BAB 14. Luòshén

Qian Yueyin terbaring lemah di atas futon miliknya. Matanya terbuka perlahan sambil melirik ke sekelilingnya yang tampak sepi. Tidak! Ia bisa mendengar suara berbisik-bisik diluar sana, namun seakan tidak ada yang berani masuk ke dalam sini. Yueyin sekali lagi memejamkan matanya dan membukanya kembali, ia berusaha bangkit tapi sebuah lengan kukuh menghadangnya.

"Berbaringlah," tegur suara rendah namun mendominasi. "Kau masih lemah!"

Mata Qian Yueyin melebar seketika. Ia tidak sempat terkejut melihat Qing Ghaozen menghampirinya seperti ini. Apakah lelaki ini sudah tidak sabar untuk menyuruhnya pergi sehingga harus datang langsung kemari?

"Anda tidak pantas berada disini, Yang Mulia. Saya bukanlah Ratu kerajaan ini lagi." Setiap kata yang tertutur dari bibir Yueyin membuat Ghaozen menggeram kesal. "Saya hanyalah pengkhianat. Sebaiknya Anda segera pergi dari sini."

"Tidak ada yang bisa memerintahku, Yueyin! Tidak pula kau!" selanya dengan mata yang membara penuh amarah. "Aku seorang Kaisar sekarang! Jadi, tutup mulutmu dan berbaringlah."

Yueyin menyerah. Ia benar-benar menutup mulutnya dan kembali berbaring. Berdebatpun percuma mengingat keras kepalanya seorang Ghaozen. Dan entah kenapa ketika Ghaozen menyebutkan dirinya sebagai seorang Kaisar, justru membuat kasta keduanya semakin jauh berbeda.

Mata cantiknya melirik Sang Kaisar yang kini tengah membuat ramuan yang tidak Yueyin kenal. Melihat Sang Kaisar seperti ini, seakan mengembalikan ingatan ketika mereka kecil dulu. Ghaozen akan selalu menjadi penyelamatnya ketika ia terluka. Mencari, menumbuk, dan mengolesi ramuan yang diolahnya sendiri hanya untuk Yueyin. Dan kini, ia memiliki kesempatan untuk melihat hal ini lagi. Mungkin ini adalah kali terakhir ia melihatnya sebelum benar-benar dibawa ke pengasingan di dekat gunung tanpa adanya manusia.

"Buka mulutmu!"

Yueyin menurut. Ia membuka bibirnya dan menerima sesendok demi sesendok ramuan berwarna kemerahan yang masuk ke dalam mulutnya. Terasa sangat asam dengan bau yang familiar tercium dihidungnya. "Apa ini?"

"Luòshén," jawaban Qing Ghaozen membuat Yueyin mengerutkan dahinya. Pantas saja terasa asam. "Habiskan!"

Lagi-lagi Yueyin hanya bisa menurut tanpa membantah. Melihat dari reaksi Ghaozen yang sama sekali tidak ramah, membuat nyalinya menciut seketika. Ia menunduk dalam, sebelum mencoba bertanya. "A-apa benar bahwa keluargaku membunuh orang tuamu, Yang Mulia?"

Ghaozen berhenti menyuapi wanitanya. Menatap Yueyin tanpa makna yang berarti. "Hm,"

Jawaban singkat itu memukul telak dirinya. Membuat Yueyin semakin merasa tidak pantas. "S-siapa?" tanyanya berharap bahwa yang membunuh kedua orang tua Sang Kaisar bukanlah keluarga terdekatnya.

Qing Ghaozen menilai secara seksama wajah panik, cemas, serta pucat milik Yueyin. Apakah Yueyin akan baik-baik saja jika ia mengatakan kejujuran itu? Atau Ghaozen harus merahasiakannya hingga akhir dan melupakannya?

Tidak!

Ghaozen harus berkata jujur. Ia tidak ingin menyimpan lebih lama lagi rahasia yang seharusnya Yueyin ketahui sejak lama. "Ayahmu,"

Dan saat itu pula, Yueyin merasakan dadanya dihantam keras. Ayahnya? Ayahnya telah membunuh kedua orang tua Sang Kaisar? Ayahnya yang juga membunuh ibunya?

"A-yah?" tanyanya terbata. Yueyin mencoba bangkit membuat Ghaozen mengerutkan dahinya. "A-ku akan berte-mu dengan-nya d-dan mem-bunuhnya."

Saat hendak melangkah, badan Yueyin kembali melayang dan berakhir dalam pelukan Ghaozen. Lelaki itu berdecak kesal. "Kau pikir siapa yang ingin kau bunuh, hah?! Tidak cukup kau membunuh Selir Xin? Apa kau justru ingin mengubah hukumanmu untuk dieksekusi dengan membunuh ayahmu?" serunya lantang dengan napas terengah tepat di depan wajah Yueyin yang semakin pucat. Menyadari hal tersebut, Ghaozen mengangkat Yueyin dan kembali membaringkan wanita itu ke atas futon. "Bukan Qian Zhen yang membunuh kedua orang tuaku, Yueyin."

Yueyin masih tidak mengerti. Bukankah baru saja lelaki ini mengatakan bahwa pembunuh kedua orang tuanya adalah ayahnya? Lalu, kenapa sekarang bukan Qian Zhen? Jika memang begitu hanya ada satu kemungkinan yang terlintas didalam otak kecil Yueyin.

"Kau bukanlah anak kandung Qian Zhen, Yue."

Dan terjawab sudah. Semuanya sudah terjawab! Pantas saja selama ini Ayahnya tidak begitu mempedulikannya karena ia bukanlah puteri kandung dari Qian Zhen. Lalu, jika itu benar siapakah ayahnya?

Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak. Air matanya mulai tergenang sendirinya. Jadi, anak siapaka h dia? Kenapa kebenaran ini disimpan begitu apik?

Kau bukanlah anak kandung Qian Zhen...

Terus terngiang-ngiang ucapan Sang Kaisar di kepalanya. Ia lunglai sambil menatap kosong. Rasa sakit sekaligus amarah terlihat jelas dimatanya. Semesta sekejap membisu tanpa suara. Seakan membiarkan Yueyin mencerna kembali berita yang baru saja diterimanya.

"Kau adalah puteri dari Qian Zhao yang merupakan adik dari Qian Zhen," Kaisar Ghaozen menghembuskan napas pelan. Membuka kembali luka yang telah diobatinya namun tetap saja bekas itu masih terlihat jelas, bahkan bisa dikatakan luka itu masih sangat basah. "Dia menentang Ayahku dan berniat untuk merebut kerajaan ini dengan membunuhku. Dia gagal, lalu berakhir membunuh Ayahku dengan liciknya." Matanya memerah, karena memang kejahatan yang membuat ayahnya direnggut sangat menyiksa Ghaozen.

"Qian Zhen yang baru saja pulang dari studinya langsung mengangkatmu sebagai anak setelah mengetahui akibat meninggalnya Raja terdahulu. Dan kami semua berjanji untuk tidak memberitahukan hal ini kepadamu, Yue."

Astaga....

Sejahat itukah Ayahnya? Mengambil alih tahta dengan membunuh Raja? Kenapa tidak ada yang memberitahunya selama ini? Kenapa mereka menyimpan itu semua dengan begitu apik sehingga tidak ada seorang pun yang berani mengatakan ini padanya. Kini iya membenci dirinya sendiri karena terlahir dari darah seorang pengkhianat. Yueyin benar-benar membenci sang ayah yang tidak bertanggung jawab. Air matanya keluar begitu saja tanpa disadari. Lalu, apa haknya berdiri disamping Sang Raja sebagai seorang ratu?

Ah, lagipula besok dia akan pergi. Dia juga tidak ingin lagi mengotori istana dengan keadaannya yang merupakan sebuah aib istana. Putri dari seorang pengkhianat.

"Kau tidak perlu tahu kelanjutannya," bisiknya pelan sambil meletakkan Luòshén ke sebelah Yueyin. "Kau bisa berangkat ke pengasingan esok pagi. Jenderal Huang Fu akan mengantarmu!" putusnya sebelum hendak meninggalkan ruangan.

Yueyin terdiam sejenak. Mungkinkah lelaki itu berharap bahwa dia tak lagi berada di istana? Menelan salivanya, Qian Yueyin bertanya pelan. "Apakah kau benar-benar akan mengusirku, Ghaozen?" tanyanya untuk pertama kalinya tanpa embel-embel 'Yang Mulia'. Membuat Ghaozen menghentikan langkah membeku, sebelum menoleh dan menatap Yueyin sinis.

"Apa kau ingin dihukum karena panggilanmu, Yueyin?!" desisnya tajam sambil mengepalkan tangannya erat. Bahwasanya panggilan itu cukup menggetarkan jiwanya. Ghaozen tidak boleh membawa perasaannya saat ini karena akan mengakibatkan kekacauan. Apalagi, setelah ia memberikan hukuman serta pembunuhan yang dilakukan Yueyin. Dan panggilan itu membuat Ghaozen ingin menahan Yueyin disisinya. Tapi, dia tidak bisa dan tidak akan melakukannya.

"Aku seorang Kaisar sekarang! Dan kau...," ucapannya tertunda diujung lidah sebelum dengan hati yang kuat mengatakan, "Hanyalah seorang pengkhianat sama seperti Ayahmu!"

Dan kalimat itu bagaikan hantaman petir di siang bolong tanpa adanya persiapan. Sehingga membuat si empunya hati merasa mati lagi tersisih.

**

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top