ENAM

Katanya, waktu yang tepat untuk menilai kesetiaan seseorang kepada kita adalah saat kita menghadapi situasi sulit. Seseorang yang setia akan tetap bersama kita mengarungi badai. Sedangkan yang tidak, akan meninggalkan kita. Halmar sudah membuktikan kebenarannya. Satu orang tereliminasi dengan sendirinya ketika Halmar pulang ke Indonesia untuk menemani ibunya pada hari-hari terakhir hidup ibunya. Adrielle tidak bisa, atau tidak mau, bersabar menjalani hubungan jarak jauh untuk sementara. Setiap hari Adrielle selalu punya alasan untuk menyalahkan Halmar atas komunikasi mereka yang tidak lancar.

Perbedaan waktu sudah membuat semuanya menjadi sulit. Ditambah Halmar lebih banyak menghabiskan waktu di sisi ibunya. Atau menghibur ayahnya. Saat Halmar dan Adrielle terhubung melalui video atau voice call, Halmar tidak ingin membicarakan apa pun kecuali tentang ibunya, kesedihannya melihat ibunya menderita dan bayangan mengenai betapa sulitnya menjalani hidup tanpa ibu kelak. Hanya sebulan setelah terpisah jarak, Adrielle mengakhiri hubungan. Bulan berikutnya, Adrielle sudah menemukan pengganti Halmar.

Tidak ada satu pun anggota keluarga Halmar yang pernah bertemu Adrielle. Setiap orangtua Halmar berkunjung ke Swedia, Adrielle selalu punya acara penting—royal duty—yang harus dihadiri. Jika Halmar mengajak Adrielle ke Indonesia, Adrielle menolak dengan alasan harus datang ke lab—setiap hari—untuk memantau penelitiannya.

"Tidak perlu disesali. Kamu beruntung tidak menikah dengannya, Halmar. Karena hidup tidak selamanya mudah. Tidak selalu tentang tertawa bersama. Ada waktu anak kalian terlibat masalah, orangtua sakit, salah satu dari kalian kehilangan pekerjaan dan lain-lain.

"Kamu memerlukan wanita kuat, yang tetap bersamamu sesulit apa pun keadaannya. Kamu memerlukan pelukannya pada hari terburukmu. Kamu memerlukan senyumnya untuk meyakinkanmu bahwa kalian mampu menghadapi semua cobaan."

Sambil mengingat nasihat ayahnya, Halmar memperlambat larinya. Rumah masa kecilnya sudah terlihat. Setiap pagi, Halmar rutin berlari. Selain untuk membuat tubuhnya bergerak, Halmar juga memanfaatkan waktu di awal hari untuk berpikir. Merefleksi hidupnya selama ini. Seberapa baik dia menjalaninya. Apakah Renae bersedia dimasukkan ke rencana masa depannya? Apa yang harus dilakukan Halmar untuk membuat Renae mau? Benar. Belakangan Renae menyita seluruh ruang di kepala dan hati Halmar.

Sampai di teras, Halmar membuka kaus. Rumah orangtuanya terasa berbeda tanpa kehadiran seorang ibu. Sangat berbeda. Lebih kosong. Di halaman depan, bunga-bunga kesayangan ibunya sedang bermekaran, tapi ibunya tidak ada di sini untuk menikmatinya. Hari seperti ini adalah favorit ibunya. Pagi sehabis hujan semalaman. Sisa-sisa hujan menetes dari ujung daun dan ranting. Matahari mengintip sedikit di balik awan tipis. Tidak terlalu dingin atau panas untuk berkebun.

"Setelah kemarau panjang, setiap tetes air adalah rahmat. Bisa saja Tuhan tidak ingin menurunkan hujan karena ingin menghukum kita. Manusia yang terlalu serakah, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, sampai merusak alam. Tapi hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan terus memuji Tuhan, memohon agar diberikan hujan, atau mereka akan mati kekeringan. Tuhan menurunkan hujan untuk mereka dan kita manusia yang tak pandai bersyukur ini ikut menikmatinya." Suatu ketika ibunya pernah berkata demikian.

Setelah ibunya meninggal, Halmar seperti dipaksa mengenakan kacamata hitam dan tidak bisa melepaskan kacamata tersebut sampai mati. Segala sesuatu tidak lagi berwarna cerah dan tajam. Hari-hari yang dijalani tidak pernah sama lagi. Akan selalu ada lubang besar di dalam hidup Halmar yang tidak akan bisa diisi oleh siapa pun. Tidak istri, tidak pula anak. Tempat itu selamanya akan menjadi milik ibu.

Halmar berjalan menuju dapur. Di sana, dulu, setiap pagi kedua orangtua Halmar duduk mengobrol sambil menikmati kopi dan pisang rebus. Suara tawa ibunya memenuhi seluruh ruangan, membuat siapa pun yang menyaksikan percaya bahwa cinta sejati abadi selama-lamanya benar-benar ada.

"Halmar, Sabtu malam kosongkan jadwalmu. Alesha ingin kita makan bersama di rumahnya," kata ayahnya saat Halmar mengambil gelas di dapur.

"Baiklah, Pa. Aku juga kangen sama Alesha dan Kaisla." Kakak Halmar, Elmar, memiliki satu anak dari pernikahan pertamanya. Kaisla, kesayangan mereka semua. Setelah istrinya meninggal, Elmar menikah dengan Alesha.

"Kata Alesha, kalau kamu punya teman dekat, kamu boleh mengajaknya."

Air hampir menyembur keluar dari mulut Halmar. "Kalau Papa mau tahu apa aku sudah punya pacar lagi atau belum, bukan seperti itu caranya. Lagi pula, aku sudah dewasa, aku nggak perlu melapor kepada Papa, atau kakakku, apa aku punya pacar atau nggak."

"Kamu tidak perlu lapor. Tapi kami ingin tahu. Alesha bilang dia mengenalkan temannya padamu." Ayahnya menyeruput kopinya dengan tenang. "Teman-teman Alesha ... banyak yang datang saat ibumu meninggal. Beberapa sempat menemui Papa. Papa rasa mereka semua wanita yang baik. Mandiri. Wanita yang akan disukai ibumu, kalau kamu memilihnya."

Sayangnya Renae belum mau dipilih. "Alesha mengenalkanku pada Renae. Renae ... teman yang baik. Banyak membantuku selama Mama sakit dan setelah ... Mama pergi."

Pada masa terberat dalam hidup Halmar, tidak ada teman yang lebih tepat untuk Halmar kecuali Renae. Sampai kapan pun Halmar akan mensyukuri perkenalannya dengan Renae dan kebaikan hati kakak iparnya, yang mengenalkan Halmar pada Renae. Alesha menjelaskan bahwa Renae dulunya menikah dengan Jeff, sepupu Alesha dari pihak ibu, tapi pernikahan mereka berakhir. Meski begitu, Renae dan Alesha tetap berhubungan baik. Menurut Alesha, Halmar dan Renae sama-sama memerlukan teman baru.

Pertama kali bersalaman dengan Renae di resepsi pernikahan Alesha, Halmar langsung tahu mereka berada dalam frekuensi yang sama. Dalam kesedihan dan duka. Plus, mereka sama-sama sedang patah hati. Renae karena bercerai, Halmar dicampakkan oleh kekasihnya.

Renae tidak membawa kendaraan saat berangkat menuju lokasi pesta dan Alesha—yang supergenius itu—menugaskan Halmar mengantar Renae pulang. Di rumah Renae, mereka mengobrol lagi sampai lewat waktu makan malam. Sebelum Halmar pulang, mereka bertukar nomor ponsel. Ketika Halmar menunggui ibunya di rumah sakit, Renae sering datang membawakan Halmar makanan dan buku. Tidak hanya buku untuk Halmar, tapi juga untuk ibu Halmar. Kalau ibu Halmar terlalu lelah untuk membaca, Renae memberi saran, Halmar bisa membacakan.

Kenapa Renae sangat pengertian? Sedangkan Adrielle tidak? Karena seseorang tidak akan pernah tahu seperti apa beratnya kehilangan orang yang sangat dicintai, kecuali pernah mengalami. Itulah perbedaan besar antara Adrielle dan Renae. Sebelum bertemu Halmar, Renae telah lebih dulu menanggung duka, jadi tahu apa yang harus dilakukan untuk meringankan kesedihan Halmar. Satu hari Halmar ingin mencurahkan segala kesedihannya. Lain hari Halmar mematikan semua jalur komunikasi dan memilih untuk menyendiri. Renae menghormati batasan-batasan itu tanpa diminta.

"Jadi kamu menghabiskan waktu bersamanya bukan karena menyukainya? Tapi karena ada kekosongan yang ditinggalkan ibumu dan kamu berusaha mengisi dengan kehadirannya? Dengan perhatiannya?" Pertanyaan ayahnya ini membuat Halmar tertegun.

Benarkah demikian? Halmar merindukan Renae bukan karena dia tidak bisa hidup tanpa Renae, tapi karena Halmar tidak suka merasa kesepian dan sendirian? Halmar memejamkan mata. Kesepian dan kesendirian tidak bisa dijadikan modal untuk memulai sebuah hubungan. Sebab ketika kita mencintai seseorang di tengah rasa kesepian dan kesendirian, sejatinya kita sedang memanfaatkannya untuk mengisi lubang di dalam hati. Lubang yang timbul akibat kepergian, atau kematian, yang hingga kini masih sulit diterima sebagai kenyataan.

Mungkin kita tidak bermaksud memanfaatkan kebaikan hati seseorang tersebut, tapi tetap saja kita menggunakan keberadaannya layaknya obat penghilang rasa sakit. Pernah minum obat seperti itu? Memang kita tidak lagi merasa sakit, tapi penyakit kita belum tentu sembuh. Renae memang selalu bisa membuat Halmar melupakan kesedihan, tapi sumber kesedihan tetap ada dalam hidup Halmar. Semoga bukan ini yang terjadi padanya, Halmar berharap dalam hati.

***

Salah satu bukuku, A Wedding Come True, sedang diskon 70%! Jadi Rp 27.000 aja. Buruan ke Gramedia.com dan check out sekarang. Persediaan terbatas. Sebagian ceritanya bisa kamu baca di Wattpad dengan judul yang sama. Cek daftar pekerjaan/bacaanku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top