[-10]. Celine dan Charlos
Charlos menghindari Celine mati-matian saat gadis yang dicintainya pulang ke dunia malaikat saat liburan sekolahnya.
Charlos masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gadis itu ternyata mencintai seorang manusia. Seorang manusia! Celine yang menawan itu mencintai manusia.
Memang, manusia itu memiliki aura yang sangat putih, yang mana halnya manusia itu tidak punya niat buruk terhadap Celine. Charlos tahu akan kenyataan itu, hanya saja ..., dia belum dapat menerimanya.
Selama berminggu-minggu setelah kejadian itu, Charlos mulai melakukan pencarian. Dia tak peduli dengan jabatan 'malaikat maut terkuat' yang kini masih menjadi incaran semua malaikat. Semuanya sudah berlomba-lomba melakukan misi untuk mencelakakan manusia sesuai takdirnya, dan yang melakukan kesalahan langsung tidak boleh mengikuti seleksi untuk mendapat jabatan itu.
Charlos tahu, dia tidak perlu bersusah payah menjatuhkan para kandidat calon malaikat maut terkuat, sebab banyak diantara mereka yang melakukan kesalahan saat melakukan tugas mereka. Charlos hanya perlu diam, menunggu sampai jumlah kandidat tinggal sedikit saja.
Selama melakukan pencarian, Charlos mendapatkan begitu banyak hal yang membuatnya kaget.
Ternyata ada banyak sekali malaikat yang pernah jatuh cinta dengan manusia. Kebanyakan dari mereka melakukan kesalahan tak sampai sepenuhnya, ada yang baru saja memulainya tetapi langsung dipaksakan berhenti oleh keadaan, ada yang sudah hampir mencapai kesalahan itu, tetapi berhenti begitu saja.
Kebanyakan dari mereka tak sengaja menampakan sayap mereka dan membuat orang yang mereka cintai melupakan mereka.
Umumnya, hati malaikat itu bisa awet terhadap seseorang dengan sangat lama. Dirinya sendiri sebagai contoh, perasaannya ke Celine sudah menjamur sembilan tahun.
Tapi, hal yang sebenarnya mengejutkan bukanlah itu semua.
Ada satu malaikat ..., yang membuat kesalahan saat delapanbelas tahun yang lalu.
Dan mungkin sampai saat ini.
Adalah Devaryo, malaikat yang pernah menjabat sebagai malaikat maut terkuat di dunia malaikat.
Charlos benar-benar tidak tahu. Ibunya hanya pernah bilang bahwa, diantara semua posisi, hanya malaikat maut yang tidak memiliki pemimpinnya, Ibunya bahkan berpesan padanya untuk mengambil jabatan itu agar nama baik keluarganya semakin berjaya.
Devaryo adalah malaikat dengan kekuatan terkuat yang pernah ada. Kekuatannya jauh lebih kuat dibandingkan tiga malaikat keseimbangan sekalipun. Karena itulah, tidak ada yang bisa menariknya keluar dari kesalahannya selain dirinya sendiri. Devaryo memilih melanjutkan kesalahan, bahkan dia tidak peduli dengan jabatannya yang menjadi incaran para malaikat muda yang menginginkannya.
"...Aku harus mencari informasi yang lebih banyak," Gumam Charlos sambil meremas rambutnya. "Pasti ada yang salah disini."
Bukankah jika manusia mengetahui keberadaan malaikat ..., ingatannya akan dicabut? Itu cinta yang mustahil. Jika katanya cinta membutuhkan kejujuran, dikasus ini, akan ada satu kepercayaan yang patah. Bukan hanya itu. Kenangan pun akan menghilang sampai tak bersisa.
Charlos terperanjat saat mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Secepat mungkin dia meloncat ke tempat tidurnya, masuk ke dalam selimut dan mengendalikan semua buku-buku ke kolong tempat tidurnya, lalu memejamkan matanya, berpura-pura tidur.
Pintu terbuka, Ibunya menatapnya dengan tatapan datar. "Sudahlah, tidak perlu pura-pura tidur. Celine ada di depan."
Sontak Charlos pun membuka mata dan terduduk. "Celine?" Buat apa dia datang, memangnya?
Ibunya mengangguk. "Iya, Charlos sayang. Celine yang kau puja-puja itu." ucapnya dengan nada menyindir.
Charlos pun beranjak dari tempat tidurnya dengan semangat, sebelum membuka pintu, dia memperhatikan cermin terlebih dahulu, lalu membuka pintu dengan perasaan berdebar-debar. Dia tak menyangka Celine-lah yang mendatanginya kali ini.
"Eh, Celine?" Charlos pura-pura terkejut dengan kehadiran Celine.
Celine memutar bola matanya kesal. "Aku tahu kalau kamu sudah tahu aku datang, tidak usah berpura-pura. Aku bisa mendengarnya."
"Uhm," Charlos mengelus tengkuknya. "Mengapa kamu datang kemari?"
"Ibu yang memaksa," Balas Celine datar yang tanpa diketahuinya membuat berjuta-juta jarum panas melesat tepat di hati Charlos. "Apa kamu mau makan malam di rumahku?" Seolah dapat membaca pikiran Chalos, Celine menambahkan. "Tahun ini aku mendapatkan buah Arquelle lebih cepat dari biasanya."
Charlos mengangguk mengerti, lalu masuk ke dalam rumah untuk meminta izin ke Ibunya. Ibunya tentu saja membiarkannya pergi, anaknya pasti bahagia bisa diundang oleh Celine-nya langsung—meskipun dia juga tahu Celine diminta oleh Ibunya. Sudah beberapa bulan ini, Charlos tidak makan teratur, tentu saja dia khawatir anaknya bisa jatuh sakit. Karena itulah dia berdiskusi dengan Ibunya Celine beberapa hari yang lalu.
Saat Charlos keluar, Celine sudah mengeluarkan sayap putihnya, bersiap-siap terbang pergi. "Buat apa kamu melamun? Cepat keluarkan sayapmu."
Charlos tersentak, lalu mengeluarkan sayapnya yang sudah berubah menjadi hitam karena telah memilih posisi.
"Sejujurnya aku lebih suka sayapmu putih daripada hitam," Celine membuka suara. "Tapi karena itu tanda kemajuan, kurasa itu bagus."
Charlos tersenyum tipis. "Terima kasih. Aku juga menyukaimu."
Celine menggeleng sambil berdecak. Rambutnya yang berterbangan indah terkena angin menambah daya tariknya sendiri bagi Charlos. Suara kepakan sayap yang dihasilkan Celine entah mengapa terdengar lebih indah daripada yang lain. Padahal, suara kepakan sayap itu—sebenarnya terdengar sama.
"Aku ..., merasa kalah telak dari bocah manusia itu."
Celine memincingkan matanya, menatapnya tidak suka. "Bocah manusia? Arville?"
Charlos mengangguk pelan. "Ya, aku merasa kalah telak dari Arville." Melihat ekspresi Celine yang seolah bertanya 'mengapa?', Charlos melanjutkan. "Dia terlalu menarik di matamu."
"Tidak perlu merasa kalah, kamu justru menang banyak darinya." Sahut Celine sambil mulai berpikir. "Kamu jauh lebih pintar, penggemarmu jauh lebih banyak, wajahmu juga lebih tampan darinya, dan juga-"
"Tapi semua kelebihan itu tak bisa membuatku mendapatkan hatimu, Cel." Charlos mengucapkannya dengan pedih. "Darisana saja, kita tahu siapa pemenangnya." Celine nampak terbungkam, Charlos pun melanjutkannya. "Katakan, Celine. Apa dia juga mencintaimu?"
"Aku ..., tidak tahu." Balas Celine memalingkan wajahnya. "Aku tidak pernah bertanya padanya."
Charlos mengulurkan tangannya, mengusap kepala Celine. "Celine, apa yang harus kulakukan agar aku bisa memiliki hatimu? Apa aku ..., harus menjadi manusia dulu?"
Celine menggeleng, sangat pelan. "Kamu tidak perlu melakukan apapun, karena aku juga tidak tahu apa yang harus kamu lakukan."
"Aku sudah memutuskan, akan memilihmu jika kamu sudah delapanbelas tahun nanti, Celine. Aku akan membuatmu hanya melihatku seorang."
Celine lagi-lagi terbungkam. Andai saja perempuan juga mempunyai hak untuk memilih secara bebas dan bukannya memilih dalam opsi, mungkin ceritanya tidak akan serumit itu. Celine pikir, Charlos tidak perlu memaksanya karena cinta atau tidakpun dia ke Charlos, dia tidak punya hak untuk menolak. Tapi Celine tahu, niat Charlos hanyalah agar Celine mencintainya balik, jadi tidak ada yang tersakiti dalam hubungan itu nanti.
Charlos tersenyum tipis, "Aku akan berusaha, Cel."
"Semoga berhasil." gumam Celine sungguh-sungguh.
***TBC***
3 Okt 2016, Senin
A.N
Semua cerita saya yang sedang on-going akan di private, dan khusus LMP dan Flashback yang sudah selesai akan diprivate dibagian penting di hari rabu.
I have my own reason. But I couldn't tell u all now.
Cindyana H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top