Chapter 6
Lima tahun sudah berlalu. Kau selalu dikurung di dalam rumah. Kedua kakak dan ayah tirimu sangat kejam. Mereka tak pernah membersihkan rumah. Kau juga tak bebas berkelana. Tiap kali keluargamu akan pergi, Eiichi pasti mengurungmu di lantai dua.
"Kapan aku bisa keluar dari tempat ini? Aku ingin keluar, sekali saja," gumammu
"Tolong buka jendelanya!"
Kau menoleh dan melihat seorang pemuda telah mengetuk jendela.
"Apa maumu?" tanyamu.
Pemuda itu memasang muka memelas. Dengan berat hati, kau pun membukakan jendela untuknya.
"Makasih!" Pemuda bernama Aijima Cecil itu masuk ke dalam kamarmu, sambil membawa tas yang besar.
"Oh iya, masuk ke sini ada pajaknya," imbuhmu.
"Eh apaan?" tanya Cecil.
"Antarkan aku ke desa. Desa tempat aku tinggal dulu," jawabmu mantap.
"Aku baru saja masuk. Nanti aja ya," sahut Cecil.
"Tolonglah, nanti kalau ayah tiriku balik, aku sudah tak punya harapan. Sudah 5 tahun aku tidak pernah keluar," pintamu memelas.
"Baiklah. Ayo pergi," ajak Cecil sambil melompat keluar dari jendela lalu mengulurkan tangannya ke arahmu, "namamu siapa ya? Aku Aijima Cecil."
"Aku (full name)," jawabmu sambil melompat keluar.
Singkat cerita, kalian berjalan berdua melewati hutan.
Perjalanan kalian berlangsung dengan selamat. Kau melihat ke arah rumah nenekmu, masih berdiri tegak.
"(Name), aku titipkan tas ini kepadamu. Aku mau pergi sebentar," ujar Cecil sambil melepaskan tas yang dibawanya.
Kau mengangguk, lalu mendekati rumah Tomochika.
"Hai gadis manis, ayo makan apel ini," tawar seorang wanita bermanik kuning.
"Tidak usah," tolakmu sehalus mungkin.
"Makan saja," desak gadis bernama Nanami itu.
"Tidak mau!" tolakmu.
Nanami melangkah maju, menyumpal mulutmu dengan potongan apel.
Pandanganmu seketika membuyar, kau merasa ingin tidur.
Brak!
Sebuah lemari menimpamu. Spontan, kau memuntahkan semua apel yang ada di mulutmu.
"Maaf. Amakusa tidak sengaja." Tidak perlu dijelaskan lebih lanjut, pasti semuanya sudah tahu siapa pelaku jatuhnya lemari tersebut.
Kau bangkit berdiri, menghampiri Nanami yang sudah tertidur.
Tunggu ... dia tertidur? Artinya sebentar lagi akan terjadi guncangan yang hebat.
"Grok ..." Suara dengkuran Nanami membuat bumi bergetar dan kau terbentur lemari lagi, sampai pingsan.
* * *
Dingin.
Kau merasa sangat dingin. Kau segera membuka mata, mendapat sesosok lelaki dengan rambut biru malam tengah menatapmu sambil membawa es krim.
"Oh kau sudah bangun," ucapnya dingin.
"Siapa kau?" tanyamu takut.
"Tokiya," jawabnya, "dan aku akan membawa pergi ini." Tokiya mengambil tas yang tadinya ada padamu.
"Eh?"
"Ini es krimku. Kau yang menemukannya?" selidik Tokiya.
"Itu tadi dibawa sama Cecil," jawabmu polos.
"Kalau begitu, kau sudah menemukannya. Sebagai imbalannya, aku mengundangmu ke acara dansa yang akan diselenggarakan nanti. Pesta itu terbuka untuk umum." Tokiya menunjuk ke arah bangunan megah yang berdiri tak jauh dari tempat kalian saat ini.
"Acaranya diselenggarakan di sana, malam ini," tambahnya.
"Baiklah," balasmu.
* * *
Singkat cerita, kau kembali ke rumah dan Eiichi.
"Ayah," panggilmu.
"Apa?" Eiichi yang sedang menonton G*opi langsung menatapmu.
"Apakah aku boleh datang ke acara dansa yang diselenggarakan hari ini?" pintamu.
"Gak boleh. Sekarang, cepat bereskan kulit pisang yang bertebaran di lantai," perintah Eiichi.
"Tolonglah ayah, aku ingin pergi."
"Tidak, nanti malam kami akan pergi, jadi kau harus tetap di rumah," tegas Eiichi.
"Rakyat jelata sepertimu tak layak pergi ke tempat seperti itu," timpal Camus.
"Lebih baik kau bersih-bersih," sambung Ranmaru.
"Baiklah," jawabmu
Malam hari pun tiba. Kau menatap langit malam penuh bintang. Eiichi, Ranmaru, dan Camus telah pergi.
"Aku harap aku bisa pergi," gumammu.
"Ya sudah ayo pergi!" Seorang lelaki dengan rambut coklat mendobrak pintu kamarmu.
"Ah! Siapa kau?!" Kau mulai melempari semua benda yang ada di kamarmu.
"Aku KIRYUIN VAN! Aku akan membawamu ke acara itu!" serunya.
"Apakah kau semacam Bapak peri? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam rumah ini? Sihir kah?"
"Tidak, tadi pintunya tidak terkunci, jadi aku masuk aja," jawabnya santai.
Krik krik krik krik
Oh, rupanya Karik ikut tampil di drama ini.
"Ayo, aku akan membawamu ke acara dansanya. Ini aku berikan baju." Van menyodorkan dress berwarna biru kepadamu.
"Kenapa harus biru?" tanyamu.
"Ini satu-satunya dress yang tersisa di O*LX," jawab Van.
Kau pun berganti baju di kamar mandimu.
"Wah, (name) cantik! Ayo selfie!" Van mengeluarkan tongsis miliknya.
"Eh tunggu ... aku pakai sepatu apa?" tanyamu.
"Sepatu besi," jawab Van.
"Hah?!"
"Kalau pakai sepatu kaca nanti bisa pecah. Jadi, besi aja," jelas Van sambil memotret dirinya menggunakan Camera 360.
"Trus, aku jalan kaki ke sana?" tanyamu.
"Tidak, aku sudah memesan U*ber. Kebetulan ada promo."
"Astaga," gumammu.
"Itu mobilnya sudah datang. Oh iya, kalau kamu pulang lewat dari jam 12, bayar sendiri ya." Van mendorongmu masuk.
"Eh tunggu, nama pengemudinya siapa?" tanyamu.
"Mikaze Ai," jawab Van
"Etto ... Mas Mikaze, tolong antar aku ke acara dansa ya--"
"Aku tahu. Tenang, aku pakai gugel meps," sela Ai sambil memegang ponselnya lalu berangkat.
Hening.
Kau tak berani berbicara sedikit pun.
"Berjalan 500 meter ke arah utara," gumam Ai.
"Mas, di depan ada pohon, mas!" jeritmu
"Tapi menurut navigasi, kita harus tetap ke utara," tanggap Ai.
Brak
Alhasil, mobilnya rusak akibat kena pohon. "Oh no! My lovely mobil!" seru Ai dramatis.
"SUDAH CEPAT!!!" teriakmu
"Yes, My Lord," sahut Ai sambil mengemudikan mobilnya yang sudah rusak.
Kau pun sampai ke tempat yang dimaksudkan Tokiya. "Nanti bayarnya waktu pulang ya." Kau berjalan pergi.
"Eh tunggu siapa kau?" Seorang pemuda bersurai coklat menghentikanmu.
"Aku (full name)," jawabmu.
"Kau tak boleh masuk sebelum tertawa karena leluconku," ujar pemuda itu.
"Ha ha ha." Kau tertawa dengan sangat terpaksa.
"HEI KOTOBAKA REIJI! JADI PENGAWAL ITU YANG BENAR!" hardik seorang pemuda dengan rambut salmon pink.
"Maaf." Reiji mengeluarkan air mata palsu.
"Ayo masuk. Aku dengar, namamu (name)-chan ya? Aku Mikado Nagi, ini jangkrik-jangkrik peliharaanku, Karik, Joka, sama Jaka. Oh iya, kau boleh memanggilku Kawaii Nagi!"
"Senang berkenalan denganmu." Kau tersenyum tipis.
"Ekhem." Tokiya berdeham.
"Oh Tokiya nii-san. Ini perempuan yang kautunggu." Nagi pergi meninggalkan kalian
"Terima kasih karena sudah datang. Ini untukmu." Tokiya memberikan es krim A*ice rasa jagung kepadamu.
"Mau berdansa denganku?" tawar Tokiya.
"TIDAK MAI SKIN!!!!! NO!!!!!!"
"Eh ada apa ini?" tanya Tokiya.
"Lapor, Tuan Ichinose. Ada api besar di dapur," ujar Masato.
"Aku akan mengeceknya," gumam Tokiya sambil berlari pergi.
* * *
Pukul 11.30, Tokiya kembali dan mengajakmu berdansa.
"Maaf, aku harus pulang," tolakmu sambil berjalan pergi.
"Tunggu," tahan Tokiya, "ini es krim melon untukmu."
"Terima kasih." Kau berjalan dengan cepat karena tidak ingin membayar biaya untuk u*ber.
Kau telah sampai di rumah pada pukul 11.59.
"Nah, Bapak Peri yang bayar ya." Kau menepuk bahu Van kemudian masuk ke dalam.
* * *
Keesokan harinya, kau sedang memakan es krim A*ice rasa jagung yang diberikan Tokiya kemarin.
"(Name), ada yang cari kamu," ujar Ranmaru dengan nada suara malas.
"Eh siapa?" tanyamu.
"Lihat saja sendiri."
Kau turun ke bawah, menatap orang yang menunggumu.
"Ichinose Tokiya-san," panggilmu.
"(Name)."
"Dari mana kau tahu alamat rumahku?" tanyamu bingung.
"Aku tahu dari supir u*ber kemarin," jawab Tokiya, "ayo kembali ke tempatku. Aku akan melimpahkanmu dengan es krim."
"(Name) tidak akan pergi!" tegas Eiichi.
Tokiya mengacungkan tangannya. Seketika, Eiichi menjadi es.
(A/n : disarankan memutar lagu Let It Go)
Tokiya melangkah mendekatimu. Semua yang dilewatinya berubah menjadi es.
"Nih, s*nickers buat kamu," ucapmu.
"Hah?"
"Lo reseh kalau lagi laper."
Tokiya memakan snack yang kau berikan.
"Mendingan?" tanyamu.
Tokiya mengangguk, kemudian semua yang tadinya berubah menjadi es telah mencair.
"Nah sekarang, ayo pergi." Tokiya menarikmu.
* * *
"OM TELOLET OM!"
Sebuah suara membangunkanmu. Tunggu ... jadi semuanya itu mimpi?
Kau membuka mata, melihat Eiji yang tengah kejar-kejaran dengan bus.
Dipicu oleh rasa kesal, kau melempar sandal s*wallow ke arahnya. "Baka! Mimipiku buyar semua!" rutukmu kesal.
* * *
"Apa judul dramanya?" tanya Pak Syaining saat semua sudah selesai.
"Apa aja boleh," jawab Reiji.
Seketika, Pak Syaining melempar mejanya karena kesal. "Drama apaan coba? Judulnya Maji Love 3000%"
Krik krik krik krik
"Wah Jaka, suaramu semakin manis," puji Nagi.
"Jadi? Besok kita tampilkan drama ini?" tanyamu.
"Tidak," jawab Pak Syaining.
"Eh?"
"Selamat! Kalian masuk Super Syaining Trap. Tidak pernah ada lomba drama!" seru Pak Syaining puas.
Sesaat kemudian, Pak Syaining langsung kabur lantaran semuanya mulai melempar barang yang ada.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top