제 12 회

"I can only hold my breath and watch you.
I can only do that,
because I feel that you’ll shatter"
(INFINITE - Paradise)
***




Pukul 10.21 KST

Matahari sudah mulai bergeser pada puncak teratasnya. Membuat keadaan di sekitar terasa begitu hangat. Seorang yeoja tengah berjalan sedikit tergesa sambil menenteng sebuah paperbag di tangan kananya.

Yeoja itu menghentikan kedua kakinya di depan sebuah gerbang rumah yang cukup besar. Ia nampak gusar. Ia terus berjalan bolak-balik di depan gerbang itu seperti setrika. Sesekali mengetuk-ngetukkan ujung flat shoes-nya pada jalanan. Ia ragu untuk memencet bel yang tertanam di dinding samping gerbang besar itu, karena sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sang pemilik rumah.

Ia menarik kembali telunjuknya yang hampir saja menekan bel tersebut. “Ah, bodoh. Kenapa aku harus datang ke tempat ini lagi? Tapi aku merindukannya.” ujar yeoja tersebut.

Ia merasa kesal sendiri karena tidak memiliki keberanian untuk menekan bel rumah tersebut.

Chorong yang saat itu baru saja keluar dari area pekarangan rumah Woohyun, terlihat sedikit terkejut ketika melihat yeoja tersebut. Ia mengucek-ngucek kedua matanya. Mungkin ia salah lihat. Namun ketika ia mencoba untuk menajamkan pandangannya, apa yang ia lihat memang tidak salah. “Eunji? Sedang apa dia di depan rumah Choi Ahjumma?” gumamnya.

Iapun melangkahkan kedua kakinya mendekati yeoja tersebut yang ternyata adalah Jung Eunji. Dengan di balut dress putih kemarin, karena memang Chorong belum sempat mengganti pakaiannya karena ia terpaksa menginap di rumah Woohyun.

Chorong menyentuh bahu Eunji pelan. “Eunji-ya. Sedang apa di sini?”

Eunji merasa terkejut, ketika melihat Chorong yang saat ini tengah berdiri di belakngnya. “Ah, entahlah. Aku sendiri bingung.” ujar Eunji sedikit kaku.

“Kau mengenal pemilik rumah ini?” tanya Chorong.

Eunji mengangguk pelan. “Kau, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Eunji balik.

“Aku?” tanya Chorong sambil menunjuk kearahnya sendiri.

Eunji kembali menganggukkan kepalanya.

“Rumahku di atas sana.” Chorong menunjuk ke arah sebuah rumah yang terletak di atas bangunan tersebut. “Aku menyewanya dari Choi Ahjumma. Kau mengenalnya?”

Kedua manik Eunji membola. Ia terkejut dengan apa yang baru saja Chorong katakan. Chorong lalu menarik lengan Eunji untuk masuk ke dalam rumah Choi Ahjumma. Sementara Eunji berontak agar Chorong mau melepaskan pegangannya. “Tidak apa-apa. Masuk saja kalau kau memang ingin menemui Choi Ahjumma. Dia orang yang baik.” ujar Chorong, begitu kedua kakinya sudah berada di depan pintu, karena tadi dia menerobos masuk begitu saja dari luar gerbang.

Tok tok tok

“Choi Ahjumma, kau di dalam. Ada yang ingin bertemu.” teriak Chorong keras, sambil mengetuk pintu tersebut.

Tak lama kemudian, sang pemilik rumah akhirnya keluar. Saat pandangannya bertatap langsung dengan manik hitam milik Eunji, senyum di wajahnya seketika luntur. “Uri Kangaji…” ujar Choi Ahjumma pelan. Kedua netranya memerah, ia menahan tangisnya.

Eoraenmaniyeyo, eomoni.” sapa Eunji, sambil membungkukkan tubuhnya 90 derajat untuk memberi salam.

Choi Ahjumma segera menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Eunji. “Kenapa baru sekarang, Eunji-ya? Kau tidak merindukanku?” ujar Choi Ahjumma di sela tangisnya.

Mereka berdua menangis tersedu, sementara Chorong hanya bisa menatap keduanya bingung. Karena sungguh, Chorong sama sekali tidak tau kalau Choi Ahjumma mengenal Eunji. Entah ada hubungan apa antara keduanya, hingga mereka menangis seperti ini.

Choi Ahjumma mengajak Eunji dan Chorong masuk ke dalam. Chorong menutup hidungnya, ketika mencium aroma dupa yang terbakar. Chorong tidak pernah menyukai bau itu, karena itu mengingatkannya pada kedua orang tuanya yang tengah meninggal.

Tiga buah dupa tengah mengeluarkan asap, karena sudah terbakar separuhnya. Ada tumpukan buah apel di sana. Tepat di samping tempat dupa tersebut. Ada satu set cangkir tradisional yang terbuat dari tembikar, untuk meminum teh beserta isinya. Ketiganya terletak tepat di depan sebuah bingkai foto.

Chorong begitu terkejut ketika melihat foto tersebut. “Myungsoo?” bisik Chorong bingung, sambil mengernyitkan keningnya.

“Duduklah, aku akan membawakan kalian minum.” ujar Choi Ahjumma ramah. Mereka berdua hanya bisa menganggukkan kepalanya, sementara Choi Ahjumma segera pergi ke dapur.

Eunji menatap foto tersebut dalam. Kedua netranya masih memerah. Air matanya masih mengalir. Chorong bisa melihat ada luka di sana. Dari tiap-tiap tetesan air mata yang jatuh. “Untuk apa Eunji menangisi foto Myungsoo?” lagi-lagi Chorong membatin.

“Minho-ya, aku datang. Maaf, karena aku baru sempat datang kerumahmu. Maaf karena selama ini aku tidak pernah merayakan hari kepergianmu. Aku merindukanmu, Minho-ya.” ujar Eunji pelan, namun Chorong bisa mendengarnya dengan jelas. Lalu Eunji segera memberikan salam pada Minho dengan bersujud sebanyak tiga kali di hadapan foto tersebut.

“Kenapa Eunji memanggil Myungsoo dengan sebutan Minho? Apa mereka orang yang berbeda? Tapi wajah mereka sangat mirip.” Chorong masih terus berusaha untuk menerka-nerka beberapa kemungkinan agar bisa menjawab pertanyaan tersebut. Chorong mulai kebingungan.

Choi Ahjumma datang menghampiri Chorong dan Eunji, sambil membawa sebuah nampan berisi tiga gelas minuman. Meletakkannya di atas lantai, karena memang mereka bertiga saat ini tengah duduk di atas lantai. Tepat di depan foto tersebut.

Ahjumma, kau mengenal Eunji?” Chorong sudah tidak lagi tahan untuk membendung pertanyaan itu lebih lama lagi.

Choi Ahjumma tersenyum. “Tentu. Dia anakku.”

Eomoni. Anakmu adalah Minho. Bukan aku.” sela Eunji. Kedua pipinya memerah, meskipun air matanya masih saja mengalir.

“Kau kan kekasihnya Minho. Sudah pasti kau anakku juga.” ujar Choi Ahjumma.

Chorong menganggukkan kepalanya. Sampai di bagian ini, dia mengerti. “Lalu, siapa namja di foto itu? Dia terlihat begitu mirip dengan seseorang yang kukenal.” lagi-lagi Chorong bertanya.

“Dia Minho. Choi Minho. Anakku. Saat ini, sudah genap 6 tahun dia meninggal karena kecelakaan.” jelas Choi Ahjumma. Lalu yeoja paruh baya itu kembali menangis haru. Pikirannya masih terus melayang pada keadaan di mana saat-saat terakhir ia bertemu dengan anak satu-satunya itu. perasaannya begitu ngilu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Minho akan meninggalkannya secepat itu.

Eunji memeluk Choi Ahjumma dengan erat. Menenangkan yeoja paruh baya itu, agar tidak terlalu larut dalam kesedihan, meski ia sendiri tidak bisa menghentikan air mata yang membasahi wajahnya sendiri. Ditinggal pergi oleh orang yang sangat dicintai, memang begitu menyesakkan. Seakan mendorongnya untuk ikut pergi bersama.

Chorong menghela napasnya berat. Ia turut bersedih ketika mendengar penjelasan Choi Ahjumma. Ia menyentuh bahu Eunji. Meremasnya pelan, menyalurkan rasa bela sungkawanya yang terdalam. Chorong tau rasanya ditinggal pergi oleh seseorang yang ia cintai. Sangat tau.

Aigo, sudahlah. Aku sudah berjanji untuk tidak lagi menangis di depan Minho.” ujar Choi Ahjumma, lalu melepaskan pelukannya pada Eunji. “Namja di sebelah rumah cukup mengobati perasaanku saat merindukan Minho.” sambungnya. Mencoba untuk tersenyum, meski air matanya masih saja menetes.

Ah, matta. Myungsoo mirip sekali dengan Minho. Aku saja sampai terkejut melihatnya.” ujar Chorong tertawa.

Eunji menganggukkan kepalanya. “Kau benar, Chorong-ah. Terkadang, aku selalu menganggap kalau Myungsoo itu adalah Minho. Mereka terlalu mirip.” jelasnya.

“Kenapa kau tidak pernah mengunjungiku, Eunji-ya? Kau tau, aku sangat kesepian di sini. Hingga akhirnya Chorong datang dan mengisi rumah di atas.”

Mianhaeyo, eomoni. Aku hanya belum siap untuk bertemu denganmu lagi, dan rumah ini selalu mengingatkanku pada Minho. Aku masih belum bisa melupakan perasaanku padanya, eomoni. Rasanya begitu menyesakkan.” tutur Eunji.

Choi Ahjumma tersenyum. Membelai lembut rambut pirang Eunji penuh perasan. Sudah lama sekali Choi Ahjumma tidak bertemu dengan Eunji, yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.

“Rumah di atas sana? Apakah itu dulu rumahmu, Eunji-ya?” tanya Chorong penasaran.

Eunji menganggukkan kepalanya. “Ne. aku tinggal di sana bersama Minho. Ah, aku sangat merindukan masa-masa itu.” ujarnya. Sambil menahan tangisnya agar tidak pecah.

“Kalau begitu, ayo ke sana. Mungkin saja kau bisa menenangkan dirimu di sana.” usul Chorong.

Eunji mengalihkan pandangannya pada Choi Ahjumma. Yeoja paruh baya itu menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum. Begitupun dengan Eunji. “Pergilah, nak.” ujar Choi Ahjumma.

Chorong segera berpamitan dengan Choi Ahjumma, diikuti dengan Eunji. Mereka berdua segera keluar dari dalam rumah Choi Ahjumma, lalu melangkahkan kedua kakinya untuk menaiki anak tangga menuju rumah Chorong.

“Jangan terkejut ya, kalau rumahnya berantakan. Aku malas membereskannya.” ujar Chorong, sambil tertawa.

Eunji ikut tertawa. “Tenang saja. Aku sudah terbiasa. Minhopun sama malasnya denganmu. Setiap kali pulang bekerja, aku pasti harus membereskan rumah, karena Minho terlalu malas untuk ikut membersihkannya.” ungkap Eunji, lalu tertawa semakin keras, meski kedua matanya sudah berkaca-kaca. Rasanya masih saja menyesakkan.

Tibalah mereka di pijakan terakhir anak tangga. Eunji memandang sekitar dengan perasaan yang campur aduk. Ia memaksakan diri untuk tersenyum. Ada dua buah kursi dan satu meja di sana. Tempat di mana dulu ia dan Minho menghabiskan waktu untuk mengobrol dan makan bersama.

Pandangan Eunji jatuh pada sebuah pot besar yang terletak di dekat jendela. Itu tanaman mawar favorit Eunji, yang Minho belikan untuknya di hari jadi mereka. Namun tanaman itu sekarang sudah mulai layu, dan itu semakin membuat perasaan Eunji sakit.

“Ayo masuk.” ajak Chorong.

Eunji menganggukkan kepalanya, lalu ikut masuk ke dalam rumah tersebut. Pandangannya terus memperhatikan setiap detail rumah yang sudah 6 tahun tidak ia kunjungi. Banyak yang berubah, meskipun beberapa barangnya masih ada di sana. Alat-alat masak, di mana ia dan Minho biasa memasak bersama. Minho sangat suka makan. Makanan apapun yang Eunji buat, Minho selalu menghabiskannya. Tanpa pernah berkomentar jelek, sekalipun pernah sekali ia tidak sengaja menggosongkan telur gulung favorit Minho. Eunji tiba-tiba tertawa ketika mengingat hal tersebut.

“Duduklah dulu. aku ingin mandi.” suara Chorong sedikit mengganggu Eunji yang saat itu tengah bernostalgia. Chorong meletakkan sekaleng minuman bersoda diatas meja makan. Eunji mendudukkan dirinya di kursi makan. Lalu tersenyum menatap Chorong.

Chorong kembali ke dalam kamarnya, sementara Eunji masih sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ingin rasanya ia kembali meneteskan air matanya, namun ia tidak ingin hal itu terjadi, karena Minho sangat tidak menyukainya.

Ceklek

“Chorong-ssi, kau ada di dalam?”

Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar begitu keras mengejutkan Eunji yang saat itu tengah termenung. Eunji bangkit dari duduknya, berjalan menuju sumber suara.

Prak

Eunji terkejut melihat siapa yang datang. Tas kecilnyapun terjatuh ke lantai. Begitupun dengan seseorang yang saat ini sudah berdiri tepat di hadapan Eunji. “Myungsoo-ssi.”

“Ah, Eunji-ssi. Sedang apa di sini?” tanya namja tersebut, yang ternyata adalah Myungsoo. Myungsoo mencoba untuk membiasakan dirinya dengan keadaan ini. Meskipun ia sangat ingin mendekap erat yeoja yang tengah berdiri di hadapannya itu, namun Myungsoo urung melakukannya, karena Myungsoo tidak ingin yeoja itu semakin terluka nantinya.

“Ah, aku tadi mampir sebentar ke rumah Choi Eomoni. Lalu bertemu Chorong di sana, dan dia mengajakku untuk mampir kerumahnya.” jelas Eunji. Sedikit kikuk, namun ia berhasil menenangkan hatinya yang terkejut karena bertemu dengan Myungsoo di sini.

Myungsoo tersenyum. “Bagaimana kabar Choi Ahjumma? Apa dia baik-baik saja?” tanya Myungsoo pelan.

“Kau, tidak bertanya mengapa aku bisa mengenalnya?”

“Ah, soal itu, aku hanya tidak mau terlalu banyak tanya soal privasimu, Eunji-ssi.” lagi, Myungsoo kembali tersenyum.

Eunji menganggukkan kepalanya. “Ada perlu apa kau ke sini?”

Igeo.” Myungsoo memberikan paperbag yang ia pegang sedari tadi. “Itu makan siang yang Woohyun Hyung buatkan untuk Chorong.” jelas Myungsoo.

Eunji menerima paperbag tersebut. “Tuan Nam begitu perhatian dengan Chorong. Ah, aku iri.” ungkap Eunji tersenyum.

Pandangan Myungsoo menjadi sedikit menggelap. Ia merasakan sakit di dadanya saat mendengar apa yang baru saja Eunji ucapkan. “Mianhae, Eunji-ya.” batin Myungsoo.

“Ya, sepertinya hyung menyukai Chorong. Ini rahasia kita, oke?”

Eunji tertawa sedikit keras. Kedua matanya menyipit, dan Myungsoo sangat menyukai itu. Cara Eunji tertawa. Ia pun merindukan hal itu.

“Baiklah, aku permisi dulu. Annyeong.” Myungsoo lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah Chorong setelah Eunji membalas salamnya.

Seperginya Myungsoo dari sana, Eunji kembali berjalan ke arah meja makan. Mendudukkan dirinya ke tempat semula. Meletakkan paperbag tersebut di atas meja.

“Meskipun mereka terlihat sama, namun ada saja hal yang membuat mereka terlihat berbeda. Myungsoo memang bukan Minho. Kalau dia Minho, dia pasti akan datang kerumah Choi Eomoni. Karena Minho sangat mencintai eomma-nya itu. Minho juga bukan orang yang mau begitu saja diperintahkan untuk sekedar mengantarkan makan siang. Sekalipun itu aku yang meminta, atau Choi Eomoni.” gumam Eunji. Bermain dengan logikanya sendiri. Meyakinkan dirinya kalau Myungsoo bukanlah Minho.

“Maaf menunggu lama.” suara Chorong memecahkan konsentrasi Eunji. Yeoja itu mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Ada Chorong di sana. Tengah berdiri dengan dibalut skinny jeans hitan dengan sebuah kemeja yang ukurannya sedikit kebesaran di tubuhnya yang langsing itu.

Chorong berjalan mendekati Eunji. “Eoh, apa ini?” tanya Chorong, ketika melihat sebuah paperbag di atas meja makannya.

“Ah, tadi Myungsoo datang dan memberikan ini. Dia bilang kalau Tuan Nam membuatkan makan siang untukmu.” ujar Eunji sedikit tersenyum.

Chorong menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Benarkah? Wah, tidak biasanya.” balas Chorong kaku.

Chorong lalu berjalan menuju kursi di sebelah Eunji. Mendudukkan dirinya di sana. “Baiklah kalau begitu. Ayo kita makan bersama, Eunji-ya.” ajak Chorong sambil membuka paperbag tersebut. Ada dua buah kotak bekal di dalamnya. Ada deretan telur gulung yang dicampur dengan irisan wortel dan daun bawang, serta kimbab yang begitu memikat mata.

“Woah, aku baru tau kalau Tuan Nam pandai memasak.” kedua manik hitam Eunji berbinar-binar. Ia sungguh tidak menyangka kalau namja dingin itu ternyata pandai memasak. Ia menancapkan garpu yang ia genggam pada telur gulung tersebut. Membawanya masuk ke dalam mulutnya, lalu mengunyahnya pelan. berusaha untuk menikmati rasa dari masakan tersebut. “Umh, massita.” seru Eunji gemas. karena nyatanya makanan itu memang terasa enak. Sementara Chorong hanya menganggukkan kepalanya setuju.

“Ada hubungan apa antara kau dengan Tuan Nam?” tanya Eunji penasaran, sambil terus melahap kimbab tersebut.

Chorong menggeleng malu. “Ah, tidak ada apa-apa. kami hanya dekat karena rumah kami bersebelahan. itu saja.” kilah Chorong.

Eiyyy. Kau pikir, kau bisa membohongiku? Aku sudah lama mengenal Tuan Nam. Dia bukan sosok namja yang seperti itu. Pasti apa-apa di antara kalian. Benarkan?” desak Eunji. Ia semakin penasaran dengan hubungan antara Chorong dan Tuan Nam.

“Tidak. Sudahlah, lebih baik kita habiskan saja makanan ini dan pergi ke kafe bersama. aku tidak mau terlambat karena membicarakan hal yang tidak penting ini.” Chorong sedikit tertawa, lalu kembali fokus pada makanannya. Sementara Eunji hanya bisa memandang Chorong bingung.

***

Myungsoo melangkahkan kedua kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Hari ini ia memang sedang free, karena ia sedang mengambil cuti. Banyak hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Terutama soal Sunggyu dan pengikutnya. Tidak lupa dengan pikirannya yang masih saja belum bisa move on dari masa lalu.

Ia mengacak surainya kasar. Membaringkan tubuhnya di atas kasur putihnya. Memandang langit-langit kamar tanpa minat. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Masa-masa bahagianya bersama Eunji. Yeoja yang ia cintai.

Perlahan, air mata itu mulai mengalir dari kedua mata Myungsoo yang terpejam. Ia lalu mengangkat tangan kanannya. Meletakkannya di atas dada sebelah kirinya. Merasakan jantungnya berdetak. Ada rasa sakit di sana. Sakit yang teramat perih. Air mata itu jatuh semakin deras.

Ceklek

Suara pintu terbuka menghamburkan pikiran Myungsoo. Ia menolehkan kepalanya ke kanan. Melihat siapa yang datang. “Eoh, Naeun-ah. Ada apa?” tanya Myungsoo lembut. Namun masih belum mau mengangkat tubuhnya dari atas kasur.

Naeun masuk ke dalam kamar. Berjalan lebih mendekat ke arah Myungsoo, lalu mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Tepat di samping Myungsoo. “Kau sedang ada masalah?” tanya Naeun ragu. Terlihat dari caranya bicara dan tatapan matanya.

Myungsoo yang masih memperhatikan yeoja itu, tersenyum sebentar. Ia tau bagaimana Naeun. Sangat tau. Ia lalu mendudukkan tubuhnya di samping Naeun. “Aku hanya sedang pusing saja. Akhir-akhir ini terlalu banyak masalah.”

“Benarkah? Apakah itu ada sangkut pautnya dengan para vampire jahat itu?” lagi, Naeun kembali bertanya. Ia hanya mencoba untuk membuat Myungsoo tidak menyimpan apa yang menjadi beban dalam pikirannya itu sendirian. Tidak seperti Woohyun yang terlalu terbuka soal masalah apapun itu. Myungsoo justru sangat tertutup. Ia hanya menyimpan masalah itu sendirian. Memendamnya, hingga kepalanya sakit sendiri. Lalu mengalihkannya dengan mengurung diri di dalam kamar mandi selama berjam-jam di bawah guyuran shower.

Myungsoo berpikir sejenak. “Umh, itu salah satunya. Aku khawatir, dia akan menyakitimu.” tukas Myungsoo.

Naeun tersenyum. “Aku bisa menjaga diriku sendiri, oppa. Kau tidak perlu terlalu khawatir seperti itu.” ujar Naeun. Diiringi tawanya yang manis. Agar dapat meyakinkan Myungsoo atas apa yang baru saja ia katakan. Myungsoo tersenyum. Lalu mengacak surai kecoklatan Naeun.

“Lalu, masalah lainnya. Apakah itu ada kaitannya dengan Eunji Eonni?

Myungsoo terdiam. Tangannya masih berada di puncak kepala Naeun. Ia enggan untuk menariknya ataupun melanjutkan aktifitasnya.

“Ah, sepertinya begitu.” Naeun lalu tertunduk sedih. Menggigit bibir bawahnya sendiri. Rupanya ia masih harus bersabar lagi, karena melupakan seseorang yang sanagt dicintai itu memang tidak mudah. Terlebih, mereka masih sering bertemu.

Myungsoo kembali mengelus rambut Naeun. “Kau tau, hari ini adalah peringatan 6 tahun kematianku. Ini pertama kalinya dalam kurun 6 tahun, Eunji datang menemui eomma-ku. Aku merasa begitu bersalah. Eunji pasti merasa begitu terluka. Terlebih lagi, eomma-ku.” ujar Myungsoo panjang lebar. Mencoba untuk menjelaskan pikiran yang tengah mengganggunya.

Naeun kembali menegakkan kepalanya. Tanpa kata, ia mendekatkan tubuhnya pada Myungsoo. Memeluk tubuh namja itu erat. Myungsoo lalu membalas pelukan hangat Naeun. Menyembunyikan kepalanya pada ceruk leher Naeun. Menangis sepuasnya di sana. Karena Naeun adalah rumahnya sekarang. Tempatnya berbagi masalah. Naeun adalah bagian dari hidupnya sekarang dan saat-saat mendatang.

Meskipun ia masih belum bisa melupakan masa lalunya, Naeun tetap bersabar untuk selalu berada di sisinya. Myungsoo sangat bersyukur akan hal itu.

***

TBC

Cut di sini dulu yak. Kkkkkk

Uhuhuhhh, aku jadi baver.
Eunji ama mama mertua lagi reunian. 😂😂

Gimana part ini?
Semoga suka ya... 😉

Konflik besar belum aku munculkan.
Karena masih fokus ama hal2 kecil yang nanti berhubungan dengan konflik besar tersebut.

Semoga masih setia menunggu, ya.

Btw, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun...

Jadilah readers yang baik. 😘❤

Annyeong
Salam,
Aurelia
8 April 2017




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top