Bab 1 GANGGUAN KECIL

BAB 1

GANGGUAN KECIL

Suara kursi yang bergeser dan buku-buku yang dimasukkan kedalam tas membuat Jihan bernapas lega, akhirnya kelasnya hari ini sudah berakhir. Tidak ada jadwal sore lagi, ia bisa berbelanja keperluan bulanannya sekarang.

"Hari ini ada rencana apa?" tanya Diah.

"Aku mau belanja bulanan setelah itu pulang." Jawab Jihan.

"Bisa temani aku nggak? Aku mau ke rumah tenteku, kebetulan mama nitip sesuatu tadi." Kata Diah.

Jihan terlihat bepikir sebentar, "Oke, tapi setelah itu ante raku ke minimarket." Kata Jihan.

"Beres." Kata Diah menyanggupi.

Dan merekapun berangkat bersama, rumah tante Diah tidak terlalu jauh masih di dalam kota yang sama. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan mereka sampai di komplek perumahan mewah. Mobil Diah berbelok ke beberapa gang kemudian berhenti di depan sebuah gerbang hitam yang sangat tinggi. Diah turun membuka gerbang lalu kembali masuk ke dalam mobil. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Diah mengajak Jihan masuk ke dalam.

Semenjak memasuki gerbang rumah, Jihan merasakan energi negatif tapi tidak terlalu besar. Ia mengedarkan pandangannya ke halaman rumah itu,. "Ayo masuk." Ajak Diah setelah membuka pintu.

"Assalamualaikum, Tante." Panggil Diah begitu mereka sampai di ruang tamu.

"Waalaikumsalam, kamu sudah datang, Di."

Seorang Wanita muda yang sangat cantik turun dari tangga atas, ia mengegndong seorang anak laki-laki yang tampan, usianya sekitar dua tahun. Dan Jihan menemukan dimana aura negatif tadi berasal.

"Assalamualaikum, ponakanku yang ganteng." Seru Diah menyerbu ke arah Tantenya kemudian menggendong keponakannya turun ke bawah.

"Kamu sama temanmu?" tanya Tantenya begitu melihat Jihan.

"Iya, Tante. Perkenalkan saya Jihan, teman kampus Diah." Kata Jihan memperkenalkan diri dengan sopan.

Tantenya Diah menyambut uluran tangan Jihan dengan ramah, "Tante Fera, makasih ya sudah nemenin Diah kemari."

"Sama-sama, Tan." Balas Jihan.

"Ini bingkisan dari Mamamu?" tanya Tante Fera ke Diah sembari mengangkat kotak yang dibawa Diah tadi.

"Iya, Tan. Tan, kenapa Haris nggak bisa diam begini? kaya gelisah gitu." Kata Diah pada Tantenya.

Diah duduk disebelah tantenya sembari berusaha mendiamkan Haris, tapi Haris semakin todak bisa diam bahkan sekarang ia menangis kencang.

"Cup cup, kamu mau minum susu?" tanya Diah pada Haris.

Haris menggeleng, sembari terus menangis dan memanggil mamanya. Tante Fera mengambil alih Haris dari pangkuan Diah.

"Haris rewel sejak tiga hari yang lalu, tapi dia nggak demam atau batuk pilek. Tante juga nggak tahu dia kenapa, tiga hari kami semua kurang tidur. Haris akan semakin rewel kalau sudah enjelang maghrib." Kata Fera.

"Apa Tante sudah membawa Haris ke suatu tempat sebe;lum ia menjadi rewel seperti ini?" tanya Jihan.

Tante Fera tanpa memikirkan sesuatu, "Oh ya, Haris begini setelah kami pulang dari tempat pemandian yang ada di daerah ..... Tante baru ingat sekarang." Kata Fera.

Jihan mengangguk tanda mengerti,"Maaf apa saya boleh ke kamarnya Haris?" tanya Jihan.

Diah dan Tante Fera saling memandang.

"Boleh." Kata Fera kemudian.

"Kamu mau ngapain." Tanya Diah penasaran.

"Ayo, kita kesana sekarang." Ajak Jihan.

Mereka bertiga naik ke atas, kemudian masuk ke dalam kamar Haris. Haris sudah disiapkan kamar tidur sendiri, saat siang kebanyakan aktivitasnya dilakukan disana sedangkan kalau malam Haris akan tidur Bersama kedua orang tuanya.

Di dalam kamarnya Haris semakin histeris, ia memberontak dalam gemdongan mamanya. "Kamu kenapa, Nak? Haris mau apa saying?" kata Fera berusaha menenangkan putra kecilnya.

"Haris kenapa, Ji." Tanya Diah. "Kenapa aku jadi mernding gini sih?" lanjut Diah sembari memegang tengkuknya.

Jihan mengambil air mineral yang ada ditasnya. Ia membuka segelnya lalu membaca sesuatu, setelah itu ia meniup air mineral itu. Tangisan Haris semakin besar ketika Jihan mulai memercikkan air ke seluruh ruangan itu. Diah semakin bergidik begitu juga dengan Tante Fera, mereka berusaha menenangkan Haris.

Setelah selesai memercikkan air, Jihan berjalan ke arah Haris, Jihan menuangkan air itu ke tangannya lalu mengusap wajah Haris hingga ke ubun-ubunnya, setelah itu ia meniup kedua mata Haris. Haris yang memberontak dari tadi mulai tenang, tangisannya mulai reda dan ia memeluk mamanya. Fera dan Diah tersenyum lega, Haris sudah tidak histeris lagi. Jihan meletakkan sisa air mineral diatas nakas lalu mengajak semuanya turun ke bawah lagi.

"Apa yang terjadi? Dan apa yang kamu lakukan?" tanay Diah penasaran begitu meraka duduk di ruang tamu kembali.

"Ada makhluk ghaib yang mengikuti Haris, ia diikuti di pemandian. Makhluk-makhluk ghaib memang menyukai aroma anak-anak, kita harus selalu waspada dimanapun dan kapanpun. Jangan lupa berdoa apalagi memasuki daerah-daerah yang rawan akan hal itu. Aku sudah membersihkan kamarnya, Insyaallah tidak ada gangguan lagi. Nanti malam lakukan seperti apa yang kulakukan tadi, lakukan setiap menjelang maghrib selama tiga hari?" jelas Jihan.

Haris terlihat ceria lagi ia bermain-main dipangkuan mamanya. Fera tersenyum bahagai, "terima kasih, Jihan. Kalau nggak ada kamu, Haris nggak akan kembalii ceria lagi." Kata Fera.

"Terima kasih banyak ya, Jihan. Untung aku ngajak kamu tadi." Kata Diah.

Jihan dan Diah pamit dari rumah Tante Fera. Didalam mobil Diah kembali bertanya pada Jihan. Tadi Jihan belum menjawab pertanyaannya.

"Sejak kapan kamu bisa menangani hal-hal seperti itu?" tanya Diah.

"Sejak lama." Jawab Jihan acuh.

"Tunggu dulu, aku ingat kamu pernah memercikkan air seperti itu juga dikamarku, apa dikamarku waktu itu juga ada makhluk ghaibnya?" tanya Diah.

"Iya begitulah." Jawab Jihan.

"Aaaaaaaa."

"Diah." Seru Jihan terkejut mendengar teriakan Diah.

"Kenapa kamu nggak bilang." Kata Diah.

"Kalau kamu tahu saat itu, apa kamu berani tidur di kamarmu?" tanya Jihan sinis.

"Ya enggaklah, tapi setidaknya kamu bis amenemaniku dulu kan." Kata Diah.

Jihan mendengus, "Nggak mau.' Kata Jihan.

"Iiiihh kamu jahat banget sama aku." Kata Diah. "Terus, terus kamu bisa apa lagi? Kamu bisa melihat jin, hantu, setan, pocong dan sejenisnya, iya?" cecar Diah lagi.

"Iya, jangan bilang siapa-siapa, oke?" kata Jihan.

"Oke, tapi kamu keren, Ji." Puji Diah.

"Keren apanya, kamu mau kayak aku?" tantang Jihan.

"Enggak mau, iii takut." Kata Diah.

***

Jihan mendorong trolinya ke lorong camilan, ia memilih beberapa makanan ringan yang disukainya dan kopi instan. Saat berbalik tak sengaja ia menabrak troli seorang pria. "Maaf, saya nggak sengaja." Kata Jihan langsung.

Namun, saat matanya bersirobok dengan pemilik troli ia terpaku, entah kenapa ia tiba-tiba tidak bisa bergerak. Tatapan mata pria itu sangat tajam, wajah tampannya melihat sinis ke arahnya. "Kamu bisa hati-hati nggak?" kata pria itu dengan suara beratnya.

"Maaf." Kata Jihan lagi.

Lalu pria itu pergi begitu saja meninggalkan Jihan. Ada apa ini? Kenapa tubuhku tiba-tiba terasa kaku? Batin Jihan. Aura pria itu sangat berbeda.

"Jihan."

Panggilan Diah menyadarkan Jihan, perlahan ia mulai melemaskan tubuhnya.

"Kamu disini, masih ada yang mau dibeli?" tanya Diah.

Jihan menggeleng, "nggak ada.' Jawab Jihan.

Mereka mendorong troli ke arah kasir. Jihan melihat pria tadi keluar dari minimarket.

"Kamu ketemu dia nggak tadi?" tanya Diah mengikuti arah pandang Jihan.

"Hah." Kata Jihan.

"Namanya Bara. Dia kakak senior kita, orangnya memang dingin dan agak kasar. Tapi, karena dia cakep, banyak cewek yang mendekatinya. Bisa dibilang dia cukup popular." Jelas Diah.

"Owh." Hanya itu tanggapan Jihan. Dan mereka mulai membayar belanjaan mereka. Bara dan teman-temannya masih berada diparkiran Jihan dan Diah melihat sekilas lalu mengabaikan mereka, setelah memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil. Jihan dan Diah masuk ke dalam mobil.

Bara dan teman-temannya sudah keluar terlebih dahulu dari minimarket. Dan entah bagaimana, Diah terlambat menghentikan laju mobilnya saat berada di lampu merah dan akhirnya tabrakan itu tidak terhindarkan.

Bruk.

Mobil Diah menabrak mobil yang diam di depannya.. Jihan dan Diah tahu siapa pemilik mobil didepannya. "Mampus kita." Kata Diah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top