuatan Woohyun bisa saja mengancam nyawa Sungyeol yang saat itu datang ke hadapannya dengan tertatih seperti ini. Sunggyu sungguh sangat merasa marah.
“Yeoja itu, dia memiliki aroma darah yang begitu berbeda dari yang lain. Aromanya begitu nikmat, dan aku sungguh tidak tahan untuk memangsanya.” Sungyeol kembali angkat bicara. Membuat keterdiaman Sunggyu terusik.
“Woohyun, bocah tengik itu. aku pasti akan membalaskan dendam ini.” ujar Sunggyu marah. Kedua netra merahnya menyala, di tengah kegelapan ruangan pribadinya.
***
Pukul 13.32 KST
“Aish, sial. Aku harus bekerja hari ini. Tapi aku sedang malas bertemu dengan Tuan Nam. Aku harus bagaimana?” Chorong saat itu tengah gelisah. Ia masih memikirkan kejadian semalam, yang di lakukan Woohyun terhadap dirinya. Ia merutuki dirinya sendiri. Begitu bodohnya ia sampai terlena dengan permainan yang Woohyun berikan. Ah, andai saja otaknya masih berfungsi malam itu, kejadiannya pasti tidak akan seperti ini.
Lagi, Chorong terus memukuli kepalanya. Terus memaki dirinya sendiri. Ia masih merasa canggung saat bertemu dengan Woohyun nanti. Belum lagi, semalam dia tertidur di dalam kamar Woohyun. Entah apa yang namja itu lakukan terhadapnya saat ia tengah terti—“Ah, benar. Aku baru ingat. Apa yang dia lakukan padaku semalam? Apakah dia—ah tidak mungkin. Tuan Nam tidak mungkin melakukan itu.”
“Melakukan apa?”
Sebuah suara memecah konsentrasi Chorong yang saat itu nampak fokus bermonolog. “Kkapjagiya.” Chorong terkejut mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu, lalu membalikkan tubuhnya kearah jendela kamarnya.
Ada Woohyun disana. Tengah berdiri di samping meja belajar dekat jendela kamarnya. Dengan di balut kaos turtle-neck panjang berwarna hitam, serta celana jeans hitam, tak lupa dengan coat bernada sama dan tentunya kaca mata hitamnya, Woohyun terlihat begitu ... “Tampan.” gumam Chorong.
Dengan wajah dingin khasnya, Woohyun berjalan mendekati Chorong yang saat itu tengah duduk di atas kasur lantainya sambil menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku jeansnya. Dan hal itu menambah tingkat ketampanannya, yang membuat Chorong semakin tercengang, dan tidak tau harus berbuat apa.
“Aku, melakukan apa?” Woohyun kembali mengulang kalimatnya yang belum Chorong jawab, sambil menjongkokkan tubuhnya agar sejajar dengan Chorong. Ia melepas kacamata hitamnya, dan meletakkannya di atas lantai.
Chorong masih terdiam. Pipinya memerah, saat wajah Woohyun berada begitu dekat dengannya. Ia masih mengingat jelas kejadian semalam yang membuatnya takluk tak berdaya dalam permainan yang begitu menggoda perasaannya.
“Apa kau pikir, aku melakukan itu?” pandangan Woohyun jatuh pada dada Chorong yang kini tertutupi oleh sebuah mini dress berwarna putih dengan belt hitam dibagian pinggangnya.
Chorong mengikuti arah pandang Woohyun. Setelahnya, ia memukul kepala Woohyun reflex. “Byuntae namja.” Chorong begitu kesal dengan Woohyun yang awalnya terlihat begitu pendiam dan misterius, berubah menjadi namja yang byuntae seperti itu. Chorong menutupi dadanya dengan kedua tangan yang ia silangkan di depannya, lalu berusaha untuk sedikit menjauh dari Woohyun.
Woohyun yang menerima perlakuan tak terduga dari Chorong hanya bisa tertawa hambar. Ini pertama kalinya ada seorang yeoja yang berani memukulnya. Terutama di bagian kepalanya. Bahkan, appa-nyapun tidak pernah sekalipun memukul dirinya. Woohyun memandang Chorong dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Sungguh mirip dengan namja-namja byuntae yang ada di bar.
Chorong semakin kesulitan untuk bergerak, ketika tubuh Woohyun semakin mendekat kearahnya. Ia akhirnya terpojok, dan hanya bisa pasrah. Lagi. Ia memejamkan kedua matanya. Menahan napasnya sambil mengerutkan keningnya.
Deru napas Woohyun semakin terasa hangat menerpa wajahnya. Ada sengatan-senagtan aneh yang menggelitik perasaan Chorong. Membuat yeoja itu merasa ada yang salah dengan perasaannya sendiri. Terutama jantungnya yang terus berdebar tak menentu.
“Apakah ini, yang kau maksud?” tanya Woohyun, saat wajahnya berada sungguh sangat dekat dengan wajah Chorong. Woohyun semakin memajukan bibirnya untuk meraih bibir merah Chorong yang begitu menggoda. Sementara Chorong masih terdiam. Ia sungguh tidak tau harus berbuat apa, dan lebih memilih untuk pasrah.
Tiba-tiba Woohyun tertawa terbaha-bahak. Namja itu segera menjauhkan tubuhnya dari Chorong, lalu memegangi perutnya yang sakit karena tertawa begitu keras.
Chorong yang mendengar ledakan tawa Woohyun, segera membuka kedua matanya. “Sial, rupanya kau mempermainkanku.” ujar Chorong kesal. Di lemparnya lagi bantal yang ada di sampingnya itu kearah wajah Woohyun, yang sontak menghentikan tawa kerasnya itu.
Wajah Woohyun yang semula terlihat begitu tampan saat tertawa, kini berubah mengerikan. Ia menatap Chorong tajam dengan kedua matanya. “Yak! Kau berani memperlakukan bosmu seperti ini?” Woohyun mulai naik pitam.
“Hah, kau masih menyebut dirimu bos? Apakau tidak tau sopan santun? Ini rumahku. Keluar!” teriak Chorong. Tak kalah kesal. Berani-beraninya namja itu mempermainkan dirinya. Membuatnya terlihat seperti sidungu. “Mau apa kau kesini?” tanya Chorong ketus.
“Menjemputmu. Ayo, kita harus pergi kekafe. Naeun sudah menunggu di mobil sedari tadi. Dia pasti kesal sekarang.” Woohyun segera bangkit dari duduknya. Merapikan pakaiannya yang nampak kusut karena tertawa begitu keras tadi. Ia bahkan sampai tidak sadar kapan terakhir kali ia tertawa keras seperti itu. Yang ada di dalam hidupnya kini hanyalah rasa was-was dan dendam.
Namun tiba-tiba kepalanya mendadak pening. Perasaannya mengatakan bahwa akan ada bahaya yang sebentar lagi akan terjadi. Woohyun bisa merasakan dengan jelas hawa membunuh itu. “Gawat, sepertinya Sunggyu sudah mulai melacak keberadaan Chorong.” gumamnya.
Chorong yang kebingungan lantas ikut berdiri. Membantu Woohyun untuk tetap menstabilkan tubuhnya agar tidak jatuh. “Ada apa, tuan?” tanya Chorong khawatir. “Apakah kepalamu sakit karena aku terlalu keras melempar bantalnya?”
Woohyun tidak membalas pertanyaan Chorong yang terdengar begitu khawatir. Ia malah langsung menarik lengan Chorong untuk segera keluar dari dalam rumah itu, karena ia merasakan hawa tidak enak yang sebentar lagi akan datang kedalam rumah itu.
Chorong sama sekali tidak membuka suaranya, ketika lagi-lagi Woohyun menyeretnya secara paksa seperti ini. Seperti sebuah kebiasaan yang membuat Chorong malah merasa lebih dilindungi.
Woohyun membuka pintu mobil bagian belakang. Mendorong Chorong agar segera masuk kedalam sana hingga yeoja cantik itu tersungkur di jok belakang, lalu menutup pintu itu dengan keras. Ia segera berlari menuju kursi kemudi. Langsung menginjak pedal gas, dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Ia merogoh benda elektronik berbentuk persegi dari dalam saku jeans hitamnya. Menggeser layarnya, sementara tangannya yang lain sibuk memegang kemudi, lalu menempelkan benda tersebut ketelinganya.
Lama ia menunggu jawaban dari seseorang. Hingga ia merasa begitu kesal sendiri. Naeun dan Chorong yang melihat hal itu hanya bisa bungkam. Mereka tidak mau mengambil resiko terkena amukan Woohyun yang saat itu nampak kesal.
Woohyun membanting ponselnya ke bawah dengan penuh emosi, karena orang yang ia hubungi tidak menjawab panggilannya. “Pegangan, kita harus kerumah sakit.” ujar Woohyun datar, namun terasa begitu menakutkan. Chorong dan Naeun masih diam. Mereka sudah memasang seat-belt, dan berpegangan pada handle yang terletak di dekat pintu mobil. Sambil terus berdoa di dalam hati, karena Woohyun membawa mobilnya dengan kecepatan yang tak main-main.
“Naeun-ah, cepat hubungi Myungsoo. Tanyakan dimana posisinya. Dia tidak mengangkat panggilanku tadi.” titah Woohyun. Masih fokus menatap jalanan yang untungnya saja tidak terlalu ramai.
Naeun menganggukkan kepalanya, lalu merogoh ponselnya di dalam tas kecil berwarna kuning yang masih tergantung di bahunya. Ia mengotak-atik ponselnya. Menggeser-geser layarnya untuk mencari satu nama, lalu menempelkannya di telinga kirinya.
Lama menunggu, Myungsoo tidak juga mengangkat ponselnya. “Dia tidak mengangkatnya, oppa.” ujar Naeun sedikit takut.
Woohyun bungkam, lalu semakin memacu kecepatan mobilnya. Membuat mereka bertiga sedikit terhentak kesandaran jok mobil. Ia mencengkram kemudinya dengan erat. Sesekali menggertakkan giginya kesal.
Setibanya di pelataran rumah sakit, tempat di mana Myungsoo bekerja, Woohyun segera memarkirkan mobilnya asal. Keempat ban itu berdecit, saat Woohyun memaksakan mobilnya untuk berhenti. Membuat Chorong dan Naeun semakin merasa ketakutan.
“Pergilah ke ruang tunggu. Ingat, jangan pernah pergi ke tempat sepi. Aku ingin mencari Myungsoo dulu.” ujar Woohyun, lalu namja itu segera melepas seat-belt-nya, dan turun dari dalam mobil. Berlarian menuju lorong rumah sakit untuk mencari Myungsoo.
Sementara Naeun dan Chorong saling bertukar pandang. Mulai bergerak untuk keluar dari dalam mobil dan berjalan beriringan menuju ruang tunggu rumah sakit yang ramai. Sesuai apa yang Woohyun perintahkan.
“Ada apa dengan Tuan Nam?” Chorong mulai membuka suara, ketika kedua yeoja itu sudah mendudukkan tubuhnya di kursi ruang tunggu rumah sakit.
Naeun menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tau. Sepertinya akan ada bahaya yang datang.” tukas Naeun . “Lebih baik kau tidak membuka mulut soal identitas kami, atau kau akan aku jadikan menu makan malam.” ancam Naeun, sementara Chorong langsung bungkam, dan kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.
***
TBC
Annyeong, reader-deul...
Aku nongol lagi dengan chap baru.
Eotte? Apa ada yang aneh?
Akhir2 ini aku lagi kena WB nih.
Susah cari inspirasi.
Mungkin karena mikirin ujian kali ya?
Heuh, mian kalo chap ini tidak sesuai dengan ekspektasi kalian.
Semoga kalian suka yak...
Btw, hari ini aku ujian lisan.
Doakan aku, yeoreobun...
Aku deg-degan, sumpah...
😭😭😭
Hem, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun... 😘❤
Salam,
Aurelia
02 April 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top