Jurig 3

Halo, sebelumnya terima kasih untuk para pengirim cerpen bulan ini. Antusias kalian luar biasa sekali. Saya juga mau minta maaf jika review-nya kurang krenyes. Saya harap review dari saya dapat melengkapi review dari dua jurig lainnya. Hmm, berhubung saya bingung harus basa-basi apa lagi. Jadi, mari kita langsung saja ke review-nya.

Kisah Para Aplikasi Ponsel: ∞

Sungguh mantap sekali perjuangan aplikasi yang disiksa pemiliknya ini. Saya sampai memberi nilai unlimited karena sangat relate. Mulai sekarang saya tidak akan lagi menyiksa YouTube, tapi akan menyiksa aplikasi games.

Antara Dua Hati: 80

Saat pertama kali nama tokoh-tokohnya muncul, saya tidak bisa menebak benda apa yang dimaksud. Yaa, tapi beberapa petunjuk yang disebar penulis berhasil bikin saya menebak dan jeng jeng! Ternyata saya bener. Mari kesampingkan dulu drama cinta segitiga---ah maksud saya drama para benda mati mencari perhatian ini. Sekarang saya akan sedikit mengulas tentang teknik kepenulisannya.

Selama membaca cerita ini satu hal yang terlintas di pikiran saya. Teknik Tell porsinya lebih banyak ketimbang Show. Ekhem, ini hanya preferensi pribadi, tetapi saya agak kurang nyaman bacanya. Poin plusnya adalah dialog-dialog yang disungguhkan cukup membantu saya membayangkan adegan cerpennya. Lalu, saya menemukan ada satu paragraf yang menggunakan koma banyak-banyak. Setelah saya perhatikan, sebetulnya ada yang bisa diakhiri sebagai kalimat alias menggunakan titik. Kemudian masih ada pengulangan kata, berikut saya ambil cuplikannya:

"Kemudian sedetik kemudian dia menangis."

Padahal, satu kata "kemudian" saja yang perlu dipakai. Entah sepertinya penulisnya typo atau lupa. Saya juga menemukan kalimat rancu, berikut saya ambil dari cerpennya:

"Aku kemudian memasukkan mengelap motorku dengan kanebo."

Jadi, Hugo ini masukin motor atau mengelap motor? Atau dua-duanya dilakukan secara bersamaan?

Secara keseluruhan ide untuk cerpen ini menarik, tetapi masih perlu adanya perbaikan dalam hal teknik kepenulisan.

Balas Dendam Tanah: 90

Di sinilah cerpen dengan pesan tersirat bisa ditemukan. Tentang Alam dan isinya yang mengeluarkan unek-unek mereka terhadap makhluk yang hidup di atas Tanah. Ide yang ditulis oleh penulis ini benar-benar mengingatkan kita akan alam yang sudah kita rusak, lalu setelah bencana datang siapa yang disalahkan? Terima kasih sudah membuat cerpen dengan ide yang luar biasa ini.

Ah iya, soal teknik kepenulisan saya tidak akan berkomentar, sebab sudah cukup baik. Yah, meski saya menemukan typo, tapi tidak terlalu menganggu. Lalu, saya suka penulis berhasil membuat saya terhanyut saat membacanya.

Kau Yang (Tak) Sempurna: 90

Saya kira tidak akan menemukan cerpen bertema romansa antara para benda mati, rupanya saya keliru. Di cerpen ini bener-bener kisah cinta bertepuk sebelah sepatu. Sungguh kisah yang menarik untuk diikuti, tetapi sayang seribu sayang akhirnya ... sudahlah. Tbh, saya takut emosi ehehehe.

Sama seperti cerpen sebelumnya, teknik kepenulisan di sini sudah cukup baik. Saya juga suka penggambaran adegan tiap adegan oleh penulis, benar-benar membuat saya nyaman saat membacanya. Kebetulan sekali saya juga suka cerita romansa seperti ini, ditambah lagi diselipin humor yang bikin saya senyum-senyum sendiri.

Ubah ke Mode Manusia?: 85

Sebetulnya saya kaget saat melihat peringatan di awal cerpen ini. Untung saja saat membaca ini, saya sedang periode bulanan. Jadi, yaa untungnya tidak baca ini saat puasa. Oke, mari kesampingkan itu. Cerita ini kalau saya boleh jujur ... halunya luar biasa ehehe. Tapi bagus juga dengan menjadikan ponsel sebagai tokohnya, sebab ponsel adalah barang yang selalu dekat dengan kita. Saya juga jadi membayangkan kalau ponsel saya jadi manusia. Kira-kira jadi cewek apa cowok, ya? Maunya, sih, cowok ikemen.

Baiklah, untuk teknik kepenulisannya sudah cukup baik, jadi tidak perlu dikomentari lagi. Teknik Show juga digunakan di sini dan porsi dialognya lumayan, ya. Kalau dari gaya tulisannya, saya sudah menebak ini punya siapa. Dari awal udah saya tebak, sih, ehehehe.

Uang Bercerita: 90

Kisah tentang uang yang ternyata menyelipkan sesuatu yang sedang panas akhir bulan lalu. Saya pribadi suka cerita ini karena bener-bener terjadi di realita. Selama saya baca ini, saya terhibur dengan humornya yang ada bau-bau ... ekhem begitulah. Tidak banyak yang bisa saya komentari, sebab sudah cukup baik.

Plejas dan Tujuh Bintang Jatuh: 89

Sejak awal saya membaca cerpen ini, saya sama sekali enggak bisa menebak tokoh yang dimaksud ini apa. Tapi, saya sudah curiga pada beberapa petunjuk yang mengarah ke luar angkasa dan isinya. Jujur, dari semua cerpen di tema bulan sekarang, cerpen ini yang bikin saya mikir keras. Alhasil, saya pun memutuskan untuk manggil Google.

Saya apresiasi bagi siapa pun penulis cerpen ini, soalnya hebat bisa kepikiran untuk menuangkan idenya dan mengeksekusinya dengan baik. Saya akui, tiap membaca kalimat demi kalimat, cerpen ini rasanya seperti cerita fantasi dan berhasil membuat saya hanyut di dalamnya. Lalu, sepertinya ide cerpen ini akan semakin menarik jika dijadikan novel. Ada beberapa bagian yang membuat saya ingin dijelaskan lebih detail seperti kisah Infinitas ini memiliki fisik dan segala macamnya, termasuk mencari hal-hal baru dari Tujuh Bintang.

Untuk teknik kepenulisannya sendiri tidak ada masalah. Tapi ada kata yang tidak miring, sepertinya karena garis bawah dua biji yang menghimpit kata tersebut entah tidak aktif atau terbaca. Karena dua garis bawah itu terlihat.

Ekstraterestrial: 90

Saya curiga penulis cerpen ini dan Plejas adalah orang yang sama. Ide ceritanya serupa, meski tidak sama. Lalu, gaya tulisannya juga kalau saya raba-raba ini mirip seperti cerpen sebelumnya. Well, saya tidak akan banyak berkomentar karena jujur saya suka cerpennya. Teknik kepenulisannya juga sudah cukup baik, jadi tidak perlu ada yang dikomentari. Oh iya, sama seperti sebelumnya, saya rasa ini akan bagus kalau dijadikan novel. Namun, tentu saja itu diserahkan kembali ke penulisnya.

Oh iya, saya lupa. Ide bintang dan seisi alam semesta ini benar-benar di luar perkiraan saya. Idenya juga unik. Good job!

Istirahat sebentar. Soalnya saya baru sadar, saya pusing ehehe. Tapi lanjut lagi, ya, gaes~

Si Bisu dan Batok Kelapa: 88

Secara isi cerita, ini cukup bikin sedih, ya. Selain itu, ceritanya benar-benar bikin saya hanyut sampai tidak sadar udah tamat. Namun, ada satu hal yang bikin saya bertanya-tanya, ini tokohnya apa? Saya sama sekali enggak menangkap gambaran tentang benda apa yang jadi tokoh utamanya. Tapi kalau diambil dari judul sepertinya batok kelapa. Tapi ... yang saya pikirkan ini batok kelapanya kaya ... maaf, kalau tersinggung, kaya jalangkung. Teknik kepenulisan saya rasa sudah cukup baik. Lalu, saya suka gaya tulisannya juga yang menggunakan teknik Show ketimbang Tell.

Habiskan Antibiotikmu: 90

Ah, cerpen ini mengingatkan saya pada anime Cells at Work. Para sel darah merah, putih, dan berbagai macam lainnya di dalam tubuh. Tentang kehidupan mereka yang damai sebelum diserang oleh musuh. Cerpen ini benar-benar membangkitkan kenangan lama saat saya menonton anime itu. Lalu, adanya pesan penting yang disisipkan dalam cerita, membuat cerpen ini cocok sekali kurekomendasikan untuk yang sedang belajar tentang darah dan akibat tidak menghabiskan antibiotik. Benar-benar keren.

Untuk teknik kepenulisan, saya rasa sudah cukup baik. Tapi ada typo. Tidak banyak, sih, tapi tenang saja tidak menganggu, kok.

Baiklah, saya rasa sekian review-nya dari saya. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

//Dikabarkan jika Jurig satu ini kembali berkelana antar galaksi demi mencari Paragon berambut biru tua nyaris hitam yang masuk ke void//

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top