07. Hai, Lun!

Pict : Cara Delevingne As Viona Asheira

🌸

Aku hampir tak bisa bernafas, Saat kamu mengatakan -Kita tak lebih dari sahabat-

🌸

"PITAAAA!" Panggil suara yang sangat familiar bagi Pita.

Pita menoleh, Ia menganga!

Dimas!

Dimas memasang raut wajah cemberut sambil berteriak didepan kelasnya. Menyita seluruh perhatian kelas XI IPA 2 padanya.

"PITA. KENAPA DARI TADI PAGI LO NGEDIEMIN GUE, SIH" teriak Dimas dikelas itu.

Tapi memang itu faktanya. Sejak Dimas melakoni rumah Pita tadi pagi untuk berangkat sekolah bersama, Sejak itu pula mereka tidak menjalin pembicaraan sama sekali.

Dan sekarang. Dimas jadi kelimpungan. Dimas gak bisa diam saja saat sahabat sejak SMP nya itu begitu mendiamkan dirinya.

Disana Pita hanya menutup wajahnya. Karna sekarang semua perhatian itu beralih pada Pita.

Sedangkan Luna. Luna hanya termenung. Benar kata Dira, Dimas memang pacarnya Pita. Kalau tidak, Mana mungkin ia berani didepan kelas seperti itu?

"Pita! Jawab dong!" Ulang Dimas lagi. Namun iris mata pita hanya menghunus tajam kepada Dimas. Dimas tak mengerti, Ada segudang amarah dibalik matanya.

Pita memutar kembali memori bersama Arga pada malam itu. Pita sudah membeli dua tiket.

Untuknya. Dan untuk DIMAS!.

Tapi Dimas tidak datang.

"PITA NGOMONG DONG! LO MARAH SAMA GUE?" Ucap Dimas, Kali ini sambil mengguncangkan tubuh mungil Pita.

"Eh! Cewek lo lagi ngambek! Minta maaf yang bener dong. Lo nanya kaya gitu gimana dia mau jawab lo, Bego. Jadi cowok ga ada romantis romantisnya banget, sih" Ujar Luna, Ia berdiri dibelakang Pita.

Memang kebetulan, Letak tempat duduk Luna ada didepan Pita.

"EH LUNA. HAI LUN" Dimas nyengir kuda kearah Luna tanpa perduli jika sebenarnya pita masih ngambek terhadapnya.

Tapi kadang Luna berfikir, Ini cowok kerjaannya cuma bisa nyengir doang apa? Mending kalo ganteng. Dih. Tapi kalau Luna boleh akui...

Dia lumayan ganteng, Sihh....

Eh kok jadi ngomongin paras Dimas! Ayo Fokus Luna!

"Ngapain lo Say Hi ke gue? Onoh! Urusin cewek lo lagi ngambek juga!" Bentak Luna sambil menyipit kearah Dimas.

Sedangkan Pita hanya menatap keduanya Aneh. Dimas dan Luna sudah saling kenal?

Bagaimana Pita tidak tau?

"PITA BUKAN CEWEK GUE. DIA SAHABAT TERSAYANG GUE!" Seketika wajah garang Luna menjadi pias.

Dira salah, Pita bukan pacar Dimas.

Dan entah mengapa, Luna merasa satu beban dipundaknya luruh saat itu juga.

🌸

Jam istirahat tiba. Seharusnya ini waktu favorite bagi siswa siswi Nusa bangsa. Namun yang terjadi pada Luna tak lain adalah hal yang begitu apes!

Yap! Menurut Luna sekarang dia sedang apes!

"Hai, Lun" Ujar suara itu. Luna sudah bosan, Luna bahkan tidak bisa berfikir, Sudah berapa kali lelaki disampingnya itu mengucapkan kata "Hai, Lun" padanya.

Ditambah dengan raut wajahnya yang menyebalkan itu.

"Hai, Lun. Jawab dong!" Ulang suara menyebalkan itu.

Dan Luna tau itu suara Dimas. Dimas masih ada dibelakangnya. Dimas masih menguntitnya sejak jam istirahat dimulai.

"Dimas! Coba lo diem sebentar aja!! Bisa gak?" Ujar Luna kesal sambil melengos sedangkan Dimas masih dengan cengiran kudanya.

"Lun, Dikantin ada bakso beranak. Beli yuk?" Seandainya Luna dimetaforakan sebagai Bom. Mungkin sekarang, Luna sudah meledak! Dan itu karena Dimas. Dengan segala ocehannya!

Garisbawahi. Terutama dibagian Bakso beranaknya. Karena entah mengapa Luna agak geli saat mendengarnya.

"Gak. Makasih!" Tandas Luna langsung. Dimas terdiam.

Sedang Luna melirik kearah Dimas. Ini bocah kenapa jadi bergeming?

Sampai Dimas menghela nafasnya.

"Lun, kalo seandainya ini dunia fantasy, Pasti lo itu bagaikan satu orang yang paling berpengaruh, Dan bisa nyelamatin dunia"

Atau mungkin nyelamatin hati gue, aw!

Oceh Dimas lagi, Sedangkan Disana Luna dengan segudang kekesalannya pada Dimas yang masih bisa ia tahan.

Tadi bakso beranak dan sekarang tentang dunia fantasy?

Golok mana golok?

"Nyelamatin Dunia? Hah. Hidup lo kebanyakan fantasy!" Luna tersenyum mengejek.

Dan Dimas hanya membalasnya dengan tersenyum kecut.

"Dari pada lo? Hidup lo kebanyakan drama. Kaya drama Teenfiction diwattpad!"

Skakmat.

Dimas benar.

"Yaudah! Lo bisa diem ga?" ulang Luna dengan harap jika Dimas segera menghilang dari hadapannya.

"Ga bisa!" sergah Dimas. Tapi bersamaan dengan itu, Pita datang. Pita dengan wajahnya yang sumringah entah karena apa.

Sampai sampai pita tak menyadari jika ada Luna disamping Dimas.

"Dimas. Dimas nanti pulang sekolah anterin pita dulu yuk? Pita ada pemotretan! Tadi, Bu Mega, sekretaris perusahaan majalah terbesar ngubungin Pita. Dan bilang, Kalau pita bakal motret model cowok, Dimas anterin yah? Yaah?" Pinta Pita dengan manjanya.

Tapi memang biasanya seperti ini 'kan? Pita selalu menyangkutkan Dimas dalam setiap hal. Seperti kali ini. Pita meminta dimas untuk menemaninya -Dan tentu saja dengan logat manja khasnya.

"Gimana yaa, Pit? Gue.. Em gue.."

"Kenapa?" Wajah sumringah pita mulai pias, Menjadi agak redup.

Please, Dimas. Setelah apa yang ia lakukan pada Pita. Apa ia akan menolak permintaaan Pita kali ini?

Bukankah Pita juga sudah cukup -Bahkan, Sangat baik untuk memaafkan Dimas saat malam itu?p

"Dimas! Kenapa?" Tukas Pita dengan penekanan pada tiap ucapannya.

"Gue..." Dimas melirik perempuan yang berdiri disampingnya. Tepat didepan mading.

Perempuan itu sedang membaca pengumuman yang ada di mading.

"Em.. gue, Gue mau Belajar pelajaran Antropologi sama Luna!.. Iya, Antropologi, Ya 'kan, Lun?" Ujar Dimas sambil merangkul pundak Luna dan memberi isyarat untuk meng'iya'kan ucapannya tadi.

"Eh? Ah... Iya iya Pit. Kita mau belajar Antropologi dulu!. Ehehe" Timpal Luna sambil memaksakan senyumnya, menggaruk garuk tenguknya yang tidak gatal.

Semoga Pita ga peka sama kebohongan Dimas dan Luna!

"Antropologi?" ulang Pita sambil menampakan wajah bingung, Lalu sekedar melirik Luna.

"Lun, Bukannya... Lo anak IPA ya? Kok belajar Antropologi?"

Mampus lo, Luna!

"Eh... Em gue 'Kan... Em suka. Oh ya, Gue suka sama pelajaran sastra mangkanya gue minta belajar antropologi sama Dimas. Hehe" Sekarang Luna salah tingkah.

Dimas, Sialan!

"Iya Pit. Gitu pit. Kan kasian kalau Luna gak ada yang ngajarin" ujar Dimas dengan logat sok dramatisnya. Membuat Pita menghela nafasnya panjang.

Hm, Pita rasa ada yang gak beres nih!

"maksud gue agak aneh aja gitu, Lun. Tapi... Yaudahlah, Kalo gitu... Gue ke kantin aja. Duluan yak Gaes!" dengan itu Pita membelah jarak antara Dimas dan Luna.

Tanpa Dimas tau, Pita cemburu melihat Luna bersamanya.

Luna celinguk kanan kiri. Setelah merasa semuanya aman, lalu iris hazelnya menghunus kearah Dimas dengan kejam.

Disusul dengan cubitan di pundak yang mendarat mulus pada Dimas.

"Sialan Lo! Pasti sekarang Pita bakal nyangka kalo gue aneh banget! Pokoknya gue harus bikin perhitungan sama lo!" Tukas Luna bengis sambil mencubit pundak dimas lagi.

"Ya maap, Lun. Abisan, Walaupun dia sahabat gue sejak gue Smp. Tapi gue gak bisa kalau harus jadi satpam dia terus terusan" Dimas memelas kearah Luna, Sedang Luna melipat tangannya di dada dan mengalihkan matanya pada apapun yang tidak menarik sekalipun.

Yang penting tidak menatap kearah Dimas yang menyebalkan itu.

"bodoamat. Gue gak peduli! Lo udah mencemarkan nama baik gue!" Ujar Luna sambil mendengus kesal. Ah apa tidak bisa dimas sekali... Saja tidak membuat Luna apes karenanya?

"Yaudah gue minta maap. Susah amat" dimas mulai memasang cengiran kudanya. Membuat sejuta ide dibenak Luna.

Gue tau!

"Gue mau maafin lo, Kok" Ujar Luna. Ia menjeda Membuat wajah Dimas menjadi sumringah karenanya.

"Tapi ada syaratnya" Kini wajah Luna berubah menjadi wajah dengan rencana kejahilan dengan menyertakan senyuman jahil.

Ah, Dimas tau. Pasti Luna bakal nge- troll dia sampai Mampus.

Luna salah, Luna gak apes. Melainkan Dimas yang apes karenanya.

🌸

a.n

Kasih gue voments kritik dan saran dong:( w tau ceritanya gaje banget, jadi maapkanlah. w masih amatiran beb. Btw tq buat yg udah mau baca:)

Regards! TiaraYulita

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top