PR

"Hi Nakama-san!"

"Eh, uh, maksudku, Hai?"

Setelah kejadian di musim panas, aku sering sekali berpapasan dengan Someya-san serta Matsui-san, salah satu dari mereka atau keduanya.

Kami memang berada di satu sekolah yang sama, kelas kami pun bersebelahan, namun seingatku, kami tidak pernah berpapasan sesering ini.

Atau ini petuah dari langit karena aku terlalu sibuk sendiri?

Mereka berdua lalu duduk di hadapanku, kedai Starbucks hari ini cukup ramai dan hanya sedikittempat kosong yang tersedia.

"Sedang apa Nakama-san?" tanya Someya-san basa basi. Berbeda dengan Matsui-san yang langsung memakan donatnya begitu ia duduk.

"Membuat tugas," jawabku singkat, tanpa mengalihkan pandanganku pada layar laptop.

Kopi dingin milikku sudah habis setengah, namun pekerjaan rumahku belum selesai setengahnya.

Someya-san lalu mengobrol dengan Matsui-san. Mereka berdua nampaknya tidak datang hanya untuk makan dan minum.

Matsui-san mengeluarkan sebuah buku gambar, dua penggaris, beberapa pensil dan penghapus.

Aku meliriknya, itu adalah gambar perspektif yang belum jadi. Mereka berdua membuatnya bersama, mereka bisa bekerja bersamaan tanpa banyak bicara.

Aku bisa melihat kemampuan menggambar Someya-san, aku jadi teringat dengan karyanya yang ada di ruang kesenian.

Aku kembali ke sana setelah bel pulang sekolah dibunyikan, namun tidak ada lagi cat yang berserakan ataupun kanvas.

Sepertinya Someya-san menyimpannya di suatu tempat.

Aku penasaran dengan lukisan itu, namun aku kembali mengingatkan diri untuk tidak berbicara dengan dua orang di depanku ini, karena mereka sedang fokus membuat pr mereka, pun aku, harusnya berkosentrasi juga dalam mengerjakan tugasku.

"Akhirnya!" Ucap Someya-san dengan keras.

Aku dan beberapa pengunjung lain sontak menoleh pada Someya-san.

Ia terkekeh pelan sambil mengatakan maaf tanpa bersuara, ia juga dijitak oleh Matsui-san.

"Dasar norak,"

"Ya maaf,"

Lima belas menit mereka habiskan untuk mengobrol, seperti biasa Someya-san yang mendominasi percakapan.

Beberapa kali ia juga tersedak dan Matsui-san akan memarahinya.

Mereka pergi setelah minuman mereka habis.

Hah... Seandainya tugasku cepat selesai seperti mereka.

Aku menghela napas lalu menutup laptop, sepertinya aku harus mengerjakan sisanya di rumah.

"Eh?"

Sebuah mini cotnettu lampone tersaji di depanku. Ada secarik kertas di sana.

Untuk Nakama-san, semangat ya!

Sepertinya mereka sadar kalau aku tidak memesan apa - apa selain es kopi. Mereka mungkin kasihan padaku karena tidak memakan apapun.

"Tulisan tangannya jelek," ucapku lalu mengigitnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top