Part 7 - Permintaan Muna

"Apapun permintaanmu, mintalah pada Allah, karena Ia sebaik-baiknya tempat meminta."

(NoonaAgassi)
-------------------------------------------------------------

"Nuha....!!"

Perempuan berkerudung coklat itu mengedarkan pandangan mencari sosok yang memanggil namanya. Dan ia pun berhasil menemukan seorang perempuan berkerudung biru bersama seorang perempuan yang juga tidak asing baginya.

Dengan senyum merekah, Nuha menghampiri kedua perempuan tersebut. Setahun. Ya, setahun lamanya mereka tidak bertemu di karenakan kesibukkan masing-masing. Meskipun mereka masih terhubung dengan platform chatting tapi kalau tidak bersua, rasanya kerinduan belum terobati.

"Kangen banget sama lu! Makin cantik ajah nih mama muda kita."

"Apa kabar? Perasaan lebih sibuk dari gue deh. Padahal gue kerja kantoran lu bisnis di rumah."

Nuha memamerkan giginya yang putih bersih. Betapa rindunya ia dengan kedua sahabatnya.

"Alhamdulillah kabar aku baik Juls. Tidak mudah juga mengatur jadwal antara bisnis dan ngurus dua anak, meskipun ada yang bantuin juga di rumah," jawab Nuha. "Dan terima kasih atas pujiannya, Vi. Kamu juga makin cantik dengan kerudung kamu"

"Beneran? Lu ga lagi bercanda kan?" tanya Ovi sambil merapikan kerudung di kepalanya.

"By the way, lu ke sini cuma berdua aja sama kak Muna?" tanya Julia setelah sebelumnya menyesap kopi yang ada di hadapannya. "Gimana kondisinya?"

"Well, sebenarnya aku gak cuma berdua sama kak Muna. Killian juga ikut. But you know, he has a lot of things to do at his branch office so it's just me and kak Muna in the hospital," jawab Nuha. "Dan juga mama"

"Seberapa jauh dia udah ganggu hidup lu sekarang?" tanya Julia. " Setelah sadism dia berkurang. Masih belum sembuh dari bipolar-nya?"

"Selama aku jaga jarak dan menghindar dari dia, it's just fine. Tapi kadang gak bisa di hindari juga," jawab Nuha. "Anak-anak yang tidak bisa menghindari dari amukan Killian"

Ovi menghela napas dan berkata, "Yah, kalau udah gak suka anak-anak mau gimana-gimana juga gak mudah. Kenapa lu gak pindah rumah aja?"

"Gak mungkin kali Vi... Remember kak Muna juga sayang sama mereka kan?" sahut Julia. "Kalau kak Muna jadi kenapa-kenapa gimana?"

"Ya tapi 'kan kasian juga Nuha harus satu atap sama orang bipolar kayak Killian. Keliatannya baik, tapi kalo udah kumat ya serem juga ngebayanginnya," sahut Ovi. "Apalagi dia ga nyadar kalo bipolar. Tambah lagi keluarganya yang gak terima kalau__"

"Udahan ya bahasnya. Aku lagi males bahas. After all I'm deal with it." potong Nuha sambil tersenyum. "Oia, KNight jadi konser di sini?"

"Yupz! Lu dateng kan?" tanya Ovi bersemangat. "Last time Hyunwoo manggung sebelum dia wajib militer lhoo."

"Mau-nya sih begitu. Tapi kasian kak Muna, siapa yang jagain? Mama pulang sore ini," ujar Nuha. "Aku bisa ke sini juga karena mama lagi nungguin ka Muna di rumah sakit "

"Gue video-in degh," celetuk Julia. "Gue yakin deep inside your heart lu masih ngefans mereka kan?"

Nuha tertawa. "Ya bisa di bilang begitu. Tapi gak kayak Ovi, masih aktif ngelola fanpage KNight "

Ovi nyengir. "Lumayan... Nambah pemasukkan buat gue."

"Nuha, kalau lu berubah pikiran calling kita ya," ujar Julia. "Kita jemput dan antar lu balik ke rumah sakit tepat waktu. Janji deh!"

"Iya.. Aku percaya"

"Oh iya... Beberapa hari yang lalu gak sengaja gue ketemu Hamish. Gak sengaja," ujar Julia sembari memperhatikan raut wajah Nuha yang tidak terbaca. "Lu masih berhubungan dengan Hamish?"

Ovi menyikut lengan Julia sambil memelototinya.

"Udah lama gak kontak. Semenjak aku nikah sama Killian," sahut Nuha datar.

"Dia titip salam buat lu," lanjut Julia. "Katanya kalau ada apa-apa hubungi dia aja"

"Juls...."

"Ophelia, they're friend right now. Iya 'kan? Apa ada yang salah kalau sesama teman saling membantu?"

"Tapi 'kan Nuha udah nikah.. Masa iya masih berhubungan dengan temen cowoknya? Gak etis kalii..."

"Lagian Nuha sama Killian 'kan cuma nikah di atas kertas. Killian juga suka jalan sama temen cewek__"

"JULS!!" bentak Ovi.

Nuha menaikkan kedua alisnya. "What?! Bilang apa tadi?"

"Eng.. Engak kok... Mungkin Julia salah liat."

" Udahlah. Nuha harus tau. Gue dan Ovi pernah beberapa kali mergokkin Killian jalan sama cewek lain. Dan yah... Gaya-nya beda jauh lah sama kamu dan kak Muna. Bahkan beberapa pakai baju yang kurang bahan... Lebih-lebih dari gue," terang Julia panjang lebar. "Gue gak berusaha mencari tau lebih jauh tapi gue sebagai temen cuma mau ngasih tau ajah. Jujur, gue sayang sama kak Muna udah kayak ke kakak sendiri."

"But please, hal ini gak usah lu terusin ke ka Muna ataupun lu selidiki lebih jauh. Kecuali emang lu yang ngeliat dengan mata kepala lu sendiri," sambung Ovi. "Ini cuma apa yang kita lihat. Jadi, jangan berprasangka dulu."

Nuha menghembuskan nafasnya. "Thanks ya... Untung kalian yang mergokkin. Kalau aku, mungkin kepala Killian udah pecah di tangan aku."

***

Plak!

Tangan kuat itu menyentuh pipi halus Nuha dengan secepat kilat. Nuha yang tidak siap menahan berat tubuhnya sampai terjatuh mengenai ujung tempat tidur. Nuha meringis merasakan nyeri yang ia rasakan di dahinya.

"Aku kira kamu memang tulus menemani Muna di Singapura dan meninggalkan anak-anakmu di Bandung! Tapi apa yang aku temukan hah?!" bentak Killian berang. "Tega sekali kamu meninggalkannya hanya demi sebuah konser. SEBUAH KONSER!!"

"Killian... Sudah...," bujuk Muna lemah dengan suara parau. "Nuha tidak salah. Dia  pergi menonton karena aku aku yang membelikan tiketnya."

"Kamu tidak usah membela dia!" sahut Killian. "Dasar tidak tau terima kasih! Harusnya kamu masih bersyukur aku mau membiayai hidup anak-anakmu!"

"Killian.. Keluar!"

Dada Killian naik turun. Matanya masih menyiratkan kemarahan pada Nuha yang sedang menitikkan air mata. Killian meninggalkan ruang perawatan Muna dengan kemarahan yang masih belum reda.

"Nuha..., " panggil Muna pelan. "Nuha... kamu.... tidak apa-apa?"

Nuha hanya terdiam.

"Nuha... Maafkan kakak ya... Harusnya... aku melindungi kamu. Bukannya menyusahkan kamu," lanjut Muna.

"Enggak Kak. Killian benar, harusnya aku menemani kakak di sini," sahut Nuha. "Aku bisa menolak menonton konser itu, iya 'kan?"

Nuha mengambil ponselnya dan mengecek grup chat yang masuk ke ponselnya. Perih yang tersisa dari tamparan Killian masih ia rasakan.

"Aku hanya berharap bisa bertemu abang sebelum aku meninggal," celetuk Muna sambil meneteskan air mata.

Nuha mendongkakkan kepalanya dengan mata membulat. "Kak.. Jangan bilang seperti itu. Kakak inshaAllah sembuh."

Muna mengangguk sedih. "Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa Killian sudah tidak peduli lagi padaku. Dia lebih menyibukkan diri di kantor. Apa dia sudah menyerah sama aku?"

Nuha menggengam tangan Muna. "Perasaan kak Muna aja kali. Tadi Killian 'kan di sini menemani kakak."

Muna menggeleng. "Dia lebih banyak terdiam sorot matanya berbeda, Nuha... Killian berubah."

"Mungkin Killian sedih lihat keadaan kakak. Maka-nya kakak cepat sehat lagi, ya?" ujar Nuha berusaha menghibur Muna, meskipun dalam hatinya Nuha malas sekali membela Killian di hadapan Muna. "Kak Muna istirahat aja sekarang."

Nuha menyelimuti tubuh Muna lalu beranjak dari sisinya sebelum tangan Muna mebahan lengan Nuha. "Nuha... Aku punya satu permintaan."

"Apa Kak?"

"Mungkin ini permintaan terakhir aku. Mungkin ini terakhir kalinya aku menyusahkan kamu," jawab Muna dengan mata berkaca-kaca. "Tolong... Tolong kamu cari abang."

Mata Nuha membulat. "Abang Rasyid?"

Muna mengangguk. "Mama tiap malam masih suka memandangi foto abang kadang beliau menangis...," jawab Muna. "Bahkan aku yakin abah juga kangen tapi... rasa egoisnya membuat abah menyembunyikannya."

Nuha menghembuskan napasnya. Kepergian sang abang 14 tahun yang lalu masih menyisakan keperihan mendalam di hidupnya bahkan keluarganya. Dan sudah selama itu pula tidak ada satu pun kabar mengenai sang abang. Mungkinkah Nuha bisa menemukan abangnya sebelum waktu Muna habis?

########

To be continued...
Minggu, 1 maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top