Chapter 23
Celine yang masih berada dalam perasaan kesal dan kram perut yang mengganggu itu pun langsung menyambar ponselnya saat benda pipih itu berbunyi. Ia masih berharap Joni akan menghubunginya.
Ia melihat dan tersenyum saat melihat nama Meera ada di layarnya. Meski sebenarnya, ada sedikit rasa kecewa karena itu bukan Joni. Tetapi, berhubung itu dari sahabatnya, ia cukup senang. Karena, sudah sekian lama ia tidak banyak bertukar cerita bersama mereka.
"Halo, guys. Pada apa dan di mana, nih?" sapa Arkan begitu wajah teman-temannya satu persatu mulai muncul. Ia menjadi orang paling aktif di antara teman-teman perempuannya.
"Eh, gue kira gak bakal kesambung di lo, Ar. Kan, biasanya lu lagi siaran," ucap Meera di seberang sana. Tampaknya, perempuan itu sedang berada di sebuah tempat yang terlihat berbeda dari biasanya.
"Lu lagi dimana, Meer? Tempatnya asing banget keknya." tanya Arkan sembari meminum air yang ia bawa di botol.
"Di Fortania, istananya Zyan."
Hampir saja Arkan menyemburkan minumannya ketika mendengar jawaban ringan dari Meera. Bahkan, perempuan itu sekarang bersikap biasa saja. Celine dan Candy yang melihat sikap Arkan pun lantas menertawakan lelaki itu.
"Si Arka ngedenger gitu aja langsung panik. Tau gak, destinasi yang bakal gue datengin nanti kalo bulan madu itu ya Fortania. Gue ngiler abis pas Reya cerita ketika dia dan Meera di sana," ucap Candy sembari tersenyum membayangkan masa depannya.
"Btw, Reya mana? Kok, gak kesambung?" tanya Meera.
"Lagi sibuk sama gebetannya. Biasa, lagi di mabuk asmara!" jelas Celine.
"Oh.. yang mirip koko-koko itu, ya? Mayan juga, ganteng tuh. Lu gimana sama Pak Dosen, Cel? Lancar?" goda Candy yang ditimpali dengan suara Arkan.
"Diem, deh. Barusan kita bahas Reya. Kenapa jadi ke gue?" sungut Celine. Tidak tahu saja kalau ia masih kesal dengan Joni yang malah menghilang lagi.
"Btw, lu lagi dimana, Ar? Bandel bener lo, kagak siaran." tanya Candy yang baru menyadari jika Arka seperti bukan berada di meja siaran.
"Gue di Jogja," jawab Arkan sembari memberikan senyum manisnya.
Sikap teman-temannya justru berbanding terbalik. Mereka memandangi Arkan seolah mereka tidak percaya sampai akhirnya Arkan harus mengubah kamera depan gawainya menjadi kamera belakang agar teman-temannya dapat percaya pada apa yang ia ucapkan.
"Lo serius ada di Jogja? Ngapain?" tanya Candy dengan sikap keponya yang khas.
"Gue mau mencoba menata hidup gue kembali dan langkah awalnya adalah melawan kelemahan gue. Gue gak mau menjadi manusia gak guna dan lemah karena trauma yang gak beralasan." jelas Arka yang langsung membuat teman-temannya yang lain tertegun.
"Gue tebak, lo juga sekarang lagi di dalam mobil?" ucap Celine dan Arka mengangguk menjawab pertanyaan gadis itu.
Mereka semua kagum atas keberanian Arkan melawan rasa takutnya. Meera pun pamit memutuskan sambungan karena hari disana sudah gelap. Arkan pun menyusul dengan alasan ingin mencari makan sebelum berangkat menuju rumah Eyangnya.
Ada rasa haru ketika Celine memutus panggilan tersebut. Teman-temannya yang dulu sangat dekat, kini mereka terasa sangat jauh dengannya. Entah, mungkin ini semua cara kerja waktu. Tidak akan sama saja. Ada masanya orang yang sekian lama sangat dekat dengan kita, bisa jadi berjauhan. Meski, hati mereka tetap dekat, tapi tetap saja, tidak bertatap muka memang sulit.
Celine jadi merindukan masa-masa di mana mereka semua selalu menuntutnya untuk cepat lulus. Walau saat itu rasanya sangat menjengkelkan, tapi kini ia malah merindukan masa-masa itu. Riuh teman-temannya yang selalu mengisi hari-harinya, kini sudah sulit ia dapatkan karena jarak dan berbagai kesibukan yang dijalani.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top