𝙺𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝟾
https://youtu.be/GB_S2qFh5lU
(Hai ini para bayangan. Kita mau bilang pada pembaca --> mainkan musik ini sambil baca yaa)
Terakhir kali Ree merasakan kedamaian... merasakan berada di rumah, merasa tenteram... Ree sendiri lupa sudah berapa lama hari itu.
Ia hanya ingat matahari baru saja bergerak turun, warna langit senja berubah dari oranye menjadi corak ungu.
Bintang paling besar di langit perlahan dilahap bumi. Melepas lelah setelah seharian bersinar.
Ree, Xi, dan Garin hanya menatap kejauhan dalam diam. Tidak ada yang berbicara, mereka bertiga terlalu terkesima dengan keajaiban alam di depan mata mereka. Untuk beberapa menit, mereka hanya duduk di atas atap gubuk mereka dalam keheningan.
Ree juga dapat melihat Xandor dan Dae di halaman depan, memerhatikan matahari yang sama.
Semua memiliki wajah tenang, puas dengan keadaan mereka. Bahagia dengan apa yang mereka miliki saat itu juga. Ree yakin mereka semua berpikir hal yang sama.
Bahwa mereka tidak akan mengubah satupun dari jalan hidup mereka. Karena semua kepedihan di masa lampau telah membawa mereka bersama. Mereka telah tumbuh bersama. Mereka telah bertambah kuat bersama.
Ree ingin momen itu berlangsung lebih lama.
Tetapi, roda waktu terus berputar.
Keindahan matahari terbenam akhirnya diliputi kegelapan pula...
Mendapati dirinya masih hidup setelah dilemparkan di goa Naga Hitam, Ree merasakan rasa sakit yang sangat pada perutnya. Darah masih mengalir dari tubuhnya, pun tangan dan kakinya mulai kebas. Ia terjatuh di balik batu besar, sehingga Naga Hitam yang memasuki goa tidak dapat melihatnya secara langsung.
Deru napas naga itu sangat keras. Seolah naga itu berkata ia tahu ada orang lain di goa miliknya dan Ia sedang mencari.
Entah kenapa, mendengar napas naga itu membawa rasa dingin yang menusuk tulang Ree. Tangannya mulai bergemetar. Ia merasakan ketakutan yang hebat. Benar kata cerita para penduduk desa, Naga Hitam dapat menanamkan ketakutan pada siapapun yang mendekat.
Rasa takut itu membuat Ree terpaku pada posisinya lama sekali. Entah berapa lama. Namun ia tidak akan lagi menyia-nyiakan kesempatan di depan matanya.
Bila Naga Hitam mampu membuat rasa takut, berarti ia adalah makhluk yang memiliki magis. Ree telah gagal untuk mengambil magis Nareen, ia tidak boleh gagal mengambil magis Naga Hitam.
Ia harus menjadi lebih kuat dan kembali untuk menyelamatkan teman-temannya.
Ia tidak punya waktu banyak. Meski kakinya bergoyang, meski rasa takut itu melumpuhkan jemarinya. Ia paksa tubuhnya untuk menantang mata Naga Hitam. Rasa takut yang berjuta-juta kali lipat menyerbunya. Pikirannya dipenuhi ketakutan-ketakutan yang tak berujung. Naga itu seakan tersenyum. Naga itu tahu Ree merasakan ketakutan.
Tapi Ree bukanlah mangsanya yang biasa. Ree paksa tangan kanannya untuk menyentuh dahi sang naga, sebelum naga itu sempat bereaksi apapun, dengan cepat Ree menggunakan magisnya untuk pertama kali setelah sekian lama. Mata naga itu pun terbelalak karena terkejut.
Ia tidak pernah mempelajari batasan magisnya, maka ia mengerahkan seluruh tenaganya. Ia ambil magis Naga Hitam sebanyak yang ia bisa.
Sebuah teriakan muncul dari mulut Ree sementara ia terus menarik dan menarik magis Naga Hitam. Rasa takut yang ditanamkan oleh naga itu begitu mencekam. Rasanya seperti terdapat cakar yang mencabik-cabik pikiran Ree. Seluruh tubuh Ree bergemetar dalam ketakutan.
Naga itu hendak melemparkan tubuh Ree dengan satu tangannya. Namun dengan kecepatan tinggi Ree mengambil magis naga itu, tak lama naga itu kehilangan tenaga. Makhluk raksasa itu akhirnya terhempas ke lantai goa. Matanya tertutup dan tubuhnya tak bergerak. Napas Ree tersengal-sengal. Lelah karena telah berteriak, telah melawan ketakutan sekaligus menggunakan banyak tenaganya untuk mengambil kekuatan Naga Hitam.
Ree sendiri tidak tahu seberapa banyak kekuatan yang ia ambil. Namun sensasi getaran di tulangnya seakan menjawab pertanyaan itu. Sepertinya ia telah mengambil semua magis milik makhluk itu, membuatnya bahkan tidak memiliki tenaga untuk berdiri.
Tidak ada waktu bagi Ree untuk mengumpulkan kembali tenaganya. Gadis itu langsung meleburkan diri dalam bayangan saat itu juga dan meluncur menuju markas Nareen. Ia menyebarkan bayangan untuk mencari tahu keberadaan teman-temanny–
Namun ia justru menemukan hal lain yang mencabik hatinya.
Dengan cepat ia menemukan keempat tubuh teman-temannya tergeletak di atas salju.
Bohong. Tidak Mungkin.
Ree memeriksa keempat bayangan di bawah tubuh teman-temannya. Memeriksa berulang dan berulang kali, berharap ada bayangan yang menyatakan bahwa mereka masih hidup.
Bohong.
Semua teman-temannya telah mati.
Aku terlalu lambat...
https://youtu.be/cU4J17q8lsg
(mainkan lagu ini sambil baca sisanya ya)
Seakan ada seutas tali yang putus dalam Ree, atau seakan sebuah kotak malapetaka akhirnya terbuka.
Ree sudah tidak peduli lagi.
Ia memunculkan diri di depan keempat tubuh itu, melewati gerbang markas Nareen dengan mudah. Para prajurit yang melihatnya langsung menyerbunya serta membunyikan alarm.
Ree menggunakan bayangan-bayangan para prajurit untuk menahan mereka di tempat. Sementara Ree menggenggam dua pisau dari sabuknya kemudian menumbangkan prajurit satu per satu. Ia melebur dengan bayangan, muncul di belakang prajurit, kemudian menebas mereka. Begitu terus. Menghilang, muncul, tebas.
Karena alarm itu, lebih banyak prajurit mulai berdatangan. Ree melakukan hal yang sama. Menghilang, muncul, tebas. Menghilang, muncul, tebas.
Tak lama ia dapat mendobrak pintu bangunan. Ia telah kembali di ruang tamu yang sama tempat mereka tertangkap sebelumnya. Beberapa prajurit mulai menyerbunya dari lantai atas. Tetapi mata Ree hanya terkunci pada Nareen yang keluar dari kamar. Mata pria botak itu membelalak ketakutan.
Kali ini Ree meraih bayangan-bayangan tangga, memunculkan sulur-sulur hitam kemudian melilitkan sulur-sulur itu pada anggota tubuh para prajurit. Ree meminta para bayangan untuk melemparkan para prajurit dengan keras menghantam pegangan tangga yang terbuat dari beton. Lalu ia menghantamkan mereka ke pegangan tangga di sisi satunya, sebelum akhirnya menjatuhkan mereka semua di lantai satu.
Ree kembali melangkah secara perlahan. Ia melewati tubuh-tubuh para prajurit untuk menaiki tangga. Nareen yang ketakutan, dengan panik mengirimkan Ibu Andreas untuk melawan Ree.
Perempuan itu mengubah tangannya menjadi cakar-cakar yang besar dan berwarna hitam. Kedua matanya pun berubah hitam. Makhluk itu menyerang Ree dengan buas. Tetapi dengan mudah Ree dapat membuat bayangan makhluk itu untuk melilit kakinya sendiri. Kemudian bayangan menjatuhkan makhluk itu ke lantai satu.
Dari sudut mata Ree, ia dapat melihat bocah Pemagis Murni muncul dari tangga yang mengarah ke bawah tanah. Semua prajurit sudah dijatuhkan Ree, wajar bila bocah itu berusaha untuk keluar kembali. Pemuda itu melihat ibunya terjatuh kemudian meloncat untuk menghampiri tubuh perempuan itu.
Ree tidak peduli. Fokus utamanya adalah Nareen.
"Da- dari mana kau mendapatkan kekuatan sebesar itu?" Tanya Nareen.
Gadis itu tidak menjawab.
Dalam kepanikannya, Nareen mengumpulkan magis miliknya. Debu-debu magis hitam mulai berkumpul di sekitarnya. Ree dapat melihat kontrak yang dilakukan Nareen baru satu. Kendati demikian, bayaran yang digunakan Nareen sangatlah besar. Kekuatannya pun tidak sepele.
Nareen kemudian berteriak nyaring, "Buat dirimu berguna, perempuan lajang!"
Seketika itu juga, tubuh ibu Andreas berubah kembali. Seluruh tubuhnya menjadi lebih besar, berbulu. Wajahnya menjadi seperti kerbau dengan dua tanduk besar di kedua sisi kepalanya. Cakarnya masih ada, dan matanya berubah merah darah.
Ia meloncat dari lantai pertama mengarah pada Ree. Dengan cepat Ree melebur pada bayangan. Dalam dunia bayangan, Ree dapat mendengar bayangan ibu Andreas yang asli. Perempuan itu meminta tolong padanya.
Ree memunculkan dirinya di belakang makhluk itu. Ia mengumpulkan semua bayangan yang ada di rumah itu di bawah tubuh Ree. Kini tubuhnya ditutupi oleh sulur-sulur berwarna hitam. Wajah, tangan, dan kakinya terselubungi. Sulur-sulur hitam itu semakin besar dan panjang. Dengan cekatan sulur-sulur hitam itu melilit kedua tangan dan kaki makhluk buas di depannya lalu melemparkan makhluk itu ke tembok. Kemudian akhirnya melemparkan makhluk yang sama ke arah Nareen.
Binatang buas itu sempat meloloskan tangannya dari lilitan sulur. Namun Ree mengubah sulur-sulur hitamnya menjadi duri-duri yang tajam. Duri-duri itu menusuk kedua tangan dan kaki makhluk itu di berbagai tempat. Sebuah raungan yang tidak manusiawi muncul dari tenggorokan makhluk itu. Tak lama makhluk itu kembali berubah menjadi tubuh Ibu Andreas.
Andreas berlari ke arah Ibunya. Ree tidak menghabisi makhluk itu.
Ia memutar tubuhnya untuk Nareen, mangsa sebenarnya.
Melalui bayangan, ia tahu letak pisau kesayangannya, pemberian terakhir ayahnya. Pisau itu terletak di sabuk Nareen.
"Kau tidak berhak menyimpan pisau itu."
Sebuah sulur bayangan mengambil pisau itu dengan cepat dari sabuk Nareen. Ree mengambil kembali pisau itu. Bilahnya bersinar di kegelapan malam. Seakan benda itu berkata ia siap untuk menebas Nareen.
Pria itu sudah merangkak, berharap dapat kabur darinya. Sebuah senyuman ironis muncul di wajah Ree. Kini ia punya kekuatan untuk membuat Nareen takut namun semua teman-temannya sudah mati.
Ia tertawa ketir dalam hatinya. Apa gunanya memiliki kekuatan tanpa dapat melindungi orang yang penting di hidup kita?
https://youtu.be/VrNBa-WVrCY
(lanjut ke lagu ini)
Ree merasa geli melihat pria itu merangkak ketakutan di depannya. Dengan sulur-sulur hitam yang tajam, ia melilit dan menahan kedua kaki Nareen. Kemudian dengan pisau kesayangannya, ia memotong satu kaki Nareen. Pisau tidak memiliki bilah yang besar seperti pedang, butuh waktu dan tebasan berkali-kali hingga satu kaki benar-benar lepas.
Pria itu meraung sejadi-jadinya.
Gadis itu memunculkan dirinya di depan Nareen. Ia ingin melihat tatapan pria yang membunuh teman-temannya. Ingin menatap pria itu di mata ketika Ree menyiksanya.
Ree menendang pria itu hingga punggungnya terpental di lantai. Darah mengucur keluar dari kakinya. Gadis itu sengaja berdiri di atas genangan darah Nareen.
Saat itu seperti Ree tidak sadarkan diri, seperti mimpi. Ree memotong jemari-jemari Nareen. Satu per satu. Memastikan pria itu merasakan setiap potongan. Hingga akhirnya pria itu pingsan.
Ree hendak menunggu. Menunggu hingga pria itu kembali sadar kembali dan Ree dapat lanjut menyiksanya. Membuatnya merasakan kehilangan yang telah ia buat dalam hidup Ree, membuat Nareen merasakan rasa sakit yang Ree rasakan.
Namun sebuah suara seakan membangunkannya, "Terima kasih." Suara itu pelan dan serak.
Ree menoleh pada pemilik suara. Itu adalah suara Ibu Andreas. Tubuhnya masih mengambang di udara, berbagai duri-duri hitam menusuk pada kedua tangan dan kakinya. Ree tidak melihat Andreas di mana pun. Ia mendekati tubuh perempuan itu.
Ibu Andreas tertawa. "Pria itu mengirimkan makhluk buas untuk memporak-porandakan rumah kami. Ia membunuh suamiku..."
Sebuah bulir air mata menuruni kedua pipi perempuan itu, "Da– dan...ia membuat mayatku menjadi pelayannya."
Saat itulah Ree tersadar, suara itu bukanlah berasal dari mulut ibu Andreas. Melainkan berasal dari bayangannya.
"Ia pikir Andreas akan terikat dengannya bila aku seperti ini. Tapi kau memporak-porandakan semuanya jadi... rencananya akan gagal."
Meski mulutnya tidak bersuara dan matanya masih menunjukkan kehampaan yang sama, Ree dapat melihat sebuah senyuman kecil muncul.
"Terima kasih, terima kasih, terima kasih," kata bayangan itu lagi. Bulir air kembali menuruni matanya yang tak berekspresi. "Tolong bebaskanlah aku..."
Pegangan Ree pada kedua pisaunya menguat. "Anakku..." Air mata kian bergulir dari pipinya.
"Ia sudah mengerti. Tolong bebaskanlah aku," pintanya kembali.
Akhirnya dengan satu tusukan tepat di jantung, Ree mengakhiri penderitaan ibu Andreas. Aliran air matanya berhenti, digantikan dengan aliran darah yang keluar dari mulutnya. Ree menutup matanya yang tidak berekspresi.
Ketika ia memutar tubuhnya pada Nareen, ia tersadar. Bila ia membunuhnya hari ini, ia akan terbebaskan dari penderitaan. Sama seperti ibu Andreas yang meminta kebebasan dengan kematian. Tidak, Ree akan membuat Nareen menderita. Dan untuk itu ia akan membiarkannya hidup. Hidup dengan satu kaki dan dua tangan tanpa jemari. Hidup hanya dengan satu mata. Hidup tanpa prajurit dan bisnisnya.
Ree menarik napas dalam.
Setelah resolusi itu, untuk pertama kalinya ia benar-benar memperhatikan kehancuran yang telah ia buat. Puluhan tubuh tergeletak berdarah di lantai satu. Ia tahu ada ratusan tubuh tergeletak di halaman depan.
Ia telah menjadi seekor binatang buas. Seekor iblis kematian. Ia dapat menghancurkan segalanya tanpa menyelamatkan seorang nyawa pun.
Menyeramkan.
Perut Ree terasa sangat mual sehingga ia harus memuntahkan isi perutnya. Namun karena belum makan seharian,ia hanya memuntahkan lendir dan sedikit sekali makanan.
Lalu ia kembali melangkah menuju teman-temannya di halaman depan.
ꜱᴇɢɪᴛᴜ ꜱᴀᴊᴀᴋᴀʜ ɴʏᴀʟɪᴍᴜ? ᴀᴘᴀ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ɪɴɪ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛᴍᴜ ᴛᴀᴋᴜᴛ?
ʜᴀ. ʜᴀ. ʜᴀ.
ʟᴇᴍᴀʜ ꜱᴇᴋᴀʟɪ. ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴋᴇ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ʙᴇʀɪᴋᴜᴛɴʏᴀ ʙɪʟᴀ ᴋᴀᴜ ʙᴇʀᴀɴɪ.
ꜱᴀʟᴀᴍ,
ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴀɴᴛᴀɴɢᴍᴜ.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top