25 | Untold Feelings

*

Kabar tentang Luffy yang berhasil berlayar dan memiliki krunya sebagai bajak laut, membuat Ace tidak bisa menjelaskan betapa senang dirinya. Dia tidak berhenti-henti menceritakan dan menunjukkan poster adiknya kepada Oyaji dan teman-temannya. Telinga para awak kapal juga lama-lama terasa pengang mendengar tentang si Topi Jerami setiap harinya.

Tapi sayangnya, rasa senangnya itu hilang dalam sekejap, ketika terjadi pengkhianatan oleh seseorang yang merupakan bagian dari anggota divisi ke-2, divisi yang dikomandani oleh Ace. Dia kehilangan Thatch. Seorang teman, rekan, guru sekaligus saudaranya tewas dibunuh oleh pengkhianat tersebut. Kematiannya membuat Ace dan kru lain terguncang, begitupun Oyaji. Ace sebagai komandan yang bertanggung jawab terhadap anggota divisinya, tidak bisa berdiam saja saat orang yang telah membunuh Thatch kabur.

Ace tahu rekam jejaknya. Dia adalah salah satu anak kesayangan Oyaji yang telah pria itu rawat sejak usia 12 tahun. Mereka selama ini telah ditipu oleh iblis tersebut yang akhirnya menunjukkan sifat aslinya. Ace bersumpah, dia akan menemukannya dan membalas apa yang telah dia lakukan pada Thatch. Dia pergi dari kapal seorang diri untuk menemui Teach. Marshall D. Teach.

Dia tidak memiliki banyak petunjuk, tapi dia tahu pulau mana yang cocok dijadikan langkah pertama untuk melacak Teach. Pria itu menambah kecepatan pada rakitnya, menatap log pose yang melingkar di tangan kirinya. Kemudian menatap langit garis cakrawala untuk memastikan jika hari ini cerah dan tidak ada tanda-tanda badai sejauh dari pemahamannya mengenai navigasi. Tapi beberapa detik setelah dia meyakini jika tidak akan terjadi apa-apa, tiba-tiba langit berubah menjadi gelap. Lebih tepatnya terdapat sesuatu di atas sana yang menghalangi sinar matahari.

Ace mendongak dan memicingkan mata. Ada seseorang yang terbang di atas sana? Apakah itu Marco? Ah bukan! Tidak mungkin Marco memiliki rambut panjang. Ace melambatkan laju rakitnya, mengambil ancang-ancang untuk menyerang, takut-takut makhluk bersayap itu hendak menyerangnya. Namun niatnya batal kala makhluk itu terbang semakin rendah. Kini wajahnya terlihat jelas. Seorang gadis berambut hitam dengan wajah cantik bak bidadari. Pikiran pendek Ace langsung menyimpulkan jika mahkluk itu adalah seorang peri penunggu lautan yang datang untuk membantunya.

Tunggu! Kenapa wajahnya sangat familiar?!

“Ace?! Kau berlayar dengan rakit aneh itu lagi?!!”

Mata pria itu terbelalak saat melihat wujud bersayap tersebut. Dia Calypso. Dia terbang dengan sayap besar berbentuk kaca yang memantulkan cahaya pelangi. Ace nyaris berteriak, saat tersadar akan kedatangan sebuah kapal besar tak jauh dari posisinya.

“CALLY, KAU PUNYA SAYAP?!”

Gadis yang ternyata adalah sahabatnya itu juga sama-sama terkejut. Dia mendarat di ujung rakit. Sayap indahnya mekar membuat Ace sulit untuk bernapas, sebab tidak pernah melihat pemandangan indah ini seumur hidupnya. Sayap Marco yang memiliki buah iblis phoenix itu saja kalah jauh dengan keindahan yang dimiliki oleh gadis di hadapannya ini.

“Oh sial! Ayah pasti akan memarahiku!”

* * *

Kabar Thatch yang tewas dibunuh oleh Teach menyebar begitu cepat antar sesama kaisar laut. Kehadiran Ace yang berlayar seorang diri tanpa alasan sebuah misi dari Shirohige, sudah memberikan Shanks alasan yang cukup jelas.

Ace duduk di samping Shanks. Situasinya kini berbeda. Bukan lagi antara seorang ayah yang akan mengintrogasi teman laki-laki putrinya. Tapi sebagai seorang paman yang ingin membicarakan sesuatu yang serius pada keponakannya. Sebab mau bagaimanapun, Ace adalah putra Gold Roger, kaptennya itu sudah dia anggap sebagai figur ayah baginya. Shanks tidak mau karena ambisi dan dendam yang dimiliki oleh bocah itu justru akan menjebaknya.

Terlebih jika ini mengenai Teach.

“Kau tidak bisa memandang remeh seorang Marshall D. Teach, Ace.” Shanks memejamkan matanya sejenak. Tangannya terangkat menyentuh mata kirinya yang terdapat bekas luka. “Luka ini kudapat dari Teach. Dia bergerak sejak lama dan berlindung di balik nama Shirohige,” lanjutnya.

Ace menghela napas. “Jika kau berniat untuk menahanku, itu percuma. Aku tidak akan mundur!”

“Ketahuilah, pengalaman dan pengetahuan Teach lebih tinggi dibandingkanmu, bocah! Nyawamu dan nyawa keluargamu di Shirohige lebih penting sekarang!” Lagi-lagi Shanks mencoba memberikan pemahaman.

“Justru itu! Aku tidak bisa membiarkannya berkeliaran setelah dia membunuh sahabatku, guruku sekaligus saudaraku! Aku adalah komandan divisi ke-2 di bajak laut Shirohige, dan si brengsek Teach itu adalah bagian dari anggota divisiku! Bagaimana aku bisa tenang membiarkan ini terjadi begitu saja?!”

Shanks terdiam. Perkataannya membuatnya teringat dengan kaptennya yang selalu mendahulukan kepentingan para rekan dan sahabatnya. Dia tidak pernah memperdulikan dirinya sekalipun selama orang-orang yang dia sayangi bahagia.

“Tapi, Ace. Teach orang yang sangat berbahaya.”

Ace bangkit dari duduknya. Dia menatap tajam kaisar laut tersebut. “Sekarang aku ingin bertanya ke padamu, bagaimana jika kondisinya berbalik? Bagaimana jika yang berada di posisi Thatch adalah orang yang kau sayangi? Orang yang benar-benar ingin kau lindungi? Namun karena si brengsek itu tiba-tiba muncul dan merenggutnya darimu. Apa yang akan kau lakukan? Kau hanya akan berdiam diri sambil menikmati sakemu?” tanya Ace sarkas.

Shanks menatapnya tajam. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Lebih tepatnya dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Calypso yang berada di posisi itu. Dia sudah cukup dibuat menderita saat putrinya di bawa ke Marijoise menjadi seorang budak. Dia nyaris mendeklarasikan perang pada dunia hanya demi nyawa seorang gadis kecil kesayangannya.

“Hati-hati.” Shanks berucap lirih.

Ace menaikkan salah satu alisnya. Dia tidak menjawab, dan hendak melompat dari pembatas pagar untuk turun ke rakitnya. Namun Calypso muncul dan menahannya.

“Ace, kau ingin langsung pergi?” tanyanya.

Pria itu menatap gadis itu lekat-lekat. Mengagumi sejenak kecantikan yang sangat tidak fana itu. Dia bukan bagaikan bidadari. Tapi dia bagaikan peri yang menyimpan sejuta misteri. Pria itu mengusap kepalanya dan mengacak-acak rambutnya gemas. “Aku harus segera pergi. Kau jangan nakal, anak kecil!”

“Aku bukan anak kecil!” ucap Calypso melepaskan tangan pria itu dari kepalanya.

Ace tersenyum, dia ingin mengatakan sesuatu. Sesuatu yang sejak lama dia ingin katakan, namun ragu menyesakkan tenggorokannya. Teman-temannya mengatakan jika dia tidak perlu ragu, perbedaan usia 5 tahun bukanlah penghalang yang berarti. Tapi Ace bukan ragu tentang itu. Dia tidak merasa pantas seorang yang sempurna seperti Calypso menerima perasaannya yang melebihi seorang teman, sahabat dan kakak. Dia masih belum bisa memahami apakah dia layak dilahirkan dan hidup di dunia ini?

“Calypso, aku ...” —mencintaimu.

“Apa?” tanya Calypso memiringkan kepalanya. Sebab sedari tadi pria itu hanya diam, terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Ace menghela napas sejenak. Merutuk dirinya yang hampir keceplosan. “Aku akan merindukanmu. Jaga dirimu baik-baik! Aku sarankan kau jangan terbang seperti itu, bagaimana jika ada orang jahat yang melihatmu? Memburumu dan menjualmu?”

“Apa kau baru saja mengkhawatirkanku?”

Pria bertopi koboi itu terkekeh. “Terserah. Ngomong-ngomong sebentar lagi kau ulang tahun, bukan?” tanyanya mengubah topik.

“Masih lama. Dua bulan lagi,” jawab Calypso.

Baiklah, itu adalah waktu yang cukup bagi Ace untuk mencari Teach. “Kau ingin hadiah apa dariku?”

Calypso terdiam. Ace selama ini tidak pernah datang ke acara pesta ulang tahunnya yang memang hanya diketahui dan didatangi oleh orang-orang terdekatnya (para kru kapal dan Mihawk). “Bagaimana jika aku ingin kau datang ke perayaan ulang tahunku. Tanggal 15 Agustus.”

“Baiklah. Aku akan datang.”

“Janji?”

“Janji.”

* * *

Calypso tidak akan pura-pura bodoh. Dia tahu Ace akan mengejar seseorang. Apa lagi gadis itu kenal siapa orang yang telah tewas tersebut. Thatch orang yang ramah. Saat mereka bertemu di bar waktu itu, dia tidak memandang Calypso seperti para pria lainnya. Dia pria yang sopan. Maka dari itu dia paham bagaimana perasaan Ace yang berjuang mencari Teach untuk membayar atas apa yang telah dia lakukan pada Thatch. Tapi saat merasakan apa yang ayahnya rasakan, terutama mendengar detak jantung ayahnya yang berdegup sedikit berbeda saat berbicara dengan Ace. Gadis itu bisa tahu jika pria itu sangat khawatir terhadapnya. Perasaan itu sama seperti ketika dia khawatir dengannya.

“Ayah.”

Shanks tidak menoleh ketika anak gadisnya memanggil. Pria itu masih menatap ke arah laut di mana Ace telah pergi menjauh. Calypso mendekat, berdiri di sampingnya.

“Ayah ingin menghentikan Ace?” tanyanya.

Pria itu menghela napas sejenak. “Meskipun Ayah tidak suka dengannya, tapi dia adalah putra dari kaptenku terdahulu. Walau aku tidak suka mengakuinya, dia adalah sahabatmu dan juga saudara Luffy.”

Calypso meremas samping celananya. “Ace pasti berhasil, Ayah. Aku yakin.”

“Ayah pernah menceritakanmu tentang orang itu, bukan?” balas Shanks, membuat gadis itu hanya bisa terdiam.

“...”

“Ace memang kuat. Tapi Teach lebih licik.”

Shanks berbalik badan, meninggalkan Calypso sendirian. Pria itu masuk ke dalam ruang peta. Ruangan keduanya untuk mengurus segala administrasi. Rupanya Calypso mengikutinya, gadis itu membuka pintu dengan lebar. Wajahnya penuh dengan tuntunan pada ayahnya untuk menjelaskan apa yang akan terjadi. “Katakan padaku! Jika kau begitu khawatir padanya, apa yang akan kau lakukan? Kau akan diam saja?!” tanya Calypso.

“Kau tidak perlu khawatir. Ayah sedang memikirkan caranya.”

“Jika kau terlalu lama berpikir, sesuatu yang buruk akan terjadi padanya!”

Shanks menatap Calypso tajam. “Ini urusan orang dewasa! Kau lebih baik diam dan tunggu hasilnya!”

“Ace sahabatku! Aku tidak mau terjadi sesuatu padanya, Ayah!”

Tatapan Calypso tak kalah tajam. Kini gadis itu berdiri di depan meja kerja Shanks. Menatap ayahnya agar pria itu paham bagaimana sosok Ace penting baginya. Dan ini adalah salah satu hal yang ditakutkan oleh Shanks. Pria itu tahu Ace menaruh hati pada putrinya. Tatapan bocah laki-laki itu mengingatkan pada dirinya saat pertama kali melihat sosok Karina. Di hari pertama kali mereka bertemu di gua pulau musim dingin tiga tahun yang lalu, Ace jatuh cinta pada pandangan pertama saat matanya menatap mata cokelat terang milik Calypso. Itu sama sepertinya yang juga mengalami hal serupa pada Karina.

Lambat laun, perasaan itu semakin tumbuh dan berbalas. Cara Calypso memandang Ace perlahan berubah. Bukan seorang pria aneh yang tiba-tiba datang ke kehidupannya, melainkan seseorang yang begitu penting di hatinya. Jika terjadi sesuatu pada bocah itu, Shanks tidak tahu akan sehancur apa putrinya.

“Aku akan membujuk Shirohige untuk menahan Ace,” putus Shanks.

“Kau akan menemuinya?”

“Rockstar untuk mengirimkan pesanku pada pria itu,” jawabnya.

Calypso melebarkan matanya. “Aku ikut.”

“Apa maksudmu?” Kening Shanks mengkerut. “Kau tetap bersama Ayah!”

“Aku ikut!” ucap Calypso tetap pada pendiriannya. “Aku kenal salah satu komandan divisi mereka. Aku bisa membujuknya dan memintanya untuk memberikan pemahaman pada Shirohige!”

“Calypso, kumohon jangan mulai lagi!”

“Jika Ayah tidak mengizinkanku, aku sendiri yang akan terbang sendiri mencari mereka!”

* * *

Rockstar terlalu bertele-tele. Rencana yang telah dia susun dan disetujui oleh mereka selama di perjalanan gagal tidak terlaksanakan. Untuk pertama kalinya gadis itu kesal dengan member baru Akagami itu selain saat latihan bertarung. Lagipula, siapa juga yang ingin tahu tentangnya?! Sekalipun dia dulunya adalah bajak laut yang terkenal, itu tidak ada artinya di hadapan Shirohige! Pria berambut merah berduri itu rupanya harus mendapatkan pukulan Haki penuh di kepalanya.

“Apa?!! Kenapa kau merobek kertasnya?!”

Terdengar suara teriakan Rockstar, membuat Calypso menggeram kesal. Lihat, karena dia yang terlalu bertele-tele membuat kaisar laut itu malas melihat kehadirannya. Sial. Sepertinya dia harus melakukan sesuatu. Rencananya sudah belecetan, lebih baik terjun sekalian walau identitasnya harus sedikit diungkap. Dia memutuskan untuk melompat, naik ke atas Moby Dick dan mendarat tepat di tengah-tengah dek. Saat kakinya menyentuh lantai kayu, dia mengalirkan Haki rajanya dengan sedikit aliran listrik yang mengejutkan orang-orang di sekitar.

Semua orang menoleh. Beberapa orang yang bukan tandingan bagi Haki rajanya, jatuh pingsan di tempat.

“Oy! Bukankah kau ... Temannya Ace?!” Marco tiba-tiba muncul. Pria itu berdiri di samping pria raksasa yang duduk di kursi khususnya.

Calypso mendekat. Tatapan tajam dia arahkan pada sang kaisar, membuat pria dengan kumis aneh itu memicingkan matanya. “Siapa kau, gadis muda?”

“Siapa aku itu tidak penting. Aku datang bersamanya, aku minta maaf atas kelakuannya.” Calypso mencubit pinggang Rockstar membuat pria itu meringis kesakitan. Gadis itu menoleh sejenak ke semua orang yang kini menatapnya penasaran, beberapa wajah pernah dia lihat saat dia diajak berkumpul dengan mereka bersama Ace. Terutama pria berpakaian kemeja ungu berambut pirang tersebut. “Hai, lama tidak berjumpa, Marco. Aku turut berduka atas kehilangan yang kalian rasakan.”

Shirohige memicingkan matanya. “Katakan apa tujuan kedatanganmu?”

“Kapten kami ingin kau menarik Ace untuk berhenti mengejar Teach!” kata Calypso dengan mantap. Di kepalanya sudah menyusun apa saja reaksi yang akan dia dapat. Salah satunya adalah yang terjadi beberapa detik kemudian.

Pria raksasa itu melempar kendi sake miliknya yang ukurannya berkali-kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Calypso nyaris terkejut. Namun Haki observasinya yang payah ini rupanya bisa sedikit berfungsi di waktu yang begitu genting ini. Meskipun gadis itu masih dikatakan sangat lambat, tapi tangannya lebih dulu bergerak, menahan kendi tersebut, sedetik kemudian kendi itu pecah kala bentrok dengan energi Haki senjatanya. Isinya berceceran hingga membasahi sebagian tubuhnya.

“Nona!! Sialan, apa yang kau lakukan pada Nona Calypso!” Rockstar terkejut, pria itu mengeluarkan sapu tangan miliknya dan mencoba untuk mengeringkan wajah dan rambutnya yang terkena miras tersebut. “Nona, kau tidak apa-apa? Brengsek! Bos tidak akan membiarkan ini terjadi! Dia akan membalas—”

“Rockstar, hentikan!” Calypso memotong ucapan Rockstar. Dia maju beberapa langkah dengan menatap Shirohige tajam. “Teach jauh lebih licik dari pada yang kau kira.”

Shirohige menggeram. Dia merasa familiar dengan tatapan yang dilempar oleh gadis di hadapannya ini. “Aku tidak ingin berunding dengan anak dibawah umur sepertimu. Katakan pada Akagami, untuk langsung menemuiku dan bawakan aku sake yang enak!”

Pria tua ini! Bagaimana bisa Ace menghormatinya?!

* * *

Hasilnya tetap sia-sia. Meskipun ayahnya datang mengunjungi Shirohige, pria tua keras kepala itu tetap pada pendiriannya. Mereka tetap akan membiarkan Ace mengejar Teach. Dan itu membuat Calypso semakin khawatir. Terlebih beberapa minggu kemudian, dia mendapatkan info dari Mihawk jika angkatan laut akan mengangkat anggota Warlord baru setelah kejatuhan Crocodile. Mereka memilih Marshall D. Teach bersamaan dengan dirinya yang berhasil meringkus Portgas D. Ace.

“Sial! Dasar Ace bodoh!” maki Calypso seraya melempar koran yang sedang dia pegang ke lantai. Dia menghampiri ayahnya yang sedang meminum sake seperti biasanya. “Ayah! Apa yang harus kita lakukan??” tanyanya.

Shanks menoleh. Calypso menatap ayahnya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia kurang lebih tahu apa yang akan dilakukan Angkatan Laut pada sahabatnya. Membayangkannya saja sudah membuat Calypso ketakutan. Sejak kecil, organisasi seperti Angkatan Laut adalah mimpi buruk baginya. Haruskah dia meminta bantuan pada Kakek untuk menyelamatkan Ace?

“Calypso, tenanglah. Kita tidak bisa bergerak dengan gegabah.”

“Tapi ... Hiks, pasti mereka akan membunuh Ace!”

Shanks menaruh botol sakenya, dan menarik gadis itu untuk duduk di sampingnya. “Calypso, Shirohige meminta Ayah untuk tidak ikut campur. Ayah tidak bisa bergerak begitu saja, atau kekacauan akan terjadi.”

Calypso semakin menangis, dia memeluk ayahnya dan menyembunyikan wajahnya di dadanya. Shanks bisa merasakan air matanya yang membasahi kemejanya. “Maafkan Ayah, Calypso.”

“Bagaimana jika ... Hiks ... Aku meminta bantuan Kakek?”

Figarland?

Ekspresi di wajah Shanks langsung berubah. Itu adalah ide yang sangat buruk. Dia tidak akan menggunakan hak istimewanya untuk masalah ini. “Kau tahu peraturannya, bukan? Kita tidak bisa mencampurkan masalah ini dengan kekuasaan di balik nama Figarland!”

Calypso mencengkram pakaian ayahnya. Tangisnya kembali deras. Shanks mengusap kepalanya sejenak. “Shirohige tidak akan tinggal diam. Mereka akan bergerak untuk menyelamatkan Ace. Ayah yakin itu.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau diam saja saat sahabatku dalam bahaya!”

Pria itu menyentuh dagu putrinya, mengusap air matanya dan tersenyum lembut. “Kita bisa mencegah kaisar lain yang berpotensi ikut campur dalam kekacauan antara angkatan laut dan Shirohige.”

“Siapa yang Ayah maksud?”

“Selagi Shirohige dan armadanya bertarung untuk menyelamatkan Ace, kita akan menahan Kaido agar tidak terjun ke Marineford.”

Ini benar-benar menyeramkan. Tak lama lagi, akan terjadi perang angkatan laut dengan bajak laut Shirohige? Pertanyaannya hanya satu, apakah mereka bisa berhasil menyelamatkan Ace?

“Kau percaya dengan Ayah, Calypso?” tanya Shanks, saat melihat gadis itu yang terdiam dengan tatapan mata yang kosong.

Perlahan Calypso mengangguk. “Aku ... Percaya dengan Ayah.”

“Gadis pintar.”

* * *

A/N:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top