Bab 37 "Penyergapan"

Malam di Desa Hutan Terlarang tidak pernah seramai ini sebelumnya. Ratusan orang yang sudah memakai baju zirah buatan kelompok elemen logam berjajar rapi di lapangan belakang rumah Kepala Desa. Pemandangan yang sama seperti pertama kali aku melatih mereka.

Tak terasa, kurang lebih dua tahun telah terlewati setelah keluar dari Ruang Dimensi Dewa Pengetahuan waktu itu. Aku sudah memegang kunci keberhasilan untuk meraih tujuan menemukan artefak Dewa Kegelapan. Pasukan tangguh dan setia pada Oryza Sky— aku.

Seorang penjaga kediaman Tuan Qui berjalan mendekat ke arahku yang sedang menatap para anggota Black Lotus Assassin. Ia membungkuk sambil menyampaikan pesan. "Para Tetua Desa sudah berkumpul, Tuan."

"Baik. Aku akan segera ke dalam."

Aku memasuki ruangan tempat biasanya diadakan pertemuan. Ruangan pertemuan yang memiliki enam bangku kecil dan satu bangku besar khusus sang kepala desa sudah ramai oleh para tetua dan petinggi dari Black Lotus Assassin. Hanya satu kursi yang tersisa, khusus untukku.

Tuan Qui membuka pertemuan. Ia berdiri, menghadap ke semua orang yang hadir di ruangan.

"Malam ini, kita semua sudah mengetahui bahwa artefak itu sudah ditemukan oleh tuan kita semua, Tuan Sky. Berkat penyelidikan beliau, artefak yang telah dijaga oleh Yang Mulia Dewa Pengetahuan itu sudah menemui titik terang.

"Pangeran Wei, Pangeran Kedua Kerajaan Quon, ia telah menyalahgunakan artefak itu untuk merebut posisi Putra Mahkota. Bukan untuk memenuhi tujuan mulia ajaran Yang Mulia Dewa."

Kasak-kusuk orang yang telah berkumpul di ruangan pertemuan saling menyampaikan pendapat. Berbagai ucapan terkejut keluar dari mulut mereka. Bagaimanapun juga, warga desa mengetahui sosok jendral yang terkenal cerdas dan tangguh itu. Orang yang digadang-gadang menjadi calon Putra Mahkota.

Pemimpin Desa ini kembali duduk di kursi khusus untuknya. Hong, ketua kelompok elemen api dari Black Lotus Assassin menggelar kain besar di atas meja lebar di tengah para tetua. Di kain lebar itu sudah tergambar wilayah kerajaan-kerajaan yang ada. Termasuk wilayah desa ini dan Hutan Terlarang yang digambarkan berwarna hijau.

Aku berdiri. Mengambil kayu penunjuk sepanjang satu meter. Kutunjuk wilayah hijau, Hutan Terlarang.

"Semuanya! Lokasi Wei sekarang berada di pedalaman hutan." Aku menggeser kayu ke tengah area berwarna hijau. "Ia dan pasukannya berencana untuk menggali lebih dalam situs artefak Dewa Kegelapan."

"Berapa banyak pasukan mereka, Tuan?" Tetua Luo yang menghadiri pertemuan ini bertanya. Ia segera meninggalkan Kedai Luo di Ibukota Quon setelah mendapat kabar bahwa pencuri artefak Dewa Kegelapan telah ditemukan.

"Lebih dari 200 prajurit." Aku sebenarnya tidak mengetahui jumlah pasti dari pasukan Wei. Namun, aku yakin jumlah mereka lebih dari 200 orang, dilihat dari jajaran rapat orang yang berkumpul saat mengawal sang Pangeran Kedua.

"Pasukan kita hanya 150 orang. Kita kalah jumlah." Tetua Ming menanggapi.

"Kita kalah jumlah, tetapi kultivasi pasukan kita sekarang sudah berada di tahap Berlian. Sedangkan Jendral mereka, Pangeran Wei, hanya berkultivasi Emas Tingkat 3."

"Yang harus kita perhatikan adalah strategi dari sang pangeran." Tuan Qui memilih janggut sedadanya. Dahi keriput sang kepala desa mengkerut. "Bukan orang sembarangan yang berani masuk ke pedalaman Hutan Terlarang."

"Kepala Desa benar." Tetua Luo menyahut. "Menurut kabar yang saya dapatkan, Pangeran Kedua menguasai jurus penyamar kultivasi. Bisa jadi tingkat kultivasi Pangeran Wei bukanlah Emas."

"Jika itu benar, seharusnya aku bisa melihat kultivasi miliknya yang sebenarnya." Tingkat kultivasiku adalah Bumi Tingkat 9. Tingkat kultivasi ini adalah yang tertinggi untuk saat ini. Raja Quon saja kalah olehku. Seharusnya aku bisa melihat tingkat kultivasi Wei karena kultivasiku lebih tinggi darinya.

"Sepertinya Pangeran Wei menggunakan artefak Dewa Kegelapan itu. Tidak mungkin kultivasi miliknya tidak bisa terlihat oleh Anda, Tuan." Tetua Luo menyampaikan pendapatnya.

"Kalau begitu, aku akan menggunakan kekuatan Danau Qi untuk mengalahkan dia."

"Seperti dugaanku, Anda selalu punya solusi di setiap masalah." Tetua Luo tersenyum.

***

Ini adalah kali pertama aku memimpin seluruh anggota Black Lotus Assassin ke medan perang. Biasanya hanya beberapa anggota saja yang menemaniku melewati kegelapan malam dan sunyinya hutan. Namun kali ini, untuk tujuan yang sudah dinantikan, aku mengerahkan kekuatan total pasukan khusus untuk mengalahkan sang pencuri artefak Dewa Kegelapan.

Tak ada sedikitpun suara yang tercipta akibat pergerakan besar pasukan. Kami semua menggunakan jurus penyamar aura dan peringan tubuh. Dengan jurus lanjutan peringan tubuh, qing gong, kami mampu berlari secepat kilat tanpa mengeluarkan suara.

Aku dan keenam ketua kelompok elemen berjalan bersama. Sesuai formasi yang telah diatur menjadi sepuluh lapis, kami berjalan di lapisan keempat. Di lapisan kedua, Ping membawa tiga bendera dengan warna berbeda sebagai kode kepada seluruh pasukan sesuai perintahku.

"Tuan, tidak ada monster yang menghadang jalan kita." Bing, ketua kelompok elemen daun berucap. "Ini aneh."

Aku menyadari hal ini. Hanya beberapa hewan buas saja yang menghalangi jalan. Hutan yang dijuluki penuh dengan monster ini bersih dari makhluk kuat.

"Mereka sudah dihabisi pasukan Pangeran Wei, Bing." Xing, ketua kelompok elemen logam membalas ucapan Bing. Xing benar, Wei pasti membersihkan jalan menuju ke pedalaman. Ini semakin membuktikan bahwa Wei memang sangat kuat.

"Kita harus berhati-hati." Aku memperingatkan enam ketua kelompok elemen yang berjalan berdampingan bersamaku. "Kelompok daun dan logam bergerak lebih dulu."

"Baik, Ketua!" Bing dan Xing memisahkan diri dari jajaran ketua kelompok elemen. Mereka membawa kelompok masing-masing sesuai dengan perintahku.

Alasanku menggerakkan dua kelompok elemen spesial itu karena kekuatan mereka tidak menimbulkan suara juga. Elemen daun dan logam bisa dikeluarkan tanpa suara. Dengan teknik penyerangan ke area vital, serangan kelompok itu tidak akan membuat korban berteriak untuk meminta bantuan. Biarlah empat elemen dasar menjadi kelompok penyerangan lanjutan.

"Tuan, pasukan Pangeran Wei ada di depan kita." Anggota yang berjalan paling depan melapor padaku.

Aku mengangguk pada Ping, pengawalku, sebagai kode. Pengawalku itu mengibarkan bendera merah, kode untuk berhenti. Semua pasukan menahan langkah, menunggu perintah lanjutan dariku.

"Tunggu kabar dari kelompok logam dan daun." Aku memerintahkan pada anggota yang melapor.

"Baik, Tuan." Sang pelapor kembali ke tempatnya.

Tak lama kemudian, ketua kelompok elemen daun dan logam kembali dari tugas pengintaian.

"Tuan, prajurit yang berjaga di luar area kemah mereka sudah kami habisi. Kita tinggal menggempur mereka." Bing dan Xing berlutut ke arahku.

"Apa yang sedang Wei lakukan?" tanyaku.

"Pangeran Wei dan pasukannya sedang beristirahat, Tuan." Sang ketua kelompok elemen daun— Bing— menjawab.

"Kita serang mereka secara bersamaan. Buat mereka tak bisa melawan serangan cepat kita." Aku memberikan perintah.

"Baik, Tuan!"

"Para ketua kelompok elemen, ikuti aba-aba dariku."

"Baik, Tuan." Keenam ketua kelompok elemen menyahut ucapanku.

Seluruh pasukanku bergerak lebih lambat. Menghindari pengawasan yang mungkin dilakukan oleh pasukan Wei. Perlahan tapi pasti, kami sudah berada di hadapan ratusan prajurit Wei tanpa terdeteksi oleh prajurit yang berjaga. Aku dan para ketua kelompok elemen berjalan ke lapisan terdepan, menunggu sesaat sebelum melakukan serangan.

"Wei sepertinya berada di dalam tenda." Tidak ada tanda-tanda keberadaan sang Pangeran Kedua Quon itu di area seluas lapangan bola yang ditebang oleh prajurit Wei. Puluhan prajurit berjaga di luar. Beberapa tenda didirikan. Mungkin untuk tempat istirahat sang jendral sombong itu.

"Kita serang sekarang, Tuan?" Xing, ketua elemen logam bertanya.

"Lakukan secepat mungkin."

Tangan kanan Xing terangkat. Tanda untuk para pasukan agar segera menyerang. Semua anggota Black Lotus Assassin langsung menyerbu habis-habisan tempat singgah orang yang telah mencuri artefak yang dijaga oleh Dewa Pengetahuan. Para prajurit yang berjaga tak mampu membendung serangan mendadak yang dilancarkan kami. Namun mereka mendapat bantuan dari prajurit yang keluar dari tenda yang didirikan.

"Ada serangan! Ada serangan!" Teriakan itu bergema di heningnya hutan yang dikenal penuh monster ini. Api membakar hampir semua tenda pasukan. Angin kencang menerbangkan para prajurit hingga tewas terbentur pohon besar. Ratusan helai daun dan bilah logam tajam tertancap di dada pasukan Wei yang kocar-kacir berlari tak tentu arah.

Di tengah huru-hara yang tercipta, seorang pria kekar keluar dari tenda paling besar yang masih utuh. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran karena pasukannya sudah hampir kalah. Ia malah tersenyum.

"Akhirnya kau datang juga, Iza."

Aku yang sedang bertarung dengan seorang prajurit langsung berlari ke arah sang jendral pasukan. Di tanganku sudah ada pedang dari logam terkuat yang kubuat sendiri. Aku menebas kepala Wei, tetapi terhalang pedang penuh ukiran indah milik sang Pangeran Kedua.

Aku mundur. Mendarat dengan kedua kaki di tanah yang sudah hangus akibat terbakar.

"Aku tidak terkejut kau akan melakukan ini." Masih dengan senyuman, Wei berucap.

"Maafkan saya, Pangeran. Saya hendak mengambil apa yang bukan milik Anda." Aku membalas perkataan Wei.

"Aku mengetahui siapa kau sebenarnya." Wei tergelak. Tertawa di tengah kekacauan yang pasukanku perbuat.

Apa? Bagaimana bisa?

"Kau adalah Oryza Sky, ketua dari Black Lotus Assassin. Murid dari Dewa Pengetahuan."

_________________________________

Jangan lupa vote dan comment yaa!

Bogor, Jumat 10 Februari 2023

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top