28 | Kembali Bertemu

NURA melihat Nuryani tengah duduk sendiri saat ia pulang ke rumah. Wanita itu tampak sedang melamun selagi sibuk menatapi foto usang si Ayah. Pantas, salamnya tidak mendapat jawaban sebab angan Nuryani sedang tidak ada di mana raganya berada.

"Ibu ...." Nura mengempaskan tubuhnya di sisi Nuryani. Menarik sadar si Ibu sepenuhnya. "Yara udah tidur?"

"Hm ...." Nuryani mengangguk. Ia menyimpan foto yang sejak awal ia perhatikan ke tempat semula. Lantas dengan sedikit tergesa, wanita itu membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. "Ibu tadi lagi cari akta kelahiran Yara. Tapi, nemu foto ayah, jadinya malah kangen."

Nura tersenyum tipis.

"Kadang, walaupun perlahan kita terbiasa tanpa kehadirannya, tapi pasti selalu ada saat-saat kita merindukan dia. Dan, walaupun sudah terbiasa, tapi rindu itu selalu menyesakkan dada."

Benar, Nura setuju dengan apa yang ibunya katakan. Ia mungkin mulai terbiasa dengan semua perubahan Sahal. Namun, tetap saja, setiap kali rindu menelusup sela-sela sanubari, segalanya menjadi terasa lebih sulit.

"Yaudah, karena kamu udah pulang, jadi Ibu mau tidur. Kamu jangan lupa kunci pintu." Nuryani bangkit. Seraya menenteng tas berisi surat-surat penting, wanita itu melangkah meninggalkan Nura.

Nura terdiam sesaat di tempatnya. Ia sudah mengunci pintu saat masuk tadi. Kembali Nura mengambil ponselnya guna memastikan ada pesan masuk dari Sahal atau tidak. Sepi. Tidak ada notifikasi apa pun di sana. Hela napas lelah Nura pun lepas landas.

Kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya, Nura bangkit. Ia hendak melangkah menuju kamarnya kala iris hitamnya menangkap sesuatu di bawah meja.

....

"MEL, gue butuh alamat rumah Sahal."

Melodi yang sudah mengambil posisi di belakang Virga, kembali turun dari motor dan berdiri di hadapan Nura. Setelah hari itu, Melodi tidak pernah lagi mendengar kabar Sahal. Hanya sesekali ia tahu kabar orang yang pernah disukainya itu dari cerita Nura. Sahal benar-benar serius memutuskan pertemanan dengannya. Jika tidak ada Virga yang setia menghiburnya, ia mungkin akan berlarut-larut kecewa karena hal itu.

"Lo serius mau ke rumah Sahal?" tanya Melodi sangsi. Pasalnya, tidak sembarang orang yang bisa keluar masuk ke kediaman keluarga Hadi.

Nura mengangguk, walau ia pun ragu. "Mau bagaimana lagi, gue benar-benar khawatir sama Sahal." Ini sudah lima hari setelah kejadian hari itu. Sahal tidak masuk sekolah dan juga tidak membalas semua pesannya. Lelah berpikir banyak, Nura pikir tak ada jalan lain selain mendatangi Sahal ke rumahnya.

Panjang, Melodi menghela napas. "Ya udah, gue serlok lewat WhatsApp, ya?" putus Melodi.

"Ohya, Nur. Kalau lo berhasil menemui Sahal, tolong berikan ini!" Virga merogoh sesuatu dari salah satu saku ranselnya. Lantas menghadapkannya ke hadapan Nura. " Dia menjatuhkannya di rumah waktu itu."

Gelang tali pemberian Yara. Jimat milik Sahal.

"Gue harap Sahal baik-baik aja. Mama Risti juga katanya kangen banget sama dia."

Setelah menjadi pacar Melodi, Virga memang tampak berkali-kali lipat lebih tampan dan menawan. Namun, entah kenapa Nura tak lagi merasa tertarik dengan laki-laki itu. "Pokoknya, apa pun yang terjadi, gue pastiin ketemu Sahal hari ini."

"Semangat, Nura. Titip salam dari gue buat Sahal." Dukung Melodi.

Nura mengangguk semangat. Sampai kemudian Melodi dan Virga pergi meninggalkannya, Nura masih mematung di tempatnya. Rindu yang menggunung untuk Sahal, membuat Nura berkali-kali meyakinkan hatinya kalau apa yang akan ia lakukan ada sesuatu yang benar.

GERBANGNYA saja menjulang seperti hendak menyentuh langit. Nura pikir, Melodi salah mengirimkan lokasi. Namun, setelah mengambil potret rumah itu dan mengirimkannya kepada Melodi guna memastikan, dan Melodi bilang iya, Nura sungguh dibuat bungkam. Ia tidak percaya kalau tempat tinggal Sahal adalah sebuah istana, beratus-ratus tingkat mewahnya dari tempat tinggalnya yang butut.

MelodiSiBaikHati
| Jangan bilang lo temennya Sahal. Enggak bakal diizinkan masuk.

| Terus gue ngakunya apa? Baru berdiri di depan gerbangnya aja, jantung gue udah berasa berhenti ini.
| Read

MelodiSiBaikHati
| Jangan mundur! Udah nanggung sampai sana, lo harus masuk.

| Gue kayak pengemis banget diem di sini.
| Gue harus bilang apa sama satpamnya biar bisa masuk?
| Read

Melodi sedang mengetik. Nura mengetuk-ngetukan ujung sepatunya, gugup. Ia sedang berpikir keras, mencari alasan yang tepat agar bisa menembus gerbang tinggi mewah itu. Membayangkan situasi dramatis yang akan ia hadapi, membuat perut Nura sedikit melilit.

Ponsel Nura bergetar. Balasan pesan dari Melodi. Ia hendak membaca pesan itu saat sebuah suara klakson mobil mengagetkannya. Nura refleks menyeret tubuhnya ke sisi. Ingin ia menggerutu dan memaki si pengemudi yang dengan tanpa adab mengagetkannya, tetapi setelah dipikir lagi memang salahnya berdiri menghalangi jalan.

"Hai, ngapain di sini?"

Nura terkesiap saat si pengemudi menurunkan kaca mobilnya. "Do-dokter Anne?"

Anne tersenyum. "Mau ketemu Sahal?" tanyanya menebak.

Nura mengangguk semangat.

"Kamu yang waktu itu nolongin Oma?" Seseorang dari samping Anne melongok, menatap Nura dengan mata menyipit. Memastikan, sebab pandangannya tak terlalu jelas.

"Oma?!" Nura nyaris memekik. Ia merasa kalau hari ini adalah hari keberuntungannya saat Anne dan Titi memberinya kode untuk masuk ke dalam mobil.

"Kamu kenal cucu Oma? Apa jangan-jangan pacar yang kamu maksud itu cucunya Oma, bener?" Titi membalikkan badannya, menatap Nura yang kini duduk di jok belakang. Sementara itu, Anne kembali menjalankan mobilnya memasuki gerbang yang baru saja terbuka otomatis. Sepertinya satpam hanya perlu menekan remot kontrol untuk membuka gerbang itu.

Mendengar pertanyaan Titi, Nura tersenyum malu-malu. Ia melirik suasana di luar jendela mobil. Untuk sampai di pintu utama saja, mobil harus melewati halaman rumah yang luasnya berkali-kali lebih besar dari lapangan upacara di SMA Hansa.

"Ini sebuah kebetulan atau apa, ya? Oma seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Padahal, Oma sama Anne udah ada rencana mau nyari alamat rumah kamu besok buat kasih hadiah karena udah nolongin Oma." jelas Titi.

"Aku beneran enggak ngarepin hadiah apa-apa kok, Oma."

Titi tertawa ringan. "Kalau hadiahnya cucu Oma, masih enggak mau berharap?"

"Ah, Oma mah suka gitu." Mobil berhenti di depan pintu utama. Nura turut turun dan berjalan mengikuti Titi, sementara Anne kembali melajukan mobil untuk memarkirkan mobilnya di tempat khusus. Di setiap langkahnya, Nura merasa jantungnya berdegup kencang. Tepat ketika Titi membuka pintu dan tatap Nura kemudian disuguhi pemandangan di hadapannya ...

"ARYAN! APA YANG KAMU LAKUKAN?!"

... jantung Nura serasa dirabut paksa dari tempatnya.

....

. Bersambung
Bandung, 05 April 2021

...

Jangan lupa mampir ke akun Naesu13 dan ikuti cerita ini

Makasih ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top