23#TheSecondLife

"Permisi, tuan!"

"Ya?"

Ali mengangkat wajahnya. Seorang office girl berdiri didepan pintu yang baru saja dibuka lengkap dengan alat bertugasnya. Pel dan ember. Didadanya ada name tag tertulis "Daneily".

"Maaf, saya mau membersihkan ruangan tuan!" Ucap office girl itu tersenyum manis. Ali dengan ragu membalas senyumnya.

"Kenapa baru saja?" Tanya Ali penuh tanya setelah ia melirik jam yang ada didinding diatas pintu.

"Sengaja, tuan!"

"Apa?"

"Maaf, maksud saya..."

"Bukankah seharusnya yang paling pertama dibersihkan adalah ruangan saya sebelum saya datang, kalau beginikan akhirnya saya jadi nonton kamu kerja!" Komplin Ali.

"Maaf tuan, tadi pak Darel memberi saya tugas dari bu Arini sebelum saya kesini, saya sampai keliling-keliling dari satu ruangan keruangan lainnya gara-gara dia nyuruh saya nyari antingnya yang tercecer, dia datang lebih pagi hanya untuk itu, tuan!" Adu Daneily.

"Lancang ya, bu Arini!" Ali ingin meraih gagang telpon diatas meja kerjanya.

"Tuan mau apa?"

Ali menahan tangannya diatas gagang telpon.

"Saya mau meminta pertanggung jawaban pak Darel, kapan ada office girl punya job mencarikan anting orang hilang? Office girl bersih-bersih, bikin minum sudah cukup!"

Pak Darel adalah kepala bagian umum yang menangani office boy dan office girl di Lionard Corp, sedangkan Bu Arini adalah staf bagian keuangan dikantor tersebut.

"Tuan, apa tuan mau cari masalah lagi buat saya? Kemarin gara-gara saya disuruh beresin toilet padahal harusnya tugas Joni, tuan marah-marah juga sama pak Darel, saya ini office girl baru tuan, masuknya juga dipaksa padahal tidak ada lowongan karna office boy cukup, jadi mereka semua iri sama saya karna saya diistimewakan, tuan!" Ungkap si office girl memelas.

Ali menghempas napasnya. Benar juga. Seharusnya ia tidak menunjukkan perhatian yang lebih atau berbeda dengan yang lain karna sudah membuat pegawai lain jadi sinis terhadap office girl tersebut.

"Mentang-mentang cantik, tuan Li jadi ribut terus kalau dia diganggu!"

Daneily sempat mendengar gerutuan Joni dan pegawai lain yang sedang bisik-bisik membicarakannya.

Ali memang tidak bisa menutupi kalau ia memiliki perhatian pada office girl baru itu. Baru sebulan sudah banyak yang ia peringatkan karnanya.

"Ya sudah, tidak jadi!"

Ali mengusap rambutnya. Menarik napas menahan emosi jiwa. Ia mengangkat wajah dan menemukan senyum manis yang membuat perasaannya adem. Sejak kehadiran Daneily ia sangat betah berada dikantor. Apalagi ketika ia memintanya membawakan kopi kedalam ruangannya. Padahal didalam ruangannya sudah ada dispenser dan tersedia kopi instan tapi tetap saja ia akan menghubungi pantry dan meminta Daneily membuatkan kopi. Kopi buatannya bagi Ali membuat candu, disertai senyum dan lirikan lensa yang menariknya untuk mengedipkan lentiknya.

"Maaf saya bersihkan dulu meja,  tuan!" Wanita itu mendekat sambil mengangkat berkas dengan sebelah tangan dan tangan lainnya menyapu meja dengan benda ditangannya. Ali menatap gerakannya tak berkedip.

Ia menarik tangan gadis itu saat berada diujung mejanya. Daneily melebarkan mata. Apalagi saat bibir Ali menyentuh punggung tangannya.

"Jangan begitu, tuan, saya belum menyelesaikan pekerjaan saya!" Daneily menarik tangannya.

"Sungguh kamu tidak apa-apa?" Tanya Ali menatapnya. Ia tak bisa membayangkan kalau gadis itu keruangan satu dan lainnya hanya untuk mencari anting-anting.

Daneily menghempas napasnya. Tangannya masih memegang kain kanebo, lalu Ali menarik dan membuang kain lap itu kelantai. Daneily menjatuhkan tubuhnya kepangkuan Ali.

"Aku capek, pegel juga!" Keluh gadis itu sambil memeluk bahu Ali yang memeluk pinggangnya.

"Tuhkan!" Ali menyentil ujung runcingnya yang mengerucut.

"Tapi mau gimana? Office girl-kan, apa kata kepala bagian dan seniornya saja!" Ucapnya lagi.

"Apalagi dia tidak tahu kalau office girl cantik ini tunanganku!"

Ali menyisih rambut yang jatuh kepelipis Daneily eh Prilly. Ya, Prilly terpaksa menyusup sebagai office girl di Lionard Corp. Bukan tanpa alasan kalau Prilly memilih dirinya sendiri untuk menyusup kesana.

Tiga bulan setelah enam bulan merugi, Lionard Corp tetap merugi, meski Ali sudah berusaha untuk merubah strategi bisnisnya. Strateginya selalu bocor. Program-program yang ia buat selalu didahului perusahaan lain. Padahal ia hanya membukanya kepada Prilly dan managemen perusahaan. Kecurigaan mereka kepada Manager Operational bernama Arka, kepala bagian yang membawahi beberapa staff. Ali selalu berdiskusi dengannya mengenai strategi perusahaan. Jadi kalau ada kebocoran, harusnya hanya dia yang berpotensi untuk membagi strategi perusahaannya kepada perusahaan lain.

"Tapi kalau hanya praduga tak bersalah, aku juga menjadi salah satunya, karna kamu bilang, kamu hanya mendiskusikannya dengan Arka dan aku!" Ucap Prilly waktu itu saat mereka berdiskusi kembali.

"Tapi aku percaya padamu tunanganku, untuk apa kau mengacaukan perusahaanku? Kalau aku rugi, kau tentu juga akan rugi!"

"Bisa saja karna aku tak ingin perusahaanku bersaing denganmu! Bisa saja aku ingin terlihat lebih berhasil dari pada kamu mengelola perusahaan, tapi sungguh tak ada pikiran seperti itu, bagaimanapun aku akan bangga jika kau sukses!" Jelas Prilly.

"Aku akan mencari siapa pengkhianat dibalik kesulitanku saat ini!"

Saat itu gawai Prilly berbunyi. Jasmine memanggilnya.

"Kamu dimana?"

"Kenapa Jes?"

"Kamu tidak bertemu mitra hari ini? Bukankah kamu bilang tadi kamu mau makan siang dengan relasi di Restoran Hype?"

"Mitraku berubah pikiran, Jes, jadi kami pindah tempat!"

"Oh pantes!"

"Kenapa memangnya?"

"Tidak, hanya agar kalau om mencarimu aku bisa mengatakannya, aku bisa bertitip pesan denga Laura karna sekarang aku sedang makan siang dengan Sandro!"

Prilly mengeryit, ia merasa ada yang aneh. Tapi memang alasan Jasmine tepat. Karena apapun yang ia kerjakan, setiap harinya asistennya itu mengetahui, bahkan karna saking dekatnya, apapun yang terjadi antara dirinya dan Ali ia akan ceritakan. Tapi kalau Jasmine menitipkan pesan keresepsionis artinya resepsionispun mengetahui dia berada dimana. Ia-pun saat itu tidak bercerita bahwa ia bertemu dengan Ali. Kegagalan-kegagalan Ali karna rahasia perusahaannya bocor membuatnya tidak ingin memperparah kalau ingin Ali tetap mempercayainya untuk berkonsultasi.

"Sepertinya kita harus merahasiakan aktivitas kita beberapa waktu, aku tidak mau berprasangka kepada banyak orang terutama padamu, tunanganku!" Ucap Ali sebelum mereka bertemu saat itu.

"Baiklah, kalau begitu aku akan membantumu, aku akan masuk keperusahaanmu sebagai pegawai!" Ucap Prilly kembali pada situasi saat mereka bertemu.

"Kenapa harus kamu? Jasmine saja atau yang lain!"

"Tidak, akan banyak orang yang mengetahui, aku saja!"

"Tapi kamu mau menyusup dibagian apa? Tentu bukan yang rumit-rumit, paling tidak hanya office girl, aku tidak tega melihatmu kalau kamu yang harus masuk sebagai office girl!"

"Tidak apa-apa, office girl justru akan membuat aku makin belajar  lebih menghargai dan tidak menyia-nyiakan diriku sebagai CEO!"

Dan merekapun sepakat untuk merahasiakan misi mereka kali ini kepada siapapun tidak terkecuali Jasmine. Sudah sebulan ini Jasmine uring-uringan karna dikantor tidak ada yang diurus, ia hanya mengawasi pegawai saja. Sementara Prilly hanya mengatakan ia akan keluar kota selama sebulan. Padahal ia menyewa kos-kosan sederhana didekat perusahaan.

Maka, rutinitas paginya seperti hari ini. Membersihkan ruangan. Seharusnya ruangan Ali ia bersihkan lebih pagi sebelum pria itu datang. Aturannya memang begitu sama saja dengan kantornya. Ia akan merasa nyaman memasuki ruangan kalau sudah bersih. Pertemuannya dengan Ali akan terjadi diatas jam 10 pagi, Ali akan memintanya membuatkan kopi. Harus dia yang melakukannya. Pernah suatu kali Pak Darel meminta Joni yang membuat kopi dan mengantarkannya pada Ali sebab ia memberi tugas lain pada Prilly, membersihkan meja staff lain yang ketumpahan minuman.

"Lain kali dengarkan saya Pak Darel, yang membuat dan mengantarkan harus Daneily, dia jangan disuruh kemana-mana jam 10pagi, khusus membuatpan saya kopi!" Komplin Ali waktu itu yang langsung datang ke pantry.

"Kopi buatanmu dikasih apa sih Dane, sampai dia kaya kerasukan meminumnya?"

Selepas kepergian Ali, Darel bertanya dengan nada yang terheran-heran. Si Dingin tumben sekali menyukai kopi buatan seseorang. Biasanya juga ia tidak mengharapkan office boy untuk membuatkan. Karna didalam ruangannya terdapat dispenser dimana ia bisa menyeduhnya sendiri jika ia mau.

"Tidak dikasih apa-apa, Pak Darel, dianya saja mungkin yang kurang dikasih kopi dirumah!" Ucap Prilly sekenanya.

"Naksir sama kamu barangkali, kaya sinetron, CEO muda jatuh cinta sama pegawai Office Girl!"

Prilly tertawa mendengar ucap pak Darel.

"Bukan level pak, saya tahu diri kok!" Sahut Prilly lagi.

"Kalau sudah takdir kenapa tidak?" Ucap Pak Darel mengingatkan.

"Memangnya takdir tidak bisa diubah ya, pak?"

"Takdir itu pasti, tapi reaksi adalah pilihan, seperti dalam hal jodoh, pernikahan itu takdir, dan perceraian adalah pilihan, pertemuan adalah sebuah takdir namun kebersamaan adalah sebuah pilihan, jadi meskipun kita tidak berkuasa atas takdir tapi kita mempunyai pilihan!" Jelas Pak Darel panjang lebar.

"Ohhh!" Prilly mengangguk-angguk.

Ternyata jadi office girl justru membuatnya dapat ilmu. Seperti kata Pak Darel pertemuan itu takdir, tapi kebersamaan adalah pilihan. Seperti pertemuannya dengan Ali, lalu kebersamaan adalah pilihan mereka. Seperti juga memilih berperan sendiri menyusup menjadi Office Girl adalah pilihannya, dan bertemu dengan pak Darel yang memberi pencerahan sudah takdirnya.

Itulah sebabnya takdirnya dengan Ali bertemu tetap ada, namun bersama adalah pilihan. Jadi harusnya kalau bertemu Amora adalah takdir, kebersamaannya dengan Ali adalah pilihan. Pertemuan dalam keadaan berbeda, menyebabkan pilihannya juga berbeda. Artinya setiap usaha takkan mengkhianati hasilnya.

"Bapak lulusan pesantren ya?"

"Pesantren kilat!"

"Berarti saya dapat kilatnya, pak!"

"Kaya kesamber petir ya?"

Mereka tertawa saat itu.

"Ih senyum-senyumm!"

Prilly tersentak karna keningnya disentil dan pikirannya kembali pada keruangan CEO yang sedang memangkunya kini.

"Jadi office girl enak juga, kalau cape bisa minta pangku sama CEO-nya!" Tatap Prilly pada Ali yang sama menatapnya.

"Office girl special, kalau bukan kamu office girlnya, tidak akan dimanja begini!" Ibu jari Ali menggesek sudut bibirnya.

"Awas saja kalau sampai!" Prilly balas menyentuh sudut bibir Ali.

"Tidak akan!"

Jarak wajah mereka sudah hampir tidak ada ditandai dengan deru napas yang menderu hangat menerpa wajah masing-masing.

Tutttt!
Telpon didepan Ali berbunyi tanda ada panggilan. Ali melihat line 9 menyala. Calvin, asisten yang membantu jadwalnya.

"Tunggu bu, jangan masuk dulu, saya hubungi tuan Li dulu!"

Suara keributan meski samar yang terdengar didepan pintu membuat Prilly refleks berdiri dari pangkuan Ali segera, lalu saat terlihat gagang pintu bergerak dan terdengar pintu terbuka ia segera menunduk kebawah meja tepat dikaki Ali dengan dada yang berdegup. Sebenarnya tidak apa jika ada yang melihat office girl didalam ruangan CEO kalau ia sedang mengerjakan sesuatu, namun karna posisinya tidak lazim dan ia repleks, yang ada dipikirannya adalah bersembunyi.

"Selamat pagi tuan, susah sekali minta bertemu, terpaksa saya menerobos!"

Prilly mengeryit mendongak menatap Ali seolah bertanya, 'Siapa yang nekat menerobos, sepertinya aku familiar dengan suara itu?'

Telapak tangan Ali mengusap kepalanya. Seakan meminta ia tenang.

"Kenapa begitu memaksa ingin bertemu? Ada kepentingan apa, bu Amora? Bukankah semua sudah jelas, saya sudah menolak bekerjasama dengan anda?!"

Oh Amara. Prilly menutup mulutnya. Dia lagi?

"Membuang kesempatan project yang saya tawarkan, padahal sangat membutuhkan, saya sudah menjanjikan project ini akan membantu kesulitan keuangan perusahaan tuan, dari pada tuan merasa berhutang budi dan dengan terpaksa bertunangan dengan si bar-bar itu, bukankah lebih baik usaha sendiri, tuan?" Suara itu terdengar begitu tegas penuh geram.

Prilly melebarkan matanya. Bukan dikatakan berhutang budi atau terpaksa bertunangan yang membuatnya terkejut. Tapi darimana Amora tahu kalau perusahaannya mensupport perusahaan Ali dan siapa yang membocorkan pertunangan mereka?

#####

Banjarmasin, 01 Januari 2023
11.52Wita

Welcome 2023,
Happy New Year!
Sudah ganti tahun, panjang benar ya cerita ini tahun berganti belum selesai 😆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top