OCEAN

"The ocean is beautiful but also scary."
.
.
.
.
.

𝙾𝙲𝙴𝙰𝙽

Malam yang indah dengan rembulan yang menyinari gelapnya malam di tengah lautan yang luas. Seorang pemuda bersurai hitam sedang berdiri di geledak kapal sambil menatap cahaya bulan yang sedang bersinar terang.

Mata merah pemuda itu segera teralihkan begitu merasakan sepasang tangan mungil memeluk pinggangnya dari belakang. Sang pemuda lantas berbalik dan tersenyum dengan pelaku yang memeluknya.

"Akira, ini sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya menatap gadis mungil yang memeluknya tadi.

"Akira gak bisa tidur kalau gak ada Kak Aran," ucap gadis mungil itu menatap pemuda dihadapannya. Sementara pemuda beriris merah—Aran hanya tertawa kecil dan mengecup lembut kening Akira.

"Ya sudah, Kakak temenin deh," ucap Aran tersenyum hangat pada adiknya—Akira.

"Yeay! Aku sayang Kakak!"

"Kakak juga sayang kamu!" balas Aran memeluk erat Akira. "Kakak pasti akan melindungi Akira," bisik Aran pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, sebuah ledakan terjadi di bagian lambung kapal yang kemudian disusul dengan suara jeritan. Kepanikan terjadi, seluruh penumpang kapal berteriak ketakutan tak terkecuali Akira yang memeluk sang kakak dengan erat.

"Kakak, Akira takut," ucap Akira berbisik, mencengkram erat baju Aran.

"Tenang saja, kamu aman bersama kakak," ucap Aran mengeluarkan pedang sihirnya. "Jangan jauh-jauh dari Kakak," ucap Aran lagi, menggenggam tangan Akira.

Baru saja hendak melangkah pergi, sebuah tentakel muncul dan melilit seluruh badan kapal dan disusul 3 tentakel lainnya.

"Kraken!" jerit yang membuat keadaan semakin riuh.

Kraken, monster laut yang sering kali mengganggu pelayaran. Banyak kasus kapal yang tenggelam karena Kraken. Makhluk berbentuk gurita yang berukuran sekitar 15 meter dengan tentakelnya yang keras dan sulit untuk sekedar membuat luka tapi semuanya akan mudah jika kamu memiliki senjata yang dilapisi oleh sihir.

Aran menebaskan pedangnya ke salah tentakel Kraken dan menciptakan luka yang dalam. Namun, sepertinya itu keputusan yang salah. Kraken itu semakin melilit kapal dan membuatnya terbelah dua.

Aran dengan sigap mendorong Akira ketika sebuah tentakel hendak menangkap adiknya dan sebagai gantinya, pemuda itu yang tertangkap.

"Kakak!" jerit Akira yang terjatuh ke dalam lautan yang dalam dan gelap sambil melihat Aran—Satu-satunya keluarga yang ia miliki, tewas mengenaskan.

𝙾𝙲𝙴𝙰𝙽

Air samudra yang biru, angin yang sejuk, serta mentari yang bersinar terang membuatnya terlihat begitu indah dan memukau, belum lagi air yang begitu tenang benar membuat hati tenang ketika melihat hamparan air di samudra. Tapi hal sebaliknya jika kamu melihatnya disaat malam hari.

Tidak ada keindahan di yang terlihat selain gelapnya malam. Air yang tenang namum terlihat menakutkan belum lagi suara-suara aneh yang terdengar di hamparan air asin yang tak berujung.

Seperti itulah yang sekiranya dirasakan oleh gadis berusia 12 tahun—Akira.

Hanyut hamparan samudra dengan pecahan kapal sebagai satu-satunya tempat yang kering selain dari itu, hanya ada air tanpa ada tanda-tanda daratan.

Untungnya pecahan kapal itu cukup besar untuk dirinya sendiri.

Tak ada tanda-tanda kehidupan manusia selain Akira sendiri. Seorang diri di tengah-tengah samudra di kala gelapnya malam menyelimuti.

"Kakak..." gumam Akira teringat tentang Aran yang kini telah tiada, menyisakan dirinya seorang yang hanya bisa pasrah terbawa arus.

Gadis itu hanya bisa meringkuk ketakutan karena ia yang kini sendirian dan ditambah suara-suara aneh di hamparan samudra ini.

Akira kemudian menatap horor kearah air ketika ia melihat sebuah sirip yang muncul kepermukaan dan bergerak memutari gadis itu.

"Megalodon..." gumam Akira.

Tepat disaat itu, monster yang ia sebut, melompat dan membuat gelombang besar sehingga gadis itu terdorong jauh bersama dengan puing kapal yang ia gunakan sebagai pijakan.

Tak sampai disitu, hiu raksasa itu—Megalodon kembali melompat dan membuat gelombang besar lainnya, membuat Akira menjerit ketakutan.

"Kakak! Tolong!"

Gadis itu berusaha meminta pertolongan, meneriaki nama sang kakak yang tentunya tak akan menjawab panggilan Akira karena ia telah tiada sekaligus, Akira merupakan satu-satunya makhluk darat yang berada disana.

Bloop!

Sebuah suara yang menggema di dalam lautan yang gelap. Sebuah suara yang cukup menakutkan, bahkan Megalodon yang awalnya mencoba memakan Akira pergi menjauh dengan cepat.

Bloop!

Lagi. Suara itu kembali terdengar dan kali ini cukup dekat dengan Akira atau bahkan, tepat di bawahnya.

Dengan keberanian yang tersisa, Akira mengeluarkan sihir api, untuk menerangi area sekitarnya. Tapi sepertinya itu keputusan yang salah karena Akira kembali ditakutkan dengan apa yang ia lihat.

Sebuah siluet makhluk yang bahkan jauh lebih besar dari Megalodon, mungkin 5 atau 10 kali lipat dari Megalodon.

Akira hanya bisa menahan nafasnya dan berdoa bahwa makhluk apapun itu, ia hanya sekedar lewat saja. Sayangnya, semua itu tidak sesuai harapan gadis itu.

Makhluk itu kembali mengeluarkan suara yang menakutkan dan disusul dengan gelombang besar yang membuat Akira terjatuh dari tempat ia berdiri.

Akira segera membuka matanya dan mencoba kembali ke permukaan. Gadis itu merasakan sesuatu melintas dibelakangnya. Ia langsung memeriksa disekitarnya dan begitu ia memutar badannya, ia melihat sesosok makhluk yang berukuran sangat besar dengan mulut terbuka, memakan segalanya yang ada di depannya.

Sontak gadis itu berenang secepat mungkin, mencapai permukaan.

𝙾𝙲𝙴𝙰𝙽

Akira's Pov

Berhari-hari telah berlalu, Aku terus mengapung tanpa arah hingga kini hari telah menjadi pagi kembali. Walaupun masih tersesat di samudra lepas, setidaknya malam penuh ketakutan itu telah berlalu.

"Siapapun... Tolong aku..." ucapku itu dengan nada suara yang lemah.

Teror dimalam hari oleh makhluk-makhluk dari kegelapan samudra, rasa takut yang aku miliki dengan lautan, semua itu membuat benar-benar tak berdaya.

"Putri Akira!"

Siapa? Siapa yang memanggilku? Itu pasti halusinasiku saja, tak mungkin ada manusia disekitar sini.

"Putri Akira! Sadarlah!"

Pandanganku aku kabur tapi aku bisa melihat seseorang sedang menatapku dan dari suaranya, sepertinya itu perempuan.

"Putri Akira! Bertahan! Kami akan menyelamatkanmu!"

Aku merasakan sepasang tangan mengangkat tubuhku dan juga aku mendengar suara yang ricuh. Sepertinya banyak orang disekitar sini.

Ah, kepalaku pusing. Pandanganku semakin menggelap hingga akhirnya aku tidak ingat apapun yang terjadi setelahnya.

𝙾𝙲𝙴𝙰𝙽

"Semuanya! Tambah kecepatan! Kita harus segera membawa Tuan Putri kembali!" seru seorang wanita dengan bersurai kuning memerintahkan para awak kapal untuk segera berlayar, menuju daratan.

Tragedi yang terjadi beberapa waktu lalu menggemparkan seluruh kerajaan Teraria. Kerajaan yang makmur dan terkenal diseluruh penjuru dunia, Putra mahkota serta Tuan Putri mereka menghilang.

Ketika ditemukan, Putra mahkota mereka telah tewas sementara sang Putri terapung-apung di samudera lepas.

"Grandmaster Alea! Putri Akira telah siuman!"

Alea, wanita penyihir bersurai kuning itu langsung berlari ke dalam tempat Akira dirawat.

Begitu sang penyihir tiba di kamar sang Putri, ia langsung disuguhi oleh pemandangan yang mengerikan.

Akira, Putri dari Kerajaan Teraria, tewas dengan kepala terpenggal serta tangan dan kakinya putus. Alea yang melihat kejadian itu langsung berusaha mencari bantuan. Namun, baru hendak melangkah, sebilah pedang langsung menembus perutnya sehingga membuat sang penyihir tak sempat merapalkan mantra.

"K-Kai... Kenapa...?" Alea menatap seorang pria bersurai biru sedang menyeringai, menatap Alea dengan tatapan remeh.

"Alea, ku beritahu satu hal... Dengan kematian Putri Akira... Teraria akan hancur," ucap Kai menarik pedangnya dan langsung memenggal kepala Alea.

Api kemudian membakar kapal dan menghabisi semuanya yang ada di kapal itu. Api melahap semuanya, hingga kapal itu hancur dan tenggelam ke dasar samudra.

"Dengan ini, 3 jiwa dari keluarga kerajaan dan Forsaken Sword, dunia ada di tanganku!"

𝙾𝙲𝙴𝙰𝙽

The End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top