THREE
WARNING : MATURE CONTENT (21+)
Karena babang tahu kalian sudah menunggu untuk babang update, pasti pada kesenangan melihat warning diatas 😏
Biasa aja kali, jeng! Santai aja.
Gausa norak dan malu-maluin babang.
■■■■■
Ini sudah salah. Ini tidak benar dan tidak seharusnya seperti ini, batin Patricia berkali-kali dengan perasaan yang tidak menentu dan gelisah.
Dengan tidak tahu dirinya, dia tertidur selama penerbangan sambil memeluk lengan kokoh Darren dengan lelap dan terbangun dalam posisi saling berangkulan layaknya pasangan baru yang sedang melakukan perjalanan bulan madu, bahkan mereka berbagi selimut!
Dia kaget. Kebiasaannya yang tidur harus memeluk sesuatu membuatnya sampai memeluk tubuh besar Darren yang hangat dan membuatnya nyaman. Sial! Dia yakin dia sudah memeluk bantal yang sudah disediakan oleh petugas kabin tapi malah berakhir dalam dekapan Darren.
Ketika dia panik, pria sialan itu malah tersenyum senang sambil terus mengejeknya bahwa selama tertidur, dirinya menggumamkan nama pria itu. What the heck! Itu tidak mungkin dan Patricia yakin jika dia tidak sedang bermimpi sampai bergumam, itu sudah pasti hanya akal-akalan Darren saja.
Kini dia berjalan cepat mendahului Darren sambil menarik kopernya ketika mereka sudah tiba di Switzerland untuk transit selama tiga jam dan baru akan kembali terbang ke Finland setelahnya.
"Kenapa sih kau ngotot untuk naik pesawat komersil seperti ini? Kenapa tidak kita membawa pesawat jet pribadi sehingga tidak memerlukan transit yang membuang waktu?" tanya Darren yang tahu-tahu sudah berada di sampingnya.
Patricia melirik singkat lalu kembali berjalan secepat mungkin. Sepasang kaki Darren yang panjang sudah jelas keterlaluan dalam melangkah sehingga bisa menyusulnya dengan cepat. Dia menjadi semakin tidak nyaman bersama pria setelah mendapati kedekatan seperti di pesawat tadi.
"Aku tidak menyuruhmu untuk ikut denganku. Kalau kau masih mengeluh, silahkan kembali ke Chicago." jawab Patricia dengan nafas terengah.
Sebuah cekalan yang kuat mendarat di lengannya dan itu spontan membuat langkah Patricia terhenti. Dia tersentak kaget dan menoleh kearah belakang dimana Darren sudah membungkuk untuk menatapnya dengan tajam.
"Kenapa kau harus terburu-buru sementara kita masih memiliki beberapa jam untuk transit disini? Memangnya apa yang kau kejar? Pesawat kita saja belum tentu sudah mendarat untuk membawa kita." tanya Darren dengan alis berkerut.
"Aku lelah dan tidak mau kau berada bersamaku." jawab Patricia cepat dan melepas cekalan Darren pada lengannya dengan kasar.
"Apalagi sih yang kau permasalahkan? Kenapa kau malah bersikap seperti remaja hanya karena kita tidur bersama seperti tadi? Bukankah lelah dan tertidur di pesawat lalu tidak sengaja saling berangkulan itu manusiawi?" balas Darren datar.
"Itu jelas-jelas disengaja dan kau mengambil bantalku agar bisa memelukku." sembur Patricia dengan dengusan nafas kasar.
"Aku kasihan melihat kepalamu yang sepertinya akan kaku jika kubiarkan seperti itu. Lagipula kau malah semakin nyaman tidur bersamaku dan setidaknya kau mendapatkan jam istirahatmu dengan cukup." kembali Darren membalasnya.
"Ah sudahlah! Pokoknya aku lelah dan aku tidak mau bersamamu." sahut Patricia yang kembali melanjutkan langkahnya.
"Aku lupa kalau kau sangat keras kepala. Dasar remaja tua!" gumam Darren sambil mendahului Patricia dan pria itu malah mendahuluinya tanpa menoleh kearahnya sedikitpun. Shit!
Bukankah harusnya dia lega kalau Darren menjauhinya dan dia bisa sendirian selama transit itu berakhir? Lagipula kenapa dirinya bisa tiba-tiba menjadi wanita yang sok jual mahal dan bertingkah seperti remaja padahal Darren mungkin tidak bermaksud jahat?
Patricia mengerang kesal sambil menarik kopernya dan melangkah dengan langkah yang semakin pelan. Heels yang dipakainya membuat telapak kakinya mati rasa dan dia membutuhkan tempat untuk merenggangkan kakinya.
Suasana lengang bandara itu di jam tengah malam sudah jelas bukanlah hal yang bisa membuatnya senang dengan kesunyian yang ada saat ini selain penumpang seperti dirinya yang sibuk menarik koper untuk mencari tempat beristirahat sembari menunggu pesawat mereka tiba.
Dia berhenti ketika melihat ada kursi panjang yang berada di dekat terminal keberangkatan untuk mengistirahatkan kakinya sejenak. Dia menaruh kopernya di samping kursi dan duduk di kursi itu sambil menghela nafas. Kemudian, dia melepaskan heelsnya sambil meringis pelan karena telapak kakinya yang sudah mati rasa dengan jari-jari kakinya yang memerah.
Patricia menaruh sepasang heelsnya di sampingnya dan memutarkan pergelangan kakinya untuk merenggangkan otot. Dia berniat untuk mencari flat shoes tapi sangat mustahil untuk mendapatkannya sekarang karena sebagian toko di bandara itu sudah tutup.
Ketika dia mencoba untuk bersandar di kursi sambil terus menggerakkan kakinya, disitu dia tersentak karena ada yang mengambil alih kakinya. Shit! Patricia terkesiap saat melihat Darren yang sudah duduk disampingnya sambil menaruh sepasang kakinya di atas pangkuan Darren.
"Apa..."
"Jangan banyak protes dulu. Apa jadinya jika aku tidak ikut atau meninggalkanmu disini? Aku tahu kau itu wanita hebat dan kuat tapi tetap saja kau membutuhkan bantuan seseorang untuk hal yang remeh seperti ini." ucap Darren sambil memulai pijatan pada telapak kakinya.
Patricia tidak memprotes ataupun memberontak. Malahan dia menikmati pijatan lembut yang diberikan Darren pada kakinya yang sudah mati rasa dan sangat pegal. Rasanya dia ingin berendam di air hangat untuk membuat tubuhnya terasa rileks.
"Terima kasih." ujar Patricia dalam gumaman pelan.
Darren mengangkat wajahnya untuk menatapnya lalu tersenyum. "Sama-sama"
Patricia buru-buru membuang muka untuk menghindari sorot mata Darren yang selalu memukau perhatiannya. Dia tidak akan lagi membiarkan dirinya untuk jatuh pada pria yang dengan seenaknya memutuskan hubungan mereka waktu dulu secara sepihak.
"Disini ada hotel bandara yang bisa kita gunakan untuk beristirahat. Kau bisa berendam atau kembali melanjutkan tidurmu. Jika pesawatnya sudah tiba, aku akan memberitahumu." ucap Darren dengan santai.
"Apa kau berniat macam-macam denganku?" tanya Patricia dengan nada tinggi.
Darren menoleh kearahnya dan memberikan serringaian yang menyebalkan. "Tergantung. Jika kelakuanmu yang membuatku ingin menyetubuhimu, maka akan kulakukan."
Patricia hanya menghela nafas sambil menggeram pelan. Dia harus menuntaskan pekerjaannya kali ini dengan cepat supaya tidak terlalu lama membuang waktu bersama dengan pria itu.
Dia kembali tersentak kaget ketika merasakan tubuhnya melayang dan Darren sudah menggendongnya.
"Hey! Kau mau membawaku kemana?" tanya Patricia kaget.
"Aku sudah memesan kamar untukmu. Hotelnya ada di ujung koridor bandara ini dan sepertinya kau tidak akan bisa berjalan." jawab Darren santai sambil melihat kearah lain dan mengamati seseorang yang sedang berjalan mendekat kearah mereka.
"Siapa dia?" tanya Patricia sambil memicing tajam.
"Bellboy. Aku menyuruhnya untuk menyusulku setelah lima menit kemudian." jawab Darren lagi sambil menganggukkan kepala kearah bellboy yang terlihat mengucapkan salam kepadanya.
"Untuk apa?"
"Untuk membawa kopermu dan sepatumu karena kedua tanganku sudah sibuk menggendongmu yang terasa berat. Apakah kau tidak diet?" tanya Darren dengan nada mengejek.
Patricia menatap Darren dengan tatapan yang menghunus tajam. "Itu berarti kau tidak cukup kuat untuk mengangkatku yang seringan ini. Rata-rata pria yang menggendongku tidak pernah mengeluh sepertimu karena mereka tidak manja."
Darren mulai melangkah mengikuti bellboy yang sudah berjalan melewati mereka sambil membawakan barang milik Patricia. "Kurasa mereka sangat menyayangi buah zakarnya agar tidak dipecahkan olehmu."
"Memangnya kau tidak?" balas Patricia sambil menggelengkan kepalanya karena ucapan Darren yang terdengar semakin ngawur.
"Tentu saja tidak. Karena alih-alih kau memecahkan buah zakarku, kupikir kau akan lebih tertarik untuk menghisapnya dengan bernafsu." sahut Darren dalam suara rendah.
Damn! Ucapan kotor Darren malah membuat kewanitaan Patricia berdenyut nyeri. Dengan posisi Darren yang menggendongnya, Patricia bisa mencium aroma parfumnya yang maskulin, tubuh besarnya yang hangat dan nafasnya yang menyembur lembut di pipinya. Ini tidak benar, batinnya mengingatkan.
Darren melangkah pasti ke dalam pintu lift dimana bellboy dengan sigap membawa mereka ke lantai 2 hotel itu.
Mereka tiba di kamar yang sudah disewa Darren dan pria itu menurunkannya diatas sofa besar. Darren mengobrol sebentar kepada bellboy sementara Patricia menilai kamar hotel yang tidak besar namun tidak kecil juga. Kamar itu termasuk bersih dan nyaman untuk beristirahat sejenak. Dia benar-benar ingin berendam air hangat.
"Apa kau mau berendam atau kau mau tidur saja?" tanya Darren tiba-tiba ketika bellboy sudah keluar meninggalkan mereka dari kamar itu.
Patricia menoleh kearah Darren yang terlihat sedang membuka kopernya untuk mengambil sesuatu. Sepertinya pria itu masih begitu mengenalnya soal dirinya yang senang berendam di air hangat jika melakukan perjalanan panjang yang melelahkan atau tidur sepanjang hari agar bisa mendapatkan istirahat yang cukup.
"Aku ingin berendam saja." jawab Patricia kemudian.
Darren mengangguk sambil beranjak berdiri untuk menghampirinya dan memberikan satu sachet besar berwarna biru yang tampak familiar padanya. Ya Lord... kenapa pria itu bisa berinisiatif untuk membawakan koyo lembaran penghilang rasa pegal pada otot yang selalu digunakannya sejak dulu? Damn!
"Pakai ini pada kakimu setelah berendam. Aku akan keluar untuk mencarikan sandal untukmu agar kau tidak tersiksa berjalan diatas heelsmu yang cantik itu." ujar Darren dengan sebuah senyuman.
"Kau langsung pergi dengan membiarkanku sendiri yang mengisi air hangat ke dalam bathub?" tanya Patricia dengan alis berkerut.
"Jika aku juga bisa berendam bersamamu, maka aku akan mengisinya untukmu." jawab Darren langsung.
"Jangan konyol. Kau bertugas menjadi pengawalku dan berhak menjalankan perintahku." balas Patricia.
"Yang kutahu adalah kau tidak menginginkanku disini dan dengan diriku yang tidak mengisi air hangat di bathub, bukan berarti aku lalai dalam menjalankan tugasku. Kecuali kalau kau mempersilahkanku untuk berendam bersamamu." sahut Darren sambil terkekeh geli.
"Aku lupa kalau kau memang selalu mesum dengan segudang pikiran kotor yang menumpuk di dalam otakmu itu." tukas Patricia kemudian.
"Dan kau juga lupa kalau kau selalu menikmati apa yang sudah menjadi pikiran kotorku itu." ucap Darren sambil berlutut di depan pangkuannya lalu mengangkat kedua kakinya diatas meja kaca.
Patricia menarik nafas dengan berat sambil menatap apa yang dilakukan Darren saat ini. Pria itu kembali memijat ringan kedua kakinya dengan telaten. Telapak kakinya ditekan dalam beberapa titik yang membuatnya meringis pelan karena cukup sakit.
"Sorry, tapi aku janji setelah sudut kakimu sudah ditekan di bagian ini maka kau akan membaik." ucap Darren sambil terus bekerja untuk memijat kakinya.
Patricia terdiam saja sambil mengamati wajah Darren yang sedang sibuk dengan kakinya. Tidak ada yang berubah dari sosok sialan itu yang sudah mengambil separuh hatinya sewaktu dulu. Dia masih bajingan dengan kadar ketampanan yang begitu kurang ajarnya masih menghipnotisnya. Bahkan sampai sekarang jika harus jujur, Patricia masih gugup jika berhadapan dengannya.
"Jangan melihatku seperti itu, Patricia."
"Why?"
"Karena hal itu membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan apa-apa padamu."
Patricia menyeringai sinis sambil menyibakkan rambut panjangnya. "Kurasa kau hanya mengulur waktu dengan berpura-pura memijat kakiku padahal kau bilang kau ingin keluar mencari sandal untukku."
"Dan kupikir kau juga mengulur waktu karena berlagak tidak paham dengan apa yang kulakukan sehingga sengaja menggodaku dengan tatapanmu." balas Darren dengan mata yang berkilat nakal.
Patricia membasahi bibirnya dan menggerakkan kedua kakinya agar pijatan kaki itu dihentikan. Mungkin saja dia sudah hilang akal dengan ide liarnya barusan untuk menikmati hubungan satu malam dengan pria yang pernah menjadi kekasihnya. Apalagi dia penasaran apakah permainan lidah pria itu masih sama atau malah semakin menjadi?
Darren melebarkan senyuman puasnya ketika melihat Patricia melebarkan kedua kakinya dan memperlihatkan tubuhnya secara terang-terangan lewat mini dress yang dikenakannya. Dengan Darren yang masih berlutut di depan pangkuannya dan kedua kakinya yang sudah mendarat di sisi kanan kiri tubuh pria itu dimana telapak kakinya mendarat di tepi meja kaca.
"Kau masih cantik seperti dulu." gumam Darren dengan suara tercekat sambil menunduk menatap tubuhnya di balik g-string hitam yang dikenakannya.
Patricia menarik nafasnya dan mendesah pelan ketika dia bisa merasakan jari Darren membelai lembut inti tubuhnya yang sudah lembap dan berdenyut nyeri. Hanya merasakan kebersamaan selama belasan jam di pesawat tadi sudah membuat Patricia merasakan gelenyar familiar yang dirindukannya. Shit! Dia bennci untuk mengakui tapi dia merindukan sentuhan Darren.
Dia merasakan tangan Darren sedang memainkan tali g-stringnya dan meraba bahan celana dalamnya yang tidak menutupi seberapa karena dia bisa merasakan betapa hangatnya tangan Darren dalam menyentuh kulitnya.
Jari-jari Darren mulai bergerak lincah diatas klitorisnya lalu semakin turun. Kembali keatas lalu turun. Lalu naik dan turun lagi. Hal itu dilakukan berulang-ulang. Terus dan terus. Perlahan namun pasti, gerakan itu semakin cepat seakan menggoda dirinya dalam sentuhan liar Darren yang seperti itu.
"Ahhhh...", desah Patricia dengan lepas.
Kepalanya terkulai ke belakang dan bibirnya terbuka mengeluarkan erangan yang terdengar begitu mendamba. Dia sangat menikmati belaian jari-jari Darren dan sudah sangat basah. Dia sudah sangat siap dan seakan menginginkan Darren untuk segera memuaskannya sekarang juga.
"I always love your option about panties. It's seriously distracting me from how hot it's going to be to f**k you in this sofa bed." ucap Darren dengan seringaian puasnya.
Darren mulai menggeser tali g-string yang menghalangi inti tubuhnya ke samping lalu mendekatkan wajahnya untuk meniup lembut tubuhnya. Damn! Itu terasa sangat nikmat sekali. Dia yakin kalau dia akan segera meledak meski Darren hanya melakukan hal seperti itu padanya.
Mata Patricia melebar ketika merasakan sebuah jari panjang milik Darren meluncur masuk ke dalam tubuhnya dengan mulus dan nafasnya tertahan menerima sensasi itu. Darren menangkup pinggulnya di tangannya yang lain untuk mengangkat tubuhnya sedikit keatas lalu kemudian menjulurkan lidahnya untuk menjilati dirinya dan kemudian menghisapnya.
"Darren!!" erang Patricia sambil mencengkeram rambut Darren dan menggeliat gelisah disitu.
"Ssshhh..." geram Darren pelan. "Nyamankan posisimu dan nikmati saja apa yang kulakukan."
"Aku tidak percaya kalau aku melakukan hal ini bersamamu sekarang." ucap Patricia dengan suara serak seolah kalimat yang barusan diucapkannya itu ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Yeah... sudah terlalu terlambat untuk dirimu mengucapkan hal itu, sayang." balas Darren di sela-sela aktifitasnya yang masih sibuk bekerja dibawah sana.
Patricia memejamkan matanya untuk menikmati sensasi yang menyengati sekujur tubuhnya. Kamar itu terasa semakin kecil, semakin panas hingga terasa sesak untuk dirinya. Mata Patricia sudah mengerjap tidak fokus ketika Darren semakin liar dalam menggerakkan lidahnya dengan liukan naik turun, pria itu kembali memasukkan satu jarinya kembali hingga menjadi dua jari yang memompa tubuhnya dengan gerakan yang cepat dan teratur.
"I... I can't hold this anymore." erang Patricia dengan serak dan kerongkongannya terasa kering.
"Just let it out and scream my name." sahut Darren yang semakin mempercepat gerakan jarinya dalam tubuhnya dan lidah yang bekerja semakin liar dalam jilatan yang panas dan hisapan yang begitu keras pada klitorisnya.
Pandangan Patricia terhadap sekelilingnya seakan menjadi buram dan mengabur, perasaannya terasa penuh dan nafasnya yang hangat serta kulit tubuhnya yang kian memanas. Seakan tahu dirinya yang segera akan meledakkan gairahnya, disitu Darren menarik diri dan mengeluarkan kedua jarinya seakan menahan Patricia yang nyaris akan meluap.
Belum sempat Patricia memprotes, bibir Darren sudah membungkamnya dengan menciumnya kasar dan begitu liar. Dia merasakan Darren seperti membuka celananya tanpa menghentikan ciuman itu sedikitpun sampai Patricia kewalahan mengikuti gerakan bibirnya.
Mini dressnya diangkat sampai ke pinggang dan kemudian kedua kakinya semakin dilebarkan oleh Darren dan tanpa ragu, pria itu memasukinya perlahan namun penuh penekanan.
"Oh dear..." pekik Patricia dengan nafas tertahan.
"Do you miss me, baby? Do you miss how hard and thick I am?" bisik Darren dengan suara yang mengetat dimana kedua tangannya mulai bekerja di balik punggungnya untuk membuka risleting pakaiannya dan tubuh bagian atasnya sudah terekspos dengan jelas ketika Darren berhasil menurunkannya.
Keduanya terdiam sesaat merasakan betapa nikmatnya saat mereka menyatu dan melebur dalam kerinduan yang sama-sama menyelimuti mereka saat ini. Seakan kebersamaannya terulang lewat apa yang dilakukannya dan Patricia sampai tidak bisa berpikir jernih untuk memastikan apakah yang dilakukannya kali ini adalah benar atau salah.
Patricia seakan tersesat oleh gairahnya yang semakin bergelora dan tidak bisa menyangkal pesona Darren yang selalu berhasil menarik perhatiannya. Jika Patricia selalu berhasil menghindarinya setelah hubungan mereka berakhir selama ini, kali ini tidak. Kebersamaan yang ada saat ini terlalu dalam sehingga dia tidak sanggup menolaknya.
Keduanya saling menatap satu sama lain dengan nafas yang saling bertubrukan. Wajah yang menggelap dengan sorot mata yang penuh oleh kabut gairah menghiasi keduanya. Darren memulai untuk menggoyangkan pinggulnya dan memiringkan wajahnya untuk mencium leher Patricia lalu menyesapnya dengan dalam.
Tangannya pun mulai menyentuh payudaranya, meremasnya lalu memainkan putingnya dengan gerakan memutar seiring desakan yang dilakukan Darren padanya. Bahkan ketika bibir Darren mulai turun kearah payudaranya, disitu Patricia merasa tubuhnya melayang saat Darren mulai menggigit putingnya dan kemudian menghisapnya dengan keras.
"Ahhh... Darren... ahhh," desah Patricia yang sudah mengerjap tidak fokus karena sebentar lagi dia akan meledak karena luapan gairah yang sempat tertahan.
"Uh yeah, that sounds so good! I love the way you moan like that." geram Darren pelan lalu menggigit kulit bahu Patricia dengan gemas.
Hal itu memicu gairah Patricia semakin melesak naik dan degup jantungnya semakin memburu kencang ketika Darren mempercepat gerakannya. Damnit! Ketika dia merasakan seluruh ototnya terasa lemas dan hawa panas menjalar di punggungnya, disitu Patricia menjerit parau menerima klimaks panjangnya yang begitu hebat dan nyaris membuat dirinya kehabisan nafas.
Kewanitaannya berdenyut kencang seiring dengan rasa sesak yang semakin terasa didalam tubuhnya karena ketegangan Darren yang semakin mengeras. Tidak butuh waktu berapa lama untuk Darren menyusulnya dengan mendapat orgasmenya sambil meremas kasar payudaranya dan mengerang penuh nikmat tepat di lekuk lehernya.
Pelepasan itu terasa seperti dinding yang bergetar yang diikuti oleh keheningan dan kepala Patricia seakan memutar karena keinginan untuk membutuhkannya. Heck! Ini sangat membingungkan, batin Patricia.
"Kau sangat nikmat." bisik Darren hangat ketika nafasnya mulai kembali teratur lalu mengecup puncak kepalanya.
"Kau baru sadar kalau sudah menyia-nyiakan kenikmatan seperti diriku?" balas Patricia dengan nada mengejek.
Darren menatapnya dengan sorot mata tajam sambil menautkan rambutnya ke belakang telinga. "Yeah. Dan aku sangat menyesal."
"Sudah terlalu terlambat untuk menyesal, sayang." sahut Patricia angkuh dan mendorong Darren agar melepaskan penyatuan mereka.
Patricia menahan nafasnya ketika Darren menarik diri. Dia bisa melihat kejantanan Darren yang masih sedikit menegang dan cukup kagum dengan apa yang dilihatnya. Hmmm...
"Aku akan dengan senang hati memuaskanmu lagi jika kau masih menginginkanku." ucap Darren dengan seringaian nakalnya dan ekspresi yang menggoda.
Patricia beranjak dari sofa dan melepaskan mini dressnya yang sudah berantakan serta g-stringnya yang masih menyangkut di tubuhnya. "Barusan cukup menyenangkan. Terima kasih. Tapi tidak ada pengulangan karena aku sudah cukup puas dan ingin berendam."
Darren tertawa hambar lalu memakai kembali celananya sambil menatap tubuh telanjang Patricia dengan tatapan kurang ajar. "Aku akan menyiapkan air hangat untukmu."
Patricia mengabaikan ucapannya dengan mengikat rambutnya menjadi satu ikatan berbentuk hairbun lalu memakai jubah mandi hotel untuk menutupi tubuhnya ketika dia mendengar ada bunyi air mengalir dengan deras di kamar mandi. Dia mengikat jubah mandi itu lalu hendak melangkah kesana namun langkahnya terhalang ketika Darren menutupi jalannya dimana tubuh besarnya menghalangi pintu kamar mandi itu.
"Tidak ada ronde kedua." ucap Patricia dengan tegas.
Darren tersenyum sambil mengarahkan tangannya untuk mengusap pipi Patricia tapi buru-buru Patricia menghindari sentuhannya. Pria itu kembali tersenyum sambil menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Soal aku menyesal itu serius. Kau boleh menganggapku seakan aku mencari kesempatan dalam kesempitan karena baru saja melakukan hal yang sangat kurindukan bersamamu seperti barusan tapi aku serius." ujarnya dengan nada sungguh-sungguh.
"Tetap tidak akan mengubah situasi dan kondisi tentang hubungan kita, Darren." balas Patricia langsung.
"Aku tahu. Tapi bagaimana jika aku ingin diberi kesempatan kedua olehmu?" tanya Darren dengan alis terangkat setengah.
Patricia tertawa hambar sambil menyilangkan tangannya dan menatap pria itu dengan tatapan meremehkan. "Aku bukan gadis naif yang kau kenal dulu, Darren. Lagipula seleraku bukanlah seorang pria dengan latar pekerjaan rendahan sepertimu. Kau hanya pengawal yang disuruh kakakku untuk menjagaku. Tidak lebih."
Bukannya marah, Darren malah terkekeh pelan. "Aku tidak akan tersinggung karena kau meremehkan pekerjaanku. Yang penting kan halal dan bisa menghidupimu nantinya. Aku tahu kalau uang yang kuhasilkan mungkin hanya uang receh bagimu tapi aku sanggup memuaskanmu seperti tadi."
"Buatku, kau bukanlah pria yang pantas kujadikan sebagai pendamping. Kau hanya pria yang pantas menjadi selingan sebagai pemuas gairah saja." celetuk Patricia sadis.
Mata Darren langsung berkilat senang dan membungkuk untuk menyamakan posisi kepalanya. "Deal! Aku tidak masalah jika aku hanya menjadi pria pemuas gairahmu dan memiliki hubungan affair denganmu. Hubungan antara nona dengan bodyguardnya terdengar menantang dan bisa menjadi sebuah kisah cinta klasik yang terdengar pasaran tapi tidak lekang oleh waktu."
Patricia tersentak kaget dan matanya melebar kaget dengan respon yang diberikan Darren. Barusan itu maksudnya adalah menghinanya agar pria itu menjauhi dirinya tapi kenapa dia malah menawarkan dirinya seperti itu padanya? Shit!
"Aku tidak..."
"Aku keluar dulu untuk mencarikan sandal untukmu, Ms. Patricia. Semoga waktu berendammu menyenangkan dan panggil aku jika kau membutuhkan bantuan. Kau tahu jelas kalau aku adalah bawahan yang handal dalam melakukan pekerjaannya, termasuk memuaskan majikannya." sela Darren dengan suara berbisik lalu mengecup pipinya dengan lembut.
Patricia menelan ludahnya dengan susah payah dan mengerjap bingung melihat Darren yang sudah melangkah menjauh untuk keluar dari kamar itu. Pria itu benar-benar gila dan membuat Patricia semakin gelisah dengan apa yang harus dilakukannya nanti. Grrrr... Patricia mengerang kesal sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan melepas jubah mandinya untuk segera berendam pada bathub yang sudah dipenuhi oleh air hangat.
Semoga dengan berendam, pikirannya akan kembali normal dan memikirkan rencana untuk membuat pria itu menjauhinya.
■■■■■
22.07 PM, January 8th 2019
Ngaku aja kalau kalian pernah hook-up sama mantan dengan alasan masih suka, kangen, belum bisa move on.
PRET LAH!
Yang kayak gini nih yang bikin kelompok manusia waras berkurang karena virus cinta. Makan tuh cinta 💩
Tapi kenapa babang masih mengusung ide celebek a.k.a CLBK kayak begini?
Namanya juga penulis, suka-suka gua mau tulis apaan... weee 😛
Ingat, perbanyak makan pisang kalo kalian baca cerita babang karena kandungan kaliumnya baik untuk kesehatan jantung dan menyeimbangkan daya kerja otak kita 🍌🍌🍌
Banyak yang komen begini : "Babang updatenya jangan lama-lama dong."
Maaf, babang nggak suka dikejar atau diuber suruh update.
Kecuali kalau diuber atau dikejar sama qm... Ciyeeee 😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top