Bab 8: Tersesat

Amber terseret sampai ratusan meter ke dalam hutan. Ia sudah tidak bisa mengenali lagi dimana posisinya saat itu. Sesekali kepalanya tesentak lalu membentur akar pepohonan. Tubuhnya terguncang-guncang meluncur di permukaan tanah yang tidak rata. 

Wajah gadis itu sesekali mengernyit karena menahan perih dari bagian belakang tubuhnya yang bergesekan dengan tanah berbatu yang kasar. Ia tidak bisa terus menerus ditarik seperti itu. Pakaiannya tidak akan bertahan lama, kalau sampai robek, kulitnya bisa terkelupas karena diseret seperti itu. 

Benang yang menariknya menjerat dari pinggul sampai mata kaki, itu sebabnya ia tidak bisa memberontak. Tetapi, kedua tangannya yang masih terbebas berusaha mengatur arah ujung tongkat agar sihirnya tidak meleset.

Aku harus memotong benang sial ini! Amber melontarkan mantra pertama, "Boltzantium!" Bola api melesat dari ujung tongkat, tepat mengenai benang di mata kakinya, tetapi tidak menghasilkan efek apa pun.

"Tidak mempan?" Amber melotot saking kagetnya. Ia memutar otak, kalau benang itu tidak mempan dengan sihir elemen, mungkin mempan dengan tipe sihir lainnya. 

Amber menghunuskan ujung tongkatnya lagi, ia menahan napas agar serangannya tidak meleset. "Ventulus carpus!" Angin menebas seperti pedang, tetapi benang masih belum terpotong. 

"Aku lupa mantra ini juga pakai sihir elemen," ucap Amber dengan wajah cemberut. 

 Ia yang sudah menyerah dengan sihir mencoba meraih apa pun di sekelilingnya. Sekali ia berhasil menyambar akar tunggang yang cukup tebal, ia mencoba berpegangan pada akar tersebut. Tarikan benang itu berhenti untuk sesaat.

Amber berusaha menahan bagian bawah tubuhnya agar tidak tertarik, tetapi kekuatan benang itu seperti tidak ada habisnya. Ia berteriak mengumpulkan semua tenaganya. Terdengar suara patahan dari akar tunggang itu, mata Amber tampak putus asa saat melihat tangan kirinya terlepas dari pegangan akar yang patah. Tubuhnya kembali terseret di kontur tanah yang mulai menurun.

Amber melihat ada lubang besar di hadapannya. Di sekeliling mulut lubang itu banyak terdapat sarang laba-laba ukuran besar. Ada begitu banyak monster anak laba-laba di sana. "Apakah itu sarang Creature tadi?" Gadis itu bergidik ngeri, tubuhnya hampir sampai ke lubang.

Saat kontur itu makin landai, ia bisa melihat Creature berbentuk laba-laba raksasa, berdiri di atas sarang yang terbuat dari jaring-jaring berwarna putih. Creature itu memiliki delapan kaki berbulu, kepada berbulu dan tubuh berwarna hitam dengan garis-garis merah sampai ekor.

Amber tahu dirinya akan mati kalau sampai jatuh ke lubang itu. Ia mengangkat tongkatnya lagi sambil memikirkan mantra yang lain.   

"Acutum ferrum!" serunya. Dari ujung tongkat terbentuk partikel serbuk besi yang memadat menjadi sebilah pedang tipis, saat Amber mengayunkan tangannya, pedang di udara itu akhirnya berhasil memotong benang di kaki Amber. Ia lanjut mengayunkan pedang itu sampai memotorng semua benang di badannya.

Tubuh Amber berguling di jalan yang menurun, ia berpegangan pada salah satu tiang tumbuhan agar tidak terperosok ke dalam lubang. Kaki gadis itu masih bergetar saat ia mencoba berdiri, tubuhnya terasa sakit semua dan punggungnya perih. Pasti ada luka lecet di bagian belakang tubuhnya.

Amber melihat ke atas, lalu ke samping kanan-kiri, ia tidak mengenali tempat itu. Hanya ada pohon-pohon yang lebat dan beberapa tiang tumbuhan. Kabut di sana tidak terlalu tebal, tapi tajuk yang rapat membuat sekelilingnya tampak gelap seperti di malam hari.

Ketika Amber berbalik, ia mendengar suara raungan. Sesosok Creature lompat dari atas pohon. Itu adalah Creature berbentuk manusia laba-laba yang tadi dilawan kelompoknya. Sepertinya ia marah karena Amber berhasil melarikan diri. Amber berbalik, berhadapan dengan mahluk bertangan enam tersebut.

"Aku tidak takut padamu!" gertak Amber sambil mengacungkan tongkatnya. Creature itu lompat di udara sambil mengayunkan benang-benang dari jemarinya. Benang itu melebar dan melesat ke arahnya dengan cepat. Amber membentuk kotak dengan tongkatnya, "Imflemme caminus!" Kotak itu berubah menjadi dinding api dan membakar semua benang.

Amber berguling ke samping, ia melemparkan mantra petir ke arah Creature tersebut. "Stupefaciunt!" serunya.

Petir melesat dari ujung tongkat, menyambar Creature itu sampai terjatuh. Amber kira serangan itu berhasil, tetapi ternyata Creature itu masih sanggup berdiri. Creature itu berteriak memanggil bantuan, seketika dari atas pohon-pohon meluncur turun anak laba-laba dalam jumlah banyak.

Mahluk-mahluk kecil itu bergerak serempak mengepung Amber, beberapa bahkan sudah sampai di kakinya. Amber mengayunkan tongkatnya sambil melepaskan cahaya-cahaya dari api untuk menghempas mahluk-mahluk tersebut.

Tetapi sihirnya tidak mampu membendung mereka semua sekaligus, akhirnya tubuhnya tenggelam dikerumuni oleh anak laba-laba yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan.

Saat Amber kira dirinya akan mati, terbesit wajah ibunya. Ia tidak mau mati, ia tidak ingin melihat ibunya menangis. Ia tidak ingin ibunya menyambut peti mati berisi tubuhnya yang sudah dingin. Jangan menyerah, Amber! serunya di dalam hati.

Amber berkonsentrasi untuk memusatkan energi sihirnya, ia tahu sihir yang digunakannya berisiko, tetapi akan sepadan dengan hasilnya. "Ignis undamius!" teriaknya. Dari seluruh tubuhnya memencar gelombang api besar. Gelombang itu muncul beberapa kali dan membakar anak laba-laba serta tumbuhan di sekitarnya.

"Shield maxima!" Amber lanjut merapal mantra untuk menciptakan selubung setengah transparan yang kebal api, agar dirinya tidak ikut terbakar. Dari atas salah satu pohon yang terbakar, ia melihat Creature manusia laba-laba itu tampak bingung karena sekelilingnya dilahap oleh api.

Ketika manusia laba-laba itu memutuskan untuk kabur dengan melontarkan salah satu jaringnya ke pohon di dekat lubang, Amber langsung menghunuskan tongkatnya. Tidak akan kubiarkan kau lari!

"Ignisius pagiantum!" Dari udara tercipta percikan api yang membentuk beberapa bilah belati. Belati api itu melesat dengan cepat, menusuk tubuh Creature yang sedang mencoba kabur tersebut. Belati meledak, lalu membakar seluruh tubuh Creature itu sampai tak tersisa.

Amber menghela napas sembari menurunkan tongkatnya. Ia tidak percaya sudah berhasil mengalahkan Creature manusia laba-laba tersebut. Sebelum pertahanan selubungnya menghilang, gadis itu buru-buru pindah ke area hutan yang tidak terkena api.

Amber berjalan tertatih sambil berpegangan pada sebuah batang pohon. Napasnya tersengal, ia merasakan lemas seketika di tubuhnya. Menggunakan banyak mantra sihir, bahkan salah satunya mantra sihir tingkat tinggi membuat energi sihirnya terkuras. Ia masih bisa merasakan aliran energi sihir di tubuhnya, tetapi lemah. Kalau sampai memaksakan diri lebih dari ini, bisa-bisa ia pingsan.

Amber melanjutkan perjalanannya. Sambil melewati pohon demi pohon, pikirannya kembali pada pertarungan barusan. Creature itu tampak berbeda dari yang pernah ia hadapi sebelumnya. Ia terlihat lebih cerdas, berhati-hati dalam bertindak, dan sepertinya patuh terhadap Creature laba-laba raksasa yang ada di lubang itu. Ketika Amber diseret menuju mahluk tersebut, ia sadar kalau dirinya bagai makanan yang ditumbalkan untuk atasan si Creature manusia laba-laba.

Bahkan di dalam Shadow Grove pun masih berlaku hukum hirearki. Ia baru mengetahui hal tersebut. Informasi tersebut juga belum pernah dibahas selama masa pelatihan. Itu artinya, Amber mendapatkan pengetahuan baru tentang kehidupan para Creature di Shadow Grove. Andai ia membawa secarik kertas, ia pasti sudah menuliskannya agar tidak lupa. Informasi itu ia rasa cukup berguna untuk ditambahkan saat rapat Guardian of The Realm selanjutnya.

Jangankan membahas rapat, aku bahkan tidak tahu bisa kembali ke markas atau tidak. Amber melihat ke sekelilingnya sekali lagi. Ia tidak familiar dengan tempat tersebut. Ia tidak tahu yang mana arah Barat, Timur, Utara dan Selatan. Jika tidak tahu arah akan sulit baginya untuk menentukan jalan.

Saat sedang berjalan tiba-tiba kaki Amber amblas ke dalam tanah. Tanah itu retak lalu hancur seperti bubur. Amber terjun beberapa meter sampai tubuhnya menghantam permukaan yang berumput. Ia seperti berada di perut gua kecil yang gelap guilta. Ada secercah cahaya dari lubang kecil, Amber mencoba merangkak ke sumber cahaya tersebut.

Ia mencoba mengeluarkan kepalanya, tetapi lubang itu terlalu sempit. Saat Amber sedang mengeluh cara keluar dari sana, tubuhnya berguncang karena getaran hebat.

Ia berpegangan pada permukaan agar tubuhnya tidak terlempar-lempar ke udara. "Gempa bumi?" Awalnya Amber kira begitu, ia mencoba mengintip melalui celah lubang yang bersinar tersebut.

Cahaya tersebut ternyata berasal dari sebuah api yang besar. Di sekitar api itu tampak Creature berkeliling sambil menyembah beberapa kali. Ia tidak pernah tahu hal seperti itu bisa dilakukan para Creature yang biasanya tak berakal dan bertingkah seperti hewan liar. Amber bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, dimana sumber getaran terserbut.

Saat itulah mata Amber menangkap sesosok Creature raksasa—lebih besar dari Creature laba-laba yang dilihatnya di lubang. Kepalanya hampir menyentuh atap gua, tingginya mungkin mencapai 15 meter. Wajahnya mengerikan dengan dua taring besar mencuat dari sela-sela mulutnya. Tangannya ada empat, masing-masing berkuku tajam dan berwarna hitam. Matanya merah memancarkan cahaya seperti iblis.

"Tidak mungkin," gumamnya tidak mau mempercayai apa yang dilihatnya. "Colossal Creature?"  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top