07. Rencana Festival Sihir

Saat memasuki mobilnya, Riku langsung mengaktifkan auto pilot dan membenarkan kembali penampilannya, kemudian melihat jadwal yang harus dia lakukan hari ini.

"Hari ini jadwal ujian praktek sihir dan besok ujian tulisnya. Mari kita lihat sampai mana kemampuan mereka." Riku mematikan mode auto pilotnya dan melaju kencang menuju ReMa.

Karena Riku melajukan mobilnya dengan cukup kencang, hanya butuh 5 menit hingga ia tiba di ReMa, "Riku-kun, kenapa kau membawa mobilmu kali ini?" tanya Oogami Banri, guru olahraga, saat dia berpapasan dengan Riku di parkiran.

"Aku sedang ada pekerjaan lain senpai. Souka, apa Rinto-senpai sudah berangkat? Aku ingin bertemu dengannya." kata Riku lalu mereka berdua berjalan menuju ke ruang guru.

"Sudah, kau mau mengajar di perpustakaan? Bukannya kelasmu hari ini dan besok itu ujian ya?" tanya Banri lagi.

"Ya, aku akan mengajar di perpustakaan setelah ujian mereka selesai. Souka, apa ada pemberitahuan soal festival sihir tahun ini?" kata Riku menyisiri wignya yang cukup berantakan.

"Iya ada, festival sihir akan di adakan 5 hari lagi dan katanya akan ada perayaan besar-besaran di istana. Kau akan ikut kesana kan? Kita semua, baik guru maupun murid, di undang secara langsung oleh Yang Mulia Ratu." Banri menyerahkan surat dari kerajaan untuk Riku.

Riku mengambil surat berlambang kerajaan itu dan membaca dengan teliti. "Satu perwakilan para guru menunjukkan kemampuannya dan kalian memilih ku? Hah...baiklah akan aku lakukan, apalagi gelarku sebagai profesor dan penyihir hebat tidak akan lepas begitu saja karena gelar itu pemberian Yang Mulia Ratu tahun lalu." kata Riku saat membaca surat yang Banri berikan.

"Semangatlah Riku-kun, lagipula kau sudah pernah melakukannya bukan? Waktu 9 tahun yang lalu, saat kau masih menjadi murid." kata Banri menepuk pundak Riku sebagai tanda semangat.

"Itu benar!" kata Momo dari belakang dan itu berhasil membuat Banri melompat kaget tetapi tidak berhasil pada Riku yang mengetahui bahwa Momo akan mengejutkannya.

"Momo-senpai, ku mohon kurangi kebiasaanmu itu." kata Riku datar terhadap seniornya.

"Riku, kenapa kau selalu tidak terkejut seperti Ban-san?" kata Momo lesu.

"Karena langkah kakimu terlalu jelas di telingaku, senpai. Sudahlah, aku ingin bersiap untuk ujian praktek mereka." Riku pun mendahului seniornya dan langsung bersiap.

Saat perjalanan ke kelas, ia tiba-tiba saja merasakan sebuah bahaya akan terjadi, "Pengganggu ketenangan datang lagi. Kubah pelindung putih." satu sekolah langsung terlindungi sebuah pelindung yang beberapa saat kemudian langsung terjadi ledakan di luar pelindung.

"Tepat waktu, Akai Ryuu bantu aku." Riku mengatakan itu kepada Akai Ryuu menggunakan alat komunikasi yang menempel di telinganya. Riku pun lanjut berjalan menuju kelas 5-1 dan saat akan masuk, ia dikejutkan dengan keberadaan orang asing yang membuat murid-muridnya ketakutan.

"Kimi wa dare?" kata Riku dingin dengan aura pembunuh yang cukup kuat.

"Kau senseinya kan? Gomen ne sensei, aku...hanya ingin mengantarkan mu...ke neraka." orang itu menyerang Riku dari depan dan dengan santainya ia pindah ke belakang orang tersebut.

"He? Mengantarkan ku ke neraka? Jangan membuat lelucon, yang ada...aku yang mengantarkan mu ke neraka." Riku menaruh buku yang ia bawa di meja salah satu murid dan mulai melakukan peregangan.

"Kalian tutup mata! Atau lebih baik kalian keluar kelas sekarang!" seru Riku dan para murid pun berhamburan keluar kelas tanpa melihat ke belakang.

"Mengingat kau sebenarnya hanyalah remaja yang lugu dan polos aku tidak akan mengerahkan sihir tingkat militer." orang asing tersebut awalnya menyerang dengan sihir tingkat 3 hingga 5 tetapi Riku selalu bisa menangkisnya dengan tangan kosong bahkan Riku tidak bergerak dari tempatnya.

"Ti-tidak mungkin. Terpaksa aku menggunakan sihir tingkat militer kepadamu chibi-chan." dahi Riku berkedut kesal karena di panggil 'chibi' oleh orang asing tersebut.

"Aku bukan anak kecil! Usiaku 18 tahun! Berhenti memanggilku demikian!!" bantah Riku lalu ia menyerang orang asing itu dengan tangan kosong.

"Hah?! Bela diri tentara sihir, bagaimana bisa kau melakukannya!? Kau hanya pengajar amatir!!" seru orang asing tersebut sedikit panik.

Riku tidak peduli apa yang orang asing itu ucapkan dan mereka pun melanjutkan pertarungannya dan karena sudah terlalu lama, akhirnya Riku mengeluarkan sihirnya.

"Lama jika terus begini. Pedang petir." sebuah pedang yang berasal dari petir pun muncul di tangan Riku dan tanpa basa-basi ia menusukkan pedang itu ke jantung orang asing. Seketika orang itu tumbang di hadapan Riku dan pedang yang di tangan Riku menghilang.

"Yabai, beruntung aku tidak reflek menggunakan sihir tingkat tinggi ke atas. Aku bisa pingsan lagi dan Okaa-sama pasti memarahiku nanti." gumam Riku dan setelah mengurus jasad orang asing itu juga membersihkan dirinya, ia mengambil bukunya kemudian pergi mejanya kemudian memanggil murid-muridnya untuk masuk lagi dan memulai ujian seperti biasa seolah tidak terjadi apapun tadi.

Seusai semua murid selesai melakukan ujian, Riku mengumpulkan mereka dahulu sebelum pulang untuk memberitahukan perihal festival sihir.

"Baiklah, seperti yang kalian tahu jika 5 hari lagi adalah acara festival sihir dan sekolah kita diundang langsung oleh pihak kerajaan. Tentu sebagai kelas unggulan, kita harus menunjukkan prestasi kita pada sekolah lain yang mungkin juga hadir. Siapa yang akan mewakili kelas kita dalam perlombaan nanti? Kelas kita akan mengajukan 3 orang saja tahun ini karena sisanya akan di urus oleh kelas lain." kata Riku saat semua murid sudah berada di dalam kelas.

"Saya usulkan Izumi Otouto sensei." kata Gaku menunjuk pada Iori.

"Saya mengusulkan Takanashi-san sensei." sambung Kaoru mengangkat tangannya.

"Saya mengusulkan Kujou-san." ucap Iori.

"Oke, Iori-kun, Tsumugi-chan dan Tenn-kun, kalian akan mewakili kelas kita dan sisanya kalian tetap akan ikut serta saat upacara pembukaan. Dan seperti tahun lalu, kita akan melakukan atraksi yang sama tapi sensei kali ini akan ikut serta."

"Lusa, setelah ujian berakhir dan nilai sudah saya bagikan, kita gunakan waktu pelajaran untuk latihan. Besok kalian tetap fokus ujian tulis dan sisa 3 hari sebelum hari-h kita benar-benar berlatih agar Yang Mulia Ratu terkesan melihat kita." kata Riku.

"Ha'i sensei." Riku tersenyum dan mereka pun pergi ke lapangan untuk berlatih.

Hari ini satu sekolah kompak mengadakan latihan untuk festival sihir untuk 5 hari ke depan. Walau waktunya cukup terbatas, mereka berusaha sebaik mungkin agar dapat menampilkan yang terbaik untuk besok apalagi mereka akan tampil di hadapan Yang Mulia Ratu.

Saat menjelang malam, kelas 5-1 pulang paling terakhir dan Riku seketika teringat oleh janji temunya. "Carel, dasar dia itu. Aku beri dia tugas itu sudah 8 tahun yang lalu kenapa baru sekarang dia muncul." Riku pun masuk ke mobilnya dan melaju menuju bar yang biasa ia kunjungi.

Saat sampai di bar ia disambut ramah oleh seseorang yang akan ia temui, Carel, pelayan pribadi Riku dan juga sekaligus murid Riku.

"Riku-sama, saya sudah selesai menjalankan misinya." kata Carel sopan.

"Ya, tapi kenapa lama Carel?! Apalagi kau putuskan semua komunikasi, memang ada apa sih?" kata Riku sedikit kesal.

"Suku pedalaman tuan muda. Markas utama 'mereka' berada jauh di dalam hutan dan harus melewati sebuah desa milik suku pedalaman tuan muda." jelas Carel menunduk hormat.

"Baiklah, kita pulang sekarang. Aku ada undangan ke istana untuk mengikuti festival itu dan aku yakin para tentara sihir pasti akan berada di sana. Carel kau bisa menyetirkan?" Carel mengangguk dan Riku memberikan kunci mobilnya.

Sesampainya di rumah, Carel turun terlebih dahulu untuk membawakan barang Riku. "Carel kau siapkan air untuk berendam. Aku gerah." kata Riku saat turun dari mobil.

"Ha'i Riku-sama." mereka pun masuk ke dalam rumah bersamaan.

"Tadaima."

"Okaeri, are? Carel-kun, kau sudah kembali?" Carel mengangguk sopan lalu berlalu dari sana. Riku meletakkan tasnya di meja ruang keluarga dan merebahkan dirinya di sofa.

"Riku, setidaknya ganti bajumu dahulu." tegur Tenn yang sedang membaca buku.

"Nanti, souka ne Tenn-nii bagaimana bisa kau merapalkan sihir tingkat militer tadi?" ucap Riku bangkit dari posisi tidurnya.

"Itu karena sekolahku dahulu." jawab Tenn singkat tanpa mengalihkan pandangannya.

"Naruhodo, kabar itu benar ternyata." kata Riku melihat ke langit-langit rumah.

"Kabar apa Riku?" heran Takeshi yang datang membawakan Riku air.

"Soal Arfoni Gakuen. Kabar yang membuat telingaku sakit. Arigatou Otou-sama." jawab Riku kemudian meminum airnya hingga tandas.

"Maksud Riku-chan, kabar tentang pelajaran sihir militer yang di jadikan pelajaran utama itu?" tebak Rika yang baru saja selesai memasak.

"Bukan hanya itu, tetapi juga kabar jika semua muridnya secara tidak langsung diajarkan sihir jahat juga sihir terlarang melewati pelajaran sihir militer." raut wajah Riku mulai serius.

"Tapi yang Otou-san dengar, mereka sudah melakukan itu sejak berdiri. Tepatnya...." sambung Takeshi melirik ke arah Riku.

"8 tahun yang lalu. Ada yang aneh dengan sekolah itu, Otou-sama apa Arfoni gakuen akan datang ke istana untuk festival sihir?" kata Riku menatap gelas yang sudah tidak ada isinya.

"Mereka akan datang karena mereka juga salah satu tamu undangan selain sekolah kita." jawab Takeshi mengangguk.

"Tenn-nii pastikan mereka iri dengan kemampuan kelas unggulan kita. Dengan begitu, rahasia mereka akan terbongkar." Takeshi dan Rika memahami perkataan Riku kecuali Tenn.

"Riku-sama airnya sudah siap." panggil Carel lalu Riku pergi mandi dan berendam. 1 jam berlalu dan Riku kini sudah selesai mandi juga berendam.

"Carel, aku akan mengerjakan beberapa kertas di sini, jangan biarkan ada yang masuk tanpa izinku." kata Riku setelah berendam lalu ia melepas wignya.

"Ha'i wakarimashita Riku-sama. Saya akan berjaga di depan." Carel pun keluar dan Riku mulai mengerjakan kertas-kertas yang ada di meja kerjanya.

Tenn yang kebetulan sedang lewat pun bertanya kepada Carel yang baru keluar dari kamar Riku, "Carel-san, Riku ada di dalam?" tanya Tenn.

"Ha'i Tenn-sama, tetapi Riku-sama sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun." jawab Carel sopan.

"Ada apa ini?" tanya Takeshi yang baru naik bersama Rika.

"Apa Riku-chan sedang tidak ingin diganggu lagi?" sambung Rika menebak.

"Ha'i Rika-sama." jawab Carel sopan. Rika dan Takeshi menghela nafas bersamaan.

"Baiklah, pastikan jam 10 nanti dia tidur. Tenn, kau ingin tahu tentang Riku kan? Ayo ke ruangan ku." Takeshi berlalu dari depan kamar Riku dan pergi ke ruang kerja Takeshi disusul Tenn.

"Duduk Tenn dan maaf karena Otou-san hanya bisa menceritakan sedikit. Riku melarang kami menceritakannya secara rinci untuk saat ini, tapi kau siap mendengarnya kan?" Tenn mengangguk yakin dan Takeshi menceritakan sedikit apa yang terjadi selama Tenn pergi.

"Jadi, Otou-san rasa sebagian kau sudah mendengar kisah Riku dari murid-murid Riku bahkan mungkin para guru. Riku adalah alumni terbaik di ReMa karena dia hanya belajar selama 2 tahun di saat yang lain 5 hingga 7 tahun."

"Setelah lulus, Riku berlatih sihirnya hingga saat dia pergi ke London bersama Shira-chan dan Deryn-kun, entah apa yang terjadi di sana namun saat pulang, mereka membawa berita bahwa Deryn-kun meninggal. Kemarin lusa dia baru saja mengunjungi makam Deryn-kun bersama teman-temannya." jelas Takeshi yang sengaja menghilangkan beberapa aspek karena dilarang oleh Riku.

"Ya itu benar, apa kau menyadari kalau ada bau alkohol pada Riku-chan? Saat di makam dia dan teman-temannya minum sake bersama, ya ampun padahal dia masih 18 tahun. Saat mengeceknya di kamar, aku jadi teringat seseorang." ucap Rika dan melirik Takeshi yang pura-pura tidak tahu jika dilirik.

"Apa hanya ini yang bisa kalian ceritakan?" Takeshi dan Rika mengangguk.

"Gomen ne, Riku-chan sudah mengatakannya agar tidak menceritakan semuanya jika dia belum bercerita sendiri. Kau yang sabar jika ingin tahu Tenn-chan, sekarang tidurlah karena kau masih ada ujian bukan besok?" Tenn pamit tidur dan meninggalkan Takeshi juga Rika yang masih ada di ruangan itu.

"Aku tidak tahu apa yang Riku-chan lakukan saat mereka pulang dari London, tapi aku yakin dia begitu terpuruk mengingat berharganya sosok Deryn-kun. Kan Takeshi?" Takeshi membenarkannya dan mereka pun pergi tidur saat sudah memastikan Tenn dan Riku tertidur.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

Woah gomen ne minna, lama banget up book ini, biasa tugas numpuk. Masa' mau liburan, eh gurunya nge-spam tugas. Mana tugas nya kelompok-an. Hadehh...#curhat

Ya udah deh segini dulu, mata ne minna👋

23/04/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top