Keping 16 Dunia Lain

C. C.

Aku berdiri di sudut. Ya, aku masih ingat sudut penjara itu. Aku bahkan masih tidak paham mengapa aku dimasukkan ke penjara ini. Aku sendiri tidak terlalu peduli. Namun, penjara ini begitu membuatku merasakan sensasi aneh. Karena aku sadar, aku ada di dalam penjara ini bersama dia. Entah pantas disebut makhluk bulan, makhluk mars, atau makhluk pluto? Aku menggeleng tidak tahu. Dia bukan manusia, tentu saja.

Hari pertama di penjara itu aku baik-baik saja. Siang dan malam aku hanya mendengar dengusan lembut napasnya. Seperti melodi yang damai. Aku sendiri mulai bosan dan berusaha mencari jalan keluar.

Aku sudah menemukannya. Tinggal menanti saat yang tepat. Seharusnya, merasa aman karena jeruji penjara aku dan dia terpisah dalam jeruji kerangkeng yang berbeda.

Namun, aku masih ingat. Malam itu ketika rasi Pleiades bersinar lebih terang dari biasanya. Aku yakin semacam ada perayaan besar di sana. Aku hanya menatap rasi itu dengan perasaan entah apa.

Bukan, bukan itu kejutan bagiku. Ketika aku menoleh ke seberang jeruji, aku melihatnya. Mata dia yang mulai terbuka. Perlahan-lahan. Menampakkan kengerian yang membuat hatiku seperti tertusuk logam perak langit yang masih panas dan baru saja ditempa.

Matanya bukan berwarna merah darah seperti tokoh penjahat yang sering muncul di film action jaman sekarang. Matanya berwarna hazel, dengan pancaran keunguan. Mata itu tengah menatapku dengan raut yang mengerikan dan tak bisa diartikan.

Dia bangkit dari posisinya. Sayapnya indah, bisa dipastikan berwarna gold. Kilauannya benar-benar berwarna emas. Tampak lembut dan eksotis. Tidak seperti sayapku yang Bulu-bulunya berwarna hitam legam dengan pucuk bulu yang berwarna putih. Sayapku memang akan tampak berkilau, tetapi tanpa kesan eksotis. Sayapku lebih mirip susunan logam perak langit dengan campuran intan hitam yang disusun menjadi sebuah sayap. Matanya juga indah buatku yang hanya memiliki mata dengan warna netral, hitam legam.

Nasib,nasib. Aku dulu berharap memiliki warna mata hijau zamrud atau emerad, bahkan seperti alexandrit. Aku tahu mataku akan tetap beriris hitam sampai kapan pun.
Aku hanya memandang malas ke arah makhluk itu. Rambut kecoklatannya memang acak-acakan menambah kesan monster. Namun, apa aku harus takut? Tidak. Aku tak pernah takut pada siapapun di galaksi ini. Maka, pantas aku di penjara ini.

Dia mendelik marah kepadaku. Aku hanya mengangkat bahu. Dia menggeram. Aku tahu siapa dia. Musuh Venus. Iblis Pluto, warisan dari sang Venus juga. Yah, membosankan. Setelah kuingat-ingat, Venus telah bereinkarnasi. Dia memilih dimensi Bumi.

Iblis Pluto adalah elemen ketujuh belas. Tak ada yang bisa mengendalikannya. Iblis Pluto ada untuk keseimbangan dunia. Begitulah, mengulang cerita yang membosankan.

Kalau Iblis Pluto terbangun, maka akan ada hal besar. Pemiliknya sedang menguat.
Zohrah, apa yang ingin kau lakukan kali ini?

Tanyaku dalam hati. Ketika semua ini tiba, aku tahu harus keluar dari penjara Akar Pohon Dewa ini. Lalu, pergi ke Bumi untuk menyampaikan pesan.

Aku mengepakkan sayap. Dan lenyap dalam sekejap. Melangsungkan perjalanan jauh ke dimensi Bumi.

Lamunanku selesai ketika aku berdiri di depan sebuah gerbang dengan desain kayu klasik dan penuh ukiran. Rumah Venus.Gerbang ini hanya berwujud dua lembar pintu kecil. Tak pernah terkunci, sehingga aku bisa langsung masuk menuju halamannya. Hanya satu kesan yang muncul dalam benakku. Indah.

Aku tak ingin berlama-lama, jadi aku langsung menuju terasnya. Di sana dua lembar pintu kayu dengan penuh ukiran bunga-bunga terlihat sangat mengesankan. Memberikan kesan klasik dan bersejarah. Tidak ada bel. Aku pun memutuskan mengetuk pintu itu.

Tok! Tok tok! Tok tok tok!

Dari dalam rumah terdengar bisik-bisik penghuninya. Sebentar kemudian seorang manusia laki-laki membukakan pintu untuk diriku. Aku sepertinya mengenal laki-laki ini. Dia selalu bersama Venus. Kurasa dia menyimpan rasa kepada Venus.

Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia sebenarnya terkejut melihatku, tapi dia mampu menyembunyikannya di depanku dengan baik. Aku berdeham, membuatnya membukakan pintu lebih lebar dan menyilakan aku untuk masuk.

“Terima kasih, aku ingin bertemu dengan Ferre,” Tepat setelah habis kata-kata itu keluar dari mulutku, dua orang lain yang ada di dalam kini muncul di depanku.

Aku tersenyum hangat, berusaha mencairkan suasana. Ferre pun mengangguk dan ikut duduk. Sementara dua laki-laki lainnya ikut duduk di seberangku.

“Maaf, kedatanganku telah mengganggu acara malam kalian. Aku ke sini untuk menyampaikan pesan yang mungkin sudah kadaluwarsa. Aku ingin kalian tahu, untuk memastikan bahaya yang akan terjadi. Tugasku hanya menyampaikan pesan, aku tidak terlibat tentang apapun,”

“Pesan tentang apa? Celetuk laki-laki bermata biru.

“Hmmn, anak muda aku sepertinya mengenalmu. Kau bagian dari dimensi lain, bukan?” Tanyaku. Dia terkejut.

“Dimensi lain?” Tanya laki-laki bermata hitam. Rupanya dia satu-satunya pribumi di sini.

“Hei, nak. Apa kau pikir dunia hanya sebatas tempatmu berpijak saat ini? Dunia begitu luas dan terbagi masing-masing menjadi beberapa dimensi yang berbeda tapi memiliki harmoni yang sama,”

“Kita langsung ke intinya saja. Apa pesan yang kau bawa?” Tanya Venus cepat. Oh, akhirnya aku mengerti. Ternyata dia masih menyembunyikan identitas kepada laki-laki bermata hitam itu.

Ferre mulai mendesis jengkel. Aku hanya menghela napas pelan.

“Ferre, ini masalah yang lebih besar. Bahkan ini sebuah pembalasan dendam yang sangat mengerikan. Aku bisa bilang begitu, karena aku tahu seberapa besar dendam Zohrah padamu,” Aku berhenti sejenak. Ini karena Ferre memasang wajah terkejut.

“Si-siapa kamu?” Tanya Ferre yang terdengar seperti keluhan.

“Sudah jelas, namaku Cicinda Candra Malam. Dalam peradaban sebelumnya aku dipanggil Malam oleh orang-orang. Namun, aku bukan dari pihak yang jahat atau pihak yang baik pula. Aku hanya seorang netral di pertengahan. Aku bebas, memberitahu apapun ke kedua pihak dan berhak memilih untuk tidak ikut campur sama sekali. Para dewa dan malaikat ataupun makhluk lain menghormatiku, bisa dikatakan takut kepadaku.

Asalku? Kau bertanya aku dari mana? Aku sudah ada bersamaan dewa dan malaikat. Namun tugasku berbeda. Namaku Malam, dan aku adalah pengawas, pengintai, pencatat, dan apapun itu,”

“Ti-tidak mungkin, aku bahkan tidak mengenalmu. Aku bingung,” Kata Ferre lirih. Dia menahan pusing di kepala.

“Aku baru saja membebaskan diri dari penjara Akar Pohon Dewa. Aku membawa sebuah pesan, kecil sekali ukurannya. Mata ketujuh belas telah bangkit. Si iblis merah telah membuka matanya. Aku melihatnya sendiri. Mata beriris ungu dengan lingkaran emas yang menakjubkan. Lalu, sayap-sayap emas yang juga mulai mengembang,” Kataku hampir berbisik.

“Astaga itu sangat berbahaya, bagaimana ini Ferre?” Si laki-laki bermata biru bertanya tidak sabaran.

“Aku tidak mengerti sama sekali,” Si laki-laki bermata hitam menggeleng pelan karena benar-benar tidak paham.

“A-apa yang harus kulakukan?” Tanya Ferre konyol. Aku menggeleng cepat, lalu tersenyum.

“Itu hakmu. Kau ingin melakukan apapun terserah. Tidak pun tidak apa-apa. Sebenarnya, yang dicari dan dibenci adalah kau sendiri Ferre. Begini, sebenarnya Iblis Merah atau Iblis Pluto adalah diri Zohrah yang sebenarnya. Jiwanya yang sesungguhnya. Ketika mereka bersatu, maka sesuatu yang besar akan terjadi.
Iblis Merah adalah wujud dari kekayaan dan kekuatan. Sedangkan Zohrah sendiri adalah wujud keindahan dan angkara.

Cocok sudah kalau mereka bersatu,”
“Aku harus melindungi Bumi dan teman-temanku,” Kata Ferre terbata-bata.

Setelah itu, segalanya diceritakan. Terungkap di depan seorang anak manusia bernama Agas. Tentang dimensi lainnya dalam dunia paralel.

~FatmaCahaya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top