Drama (:

"HAH DRAMA DENGAN MEREKA!"

Anggota TRIGGER beserta ZOOL berteriak barengan terkejut dengan penggumuman dari Yaotome.

(A/N : bingung panggil ayahnya gaku apa)

"Iya salah satu fans kalian melihat kalian belanja bareng jadi kami memutuskan untuk-"

"TUNGGU SEBENTAR!"

Haruka berteriak menghentikan kalimat Yaotome.

"Kenapa Haru?"

"Kalo drama biasa sih ok gapapa lah, tapi ini..."

"Lakukan saja aku dan Rinto sudah mentanda tangani kontraknya."

"Bukannya dia lagi liburan ya?"

"Rapat hari ini selesai, Anesagi bimbing mereka menuju ruang latihan."


















Di ruang latihan terdapat Haruka yang protes. Toma, Minami, dan Ryu yang mencoba menenangkan Haruka. Gaku dan Torao yang sedang asik main hp. Lalu Tenn yang sedang sibuk menghafali naskahnya.

"Pokoknya gw gk terima jadi... dengan... wheeee gk mau," Haruka mulai nangis.

"Ah Haru jangan nangis tar aku beliin kue ya."

"Isumi-san liat kelinci ini imut sekali berhenti nangis ya."

"Eh itu bukannya kelincinya IDOLISH7 ya?"

Gaku menjatuhkan hpnya dan berlari ke arah mereka.

"Sepertinya tersesat biar aku antarkan ke pemiliknya."

"BUCIN TERUS."

"Padahal dianya aja ngak nganggap lu."

"Iri bilang sahabat, sini kelincinya."

"Ngapain iri banyak wanita di luar sana."

"Bukannya kau pernah mengodanya sekali Torao Mido."

Mengabaikan Torao dan Tenn Gaku berjalan ke depan Minami. Minami memberikan Kinako ke gendongan Gaku. Gaku langsung aja keluar dari ruang latihan demi menemui pujaan hatinya.

"Hiks mau jadi kelinci aja bebas berkeliaran dimana aja."

"Duh Haru sudah dong nangisnya."

Haruka berlari kearah pelukan Ryu.

"Ryuu tuker peran dong kalo sama kamu gpp."

"Maaf Haruka tapi ini drama khusus kalian para fans juga sudah diberi tahu."

"Eh masa," Torao menyalakan TV yang ada di ruang latihan. Terlihatlah iklan promosi untuk drama mereka. Walau hanya tulisan sih gk ada trailernya.

"Padahal cuman tulisan ZOOL dan TRIGGER akan melakukan drama bersama dengan kedua nama tokoh utamanya."

"Torao jelas jelas itu TRIGGER dan ZOOL."

"Biarin kek intinya kan juga sama, kau dan Haruka drama bersama."

"Kurasa karena itu lah para fans bersemangat, bagaimana pun juga Isumi-san tolong jalankan drama ini ya."

"Hweee gk mau Ryuu hweee."

(Jangan meluk ryu mulu bikin iri tau)

Ryu mengelus kepala Haruka pelan. Setelah Haruka sudah tenang Ryu berjongkok menyamakan tingginya dengan Haruka.

"Berusaha sekuatnya ya Haruka."

"Daripada kau nangis terus mending latihan."

"Berisik nyebelin banget sih."

"Kau juga Ryu meskipun karakter sampingan kau harus menampilkan yang terbaik."

"Ba-baik Tenn ayo Haruka."

Ryu mendorong Haruka menjauhi Tenn. Kemudian mereka berdua menghafalkan naskah masing masing.

"Oy gw dan Mina harus pergi pemotretan Torao dan Tsunashi-san tolong jaga Haruka."

Toma dan Minami keluar dari ruang latihan sehingga yang tersisa adalah Ryu, Haruka, Torao, dan Tenn.

"Haruka kemari!"

"Siapa elu nyuruh nyuruh."

"O-oy Tenn Haruka."

"Cepatlah kemari buat latihan bersama dasar cengeng."

"Diam lu dasar kakak yang kerjanya nyakitin adeknya aja."

"AKU GK NYAKITIN RIKU."

"IYA KAMU SAKITI DIA KAMU BUAT DIA BERKALI KALI KAMBUH."

"BU-BUKAN  AKU..."

"Huh gk bisa bales kan."

Sekarang gantian giliran Tenn yang nangis. Ryu dengan sigap langsung memeluk Tenn untuk menenangkannya. Haruka hanya diam melihat punggung Ryu. Tenn memirinkan kepalanya kesamping dan memasang wajah yang meledek Haruka.

"A-APAAN KAU."

"Hiks Ryu padahal aku hweee."

"Sudah ya Tenn jangan nangis, Haruka minta maaf sama Tenn."

"Ta-tapi dia."

"Haruka."

"Ma-maaf," Haruka berjalan pergi ke arah Torao.

"Yuk pulang Haruka."

"Hmm."

Torao dan Haruka berjalan kearah pintu. Tai tiba tiba saja pintunya menabrak dinding. Terlihatlah sosok Gaku dengan senyuman selebar joker.

"Ngapain senyum joker begitu jijik tau."

"Diam kau setenn tadi aku baru saja kencan."

"Eh oh selamat Gaku."

"Maksud dia Tsumugi-san mentraktirnya makan karena sudah menemukan Kinako Ryu."

"Intinya aku kencan titik gk pake koma apalagi tanda tanya."

"Dah lah ayo lanjut Torao."

Seluruh anggota ZOOL sudah meninggalkan ruangan. Tenn langsung melampiaskan emosinya kearah Gaku. Ryu yang sudah lelah membiarkan Tenn berbuat sesuka hatinya.




















Hari syuting

"Mohon bantuannya hari ini."

ZOOL beserta TRIGGER membungkuk kearah staff.

"Ok langsung kita mulai aja ya."











"Hoam," Haruka bangun dari ranjangnya. Setelah mandi dan ganti pakaian dia turun kebawah untuk sarapan.

Haruka berjalan kearah kulkas. Terdapat sebuah pesan disana.

Haru ayah harus pergi dinas ada uang untukmu selama sebulan di tempat biasa.

"Bahkan sekarang tidak ada ucapan sayang lagi," Haruka meremuk kertas itu dan membuangnya ke tong sampah.

"Jadi gk mood makan," Haruka mengambil tasnya dan uang yang diberikan oleh ayahnya. Dia kemudian berjalan menuju sekolah.









Sesampainya disekolah

"Oy Haruka."

Haruka menoleh kebelakang dan melihat Torao yang sedang berjalan kearahnya.

"Selamat pagi Torao-senpai."

"Torao-senpai rasanya aneh kau memanggilku begitu."

"Di luar kau adalah temanku namun di dalam sekolah kau adalah senpai ku."

"Ah lagi lagi begitu kau dasar ketua osis."

"Torao-senpai jika tidak ada urusan aku pergi duluan."

"Eh gk tunggu."

Haruka kembali menoleh kearah Torao. Dia menghela nafas sebentar lalu berbalik berjalan pelan meninggalkan Torao.

"Gk kali ini penting ini buat keselamatanmu."

Haruka menghentikan langkahnya.

"Balikin dulu utangmu yang kemarin kalo mau minjam lagi."

"Bukan soal itu woy, adikku masa skorsnya sudah berakhir tolong berhati hati lah."

"Jangan khawatir Torao-senpai senakal apapun adikmu dia tidak bisa menakutiku."

Bilangnya sih begitu namun pas Haruka sedang sendirian di ruang osis dia panik gk main main.

"Gimana bisa aku lupa soal dia, aargh Haru baka mana festival sekolah sebentar lagi nanti kalo kacau gimana aaarrgghhh," Haruka menjambak rambutnya sendiri bingung harus bagaimana.

Tiba tiba pintunya terbuka membuat Haruka menghentikan aktivitasnya. Namun sosok di depan pintu adalah sosok yang paling tidak ingin Haruka temui.

"Oy ketua osis masa skors ku sudah berakhir."

"Kujo Tenn."

"Jangan pasang wajah begitu dong tar imutmu hilang loh," kata Tenn sambil memegang sebelah pipi Haruka.

"Si-singkirkan tanganmu dariku."

"Jangan ngambek dong Haru-chan."

"Ck katakan saja apa mau mu."

"Mau ku tentu saja merusak sekolah ini dengan aturan aturan bodohnya."

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu."

"Cih karena itu lah aku membencimu."

Tenn berjalan kearah pintu dan gk sengaja berpas-pasan dengan Minami saat dia hendak keluar. Minami tidak memperdulikan Tenn dan berjalan kearah Haruka.

"Isumi-san ini berkas yang kau minta."

"Terima kasih Minami-senpai," Haruka tersenyum kearah Minami rasa keselnya jadi hilang berkat kehadirannya.

"Ck menyebalkan," Tenn membanting pintunya membuat Haruka dan Minami melihat kearah pintu yang tertutup.

"Apa masalah dia?"

"Hm entahlah ngomong ngomong kau dipanggil Ryu-sensei."

"Baik terima kasih infonya Minami-senpai."

"Tentu Haru-chan," kata Minami dengan nada mengoda Haruka.

"Ja-jangan panggil aku begitu."

"Oh Haru-chan kau tersipu."

"Uhuk aku harus pergi menemui Ryu-sensei."

Haruka berjalan keluar dari ruang osis.

Andai Minami-senpai menyadari perasaanku, kata Haruka dalam hati.

Sesampainya di ruang guru Haruka berjalan menuju meja Ryu. Ryu yang sedang asik ngobrol dengan Gaku menghentikan pembicaraannya.

"Haruka-kun ini soal festival sekolah minggu depan aku dan Gaku tadi sedang berbicara bagaimana kalau kita mengundang orang tua kali ini."

"Eh orang tua?"

"Iya aku dan Ryu setuju kalau para orang tua harus melihat penampilan anaknya saat pentas buat ulang tahun sekolah ini."

"Bagaimana menurutmu ini pertama kalinya orang tua akan ikut merayakan ulang tahun sekolah kita."

"Jika Ryu-sensei dan Gaku-sensei berkata seperti itu maka osis pasti akan melaksanakannya serahkan saja kepada kami."

"Hahaha gk salah kau jadi ketua osis."

"Terima kasih banyak ya Haruka-kun."

Haruka keluar dari ruang guru dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Orang tua ya."

Haruka mengambil hpnya dan menelpon ayahnya.

"Ada apa Haru ayah lagi agak sibuk sekarang, jika tidak penting nanti saja ya."

"Ayah festival minggu depan para orang tua akan diundang...," Haruka menghentikan kalimatnya.

"Maaf Haru tapi ayah tidak bisa pulang sekarang sampaikan salamku pada Toma."

"Baik ayah."

Haruka menahan tangisannya. Meskipun dia tau ayahnya akan berkata begitu namun hatinya tetap sakit saat mendengarnya.

"Oy jangan berdiri di tengah jalan."

Haruka tidak merespon perkataan Tenn. Tenn yang kesel mencoba melihat hp Haruka.

"Haru-chan sepertinya kau dititipkan lagi ditempatku."

"Aku dititipkan dengan Toma-san bukan kamu."

"Saat dipanggil Haru-chan baru jawab ya kau suka panggilan itu?"

"Tidak aku tidak suka panggilan apapun dari mu."

Tenn mendorong Haruka ke dinding. Tenn mengangkat tangannya hendak memukul. Haruka sudah tau apa yang akan Tenn lakukan, dia menutup matanya menunggu tonjokan tonjokan yang Tenn suka berikan kepadanya.

"Jangan diam aja respon kek."

Haruka hanya diam menunggu amarah Tenn.

"Kenapa kau selalu diam," kata Tenn dengan nada sedih.

Haruka membuka matanya bingung dengan perkataan Tenn barusan. Dia terkejut dengan air mata yang terjatuh dari wajah Tenn.

"Kenapa harus dirimu."

"Kujo-san."

Tenn menonjok kearah tembok yang hampir mendekati wajah Haruka.

"Panggil aku Tenn!"

"Ku-kujo-san?"

Tenn memalingkan wajahnya dari Haruka. Dia kemudian berjalan pergi meninggalkan Haruka yang kebingungan.

Setelah terdiam selama 5 menit Haruka berjalan ke arah ruang osis. Namun pas dia membuka pintunya dia terkejut dengan perkataan Minami.

"Torao-kun aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu Minami."

Haruka berlari pergi. Dia tidak sanggup menahan air matanya lagi. Haruka terus berlari hingga dia sampai di depan rumah Toma.

"Kenapa justru aku kesini."

"Oh Haru ayahmu tadi baru mengabariku."

Toma terkejut melihat Haruka yang menangis.

"Haru kau tidak apa apa? TENN CEPAT KESINI!"

"Ada apa ayah?"

Mata Tenn membesar saat dia melihat Haruka menanggis. Tenn berlari kearah Haruka dan menghapus air matanya.

"Siapa?"

"Kujo-san?"

"Siapa yang membuatmu begini?"

Ada aura membunuh disekitar Tenn. Toma yang takut para tetangga akan merasa ketakutan saat lewat mengendong Tenn dan Haruka di masing masing tangannya.

Toma membawa mereka ke kamar Tenn. Dia membiarkan Haruka tidur diatas kasur Tenn sementara dia melatakan Tenn di sofa.

"Aku akan membuat minuman dulu, Tenn tolong jaga Haru."

Pintu ditutup oleh Toma. Tenn berjalan kearahnya dan menggunci pintunya.

"Sekarang katakan siapa yang membuatmu menanggis."

"Itu bukan urusanmu."

"Minami-senpai kan."

Haruka hanya terdiam.

"Melihatmu diam kurasa tebakkanku benar."

"Lalu apa kau akan menyebarkan ke seluruh sekolah tentang aku yang menyukai Minami-senpai atau kau akan membully ku habis habisan."

"Kenapa aku harus membully mu? Lagipula Minami-senpai memang tipe cewe idaman para lelaki."

"Bukannya kau selalu begitu memukul dan merusak sekolah tanpa alasan."

"Apa aku hanya cewe bandel dimatamu?" Kata Tenn sambil duduk di kasur.

"Emang apalagi kau adalah orang yang selalu membuat masalah di sekolah." Kata Haruka sambil meluruskan badannya dan menutupi kedua matanya dengan lengannya.

"Kau tidak bisa menahan emosimu."

"Jadi menurutmu aku tidak bisa menahan emosiku?" Tenn mengambil lengan Haruka dan menahan keduanya diatas kasur dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang dagu Haruka.

"Apa yang kau lakukan?"

"Jawab pertanyaanku! Siapa aku dimatamu?"

"Kau adalah orang yang tidak peduli pada siapapun selain dirimu sendiri," Haruka mencoba memberontak namun tenaga Tenn terlalu kuat.

Bagaimana bisa aku tertahan dengan satu tangan saja. Cewe ini terlalu kuat. Sebenarnya apa maumu Kujo Tenn.

"Ji-jika a-aku tidak peduli... lalu bagaimana kau akan menjelaskan perasaanku padamu?"

Tenn mencium dagu Haruka.

"Aku mencintaimu sampai gila rasanya."

Jantung Haruka berdetak cepat, wajahnya mulai memerah akibat kelakuan dan perkataan Tenn.

"Ti-tidak mungkin jangan main main dengan ku."

"Aku tidak main main jika aku main main aku sudah mentertawakan wajahmu yang memerah sekarang."

Tenn melepaskan tangannya dari kedua lengan Haruka. Haruka segera memanfaatkan itu untuk membalikan situasi. Haruka mendorong Tenn sehingga posisi mereka menjadi Tenn dibawah sedangkan Haruka diatas.

"Ha-haruka!?"

"Buktikan!"

"Huh?"

"Kau mencintaiku," wajah Haruka menjadi sangat merah dari sebelumnya.

Tenn tersenyum mendengar perkataan Haruka. Akhirnya perasaannya terbalas.

"Kujo-"

"Panggil aku Tenn," kata Tenn sambil melingkari tangannya ke leher Haruka.

Saat dagu mereka saling menempel Tenn mengatakan.

"Aku mencintaimu Haru-chan."

"Lagi lagi panggilan itu."

"Apa kau tidak akan membalas pernyataanku?"

Haruka menghela nafas sejenak.

"Aku juga mencintaimu Tenn."

"Dan cut!"

Haruka tanpa tu-wa-ga langsung melempar Tenn ke lantai.

"Ew menjijikan."

"Berisik emangnya aku mau apa dandan kayak cewe begini."

"Kau kan emang dah kayak cewe, btw tenangamu lemah banget susah jadinya akting pas aku gk bisa memberontak."

"Cih padahal pas dorong aku tenagamu juga lemah banget aku harus jatohin diri dulu."

"Oi Haru."

"Tenn sudahlah."

"Pft hahahaha mending kau ganti baju aja sana bocah atau kau mau memakai rok selamanya."

"Berisik," Tenn segera berjalan ke ruang ganti dan menganti pakaiannya.

"Kerja bagus teman teman."

"Diam kau manusia kucing jangan bikin cerita kayak gini lagi awas aja."

"Hmmm mau aku bikin cerita dunia tanpa kue."

"JANGAN!"

"Kalau begitu panggil aku Nya-san, kau harus hormat kepada authormu."

"Baiklah Nya-san," kata Haruka dengan nada mengejek.

"Lalu jangan khawatir aku sudah keluar dari dunia fujo berkat doujinsi Yamato x Ryu yabg gk sengaja aku baca."

"Eh Yamato dan Ryu siapa ukenya?"

"Entah kita akhiri aja chap ini kasian Ryu kaget kebingungan gitu."

Ok sampai jumpa lagi di cerita gaje lain nya~ bye nya miaw~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top