Bab 6 : Kacau
Keduanya kini tengah menatap layar laptop masing-masing dengan serius, tak ada satu atau dua patah kata yang keluar dari mereka saking fokusnya.
Ruang rapat begitu mencekam sekarang ini, bahkan untung bernafas saja sulit.
Yaps. Hari dimana mereka akan berkencan gagal sudah dikarenakan hal mendadak ini.
Mereka bahkan harus membatalkan cuti mereka dan langsung bergegas ke Tokyo untuk hal mendesak ini.
"Kenapa kalian bisa kecolongan disaat kami tak ada? Kenapa kalian begitu ceroboh?" tanya Sasuke memecah keheningan,
Orang-orang yang ada disana menunduk takut, mereka hanya menatap meja rapat, tak bisa membuat alasan yang sedikit bisa meredam amarah sang general menager.
"Kami akan memperbaiki semuanya, kalian berusaha sebisa mungkin, kami akan terbang ke China besok untuk mengambil proyek yang gagal ini." putus Naruto akhirnya,
Sasuke yang setuju hanya mendengus.
Bukan masalah pekerjaan saja yang membuatnya kesal, tapi kencan mereka juga dibuat gagal karena kecerobohan anak buahnya,
Proyek yang mencapai 500 juta yen hilang begitu saja.
Pemecatan masal bisa terjadi jika mereka tak berhasil meyakinkan klien kembali.
"Aku minta pada kalian siapkan hati kalian jika kami gagal, proyek ini benar-benar harus didapatkan kembali!!" seru Naruto,
"Aku akan berbicara pada atasan, Naruto aku serahkan padamu." ujar Sasuke keluar dari ruang rapat.
•
"Naruto-san, nasib kami?" tanya salah satu karyawan dengan pandangan memelas,
"Persiapkan diri saja, bukan aku menakuti kalian, tapi ini kesalahan paling fatal, ini proyek cukup besar dan kalian membuat semuanya kacau." ujar Naruto memendam rasa kesalnya,
Sungguh. Mereka belum sampai tiga hari cuti tapi kejadian seperti ini terjadi.
"Ka-kami akan melakukan yang terbaik."
Naruto mendengus dan merapihkan dokumennya, "Rapat selesai, sampai jumpa lagi, entah berapa lama aku di China untuk membereskan kekacauan ini."
•
Hinata langsung mengejar Naruto saat wanita itu keluar ruangan,
Rapat tadi membuat kepalanya serasa mau pecah.
"Tunggu Naru, maafkan aku tak bisa mencegah kekacauan ini." ujar Hinata setelah bisa menyamakan langkah,
"500 juta, bisa kau bayangkan murkannya atasan pada kita, tidak pada Sasuke." keluh Naruto dengan nada khawatir yang terlihat jelas.
"Naru aku siap jika harus meminta uang pada ayah untuk mengganti kerugian." ujar Hinata sungguh-sungguh.
"Ah ya aku sampai lupa, kau itu Nona Hyuuga yang tak ingin memakai nama ayahmu meski perusahaan ini juga miliknya." Naruto mengangguk-ngangguk,
Sedangkan Hinata mengembungkan pipinya kesal.
"Aku serius Naru."
Naruto menepuk bahu Hinata dan tersenyum, "Kau pikir siapa aku? Aku yakin bisa mengembalikan klien kita. Do'akan aku."
"Do'akan yang mana ini? Lancar hubungan dengan klien, atau lancar hubungan dengan Sasuke."
Wajah Naruto memerah, temannya ini selalu saja menggodanya. Tapi berkat Hinata moodnya sedikit membaik.
.
.
Sasuke tersenyum melihat Naruto yang menunggunya didepan rumah, terlihat wajah wanita itu cemas.
"Sedang apa?" sapa Sasuke mendekat,
"Kau sudah makan? Aku memasak untukmu, ayo." ajak Naruto menarik lengan Sasuke menuju rumahnya.
"Kemana Hinata?"
"Pergi berasama Gaara, apa Kakashi-san murka?"
Sasuke duduk dikursi meja makan melihat Naruto yang sigap menyiapkan makan malam mereka,
"Menurutmu? Aku ini Uchiha Sasuke." ujar Sasuke bangga.
"Syukurlah. Tapi perjuangan kita sebenarnya adalah mengambil kembali kontrak itu, kita harus berhasil."
Sasuke mengangguk, dia berjalan menuju konter dapur dan memeluk Naruto dari belakang,
"Kenapa teme?"
"Aku butuh energi darimu, aku suka baumu." bisik Sasuke didekat leher Naruto.
"Tapi kita harus makan."
"Boleh aku menginap? Aku merindukanmu, kencan kita gagal karena masalah ini."
"Hmm... Tapi kau harus menyiapkan barang-barangmu untuk berangkat besok."
"Itu hal mudah,"
"Ba-baiklah, kau bisa menginap disini."
"Benar juga, aku tahu bagaimana mendapat restu ayahmu dengan cepat."
"Hm?"
"Hamillah."
•
•
Pagi hari yang cerah, tapi tidak dengan wajah Sasuke yang kini lebam di sudut bibirnya,
Tersangkanya tidak lain dan tidak bukan adalah orang yang kini dengan santai menikmati sarapannya tanpa terganggu.
"Kita langsung ke bandara dan jangan menatapku terus, makanlah." ujar Naruto santai,
"Hn."
"Wajahmu kenapa Sasuke-san?" tanya Hinata yang sedari tadi penasaran,
"Ada rubah liar yang memberontak." jawab Sasuke melirik Naruto yang sudah selesai dengan sarapannya.
"Cepat teme. Dan itu hukuman karena kegilaanmu," seru Naruto menarik kopernya,
"Hati-hati dijalan." Hinata melambaikan tangan saat keduanya pergi,
Dia berdo'a agar semuanya lancar.
Semuanya...
•
•
•
Sasuke membuang nafas, segenting apapun situasi Naruto masih sempat berfoto dibandara, update status, bahkan membuat video perjalanan.
"Naru setelah semua selesai kita lanjutkan kencan kita dan kencan kita akan dilakukan disini, jadi berhentilah dan tetap fokus." tegur Sasuke,
"Sebentar pemandangannya bagus."
Menyerah akhirnya Sasuke berjalan terlebih dahulu, mereka baru sampai di hotel dan memilih satu kamar dengan dua ranjang, bukan untuk modus hanya agar mereka merencanakan proyek bersama lebih mudah.
"Sasuke, nanti ada tempat yang ingin kukunjungi. Ingat daerah tempat wisata makanan yang kita liat? Aku ingin kesana."
"Ya. Tapi sekarang kita harus fokus,"
Naruto mengangguk dan membaca beberapa materi yang bisa mambantu agar proyek itu kembali pada mereka.
Semoga semuanya berjalan sesuai rencana mereka.
•
•
•
Sasuke tahu ada yang salah dengan Naruto. Dari mereka pertama memasuki hotel sampai akhirnya berhasil meyakinkan kembali klien agar bisa bekerjasama dengan mereka Naruto menjadi lebih diam dan ia tak tahu penyebabnya.
"Naru..."
"Kita bisa langsung berkencan bukan? Berjalan-jalan ketempat yang aku katakan?"
"Ah.. Ya, tapi kau baik-baik saja?"
Naruto menatap handphonenya sebentar dan mengangguk.
"Baiklah. Kita kencan ketempat yang kau inginkan."
Sungguh, dia ingin bertanya tapi sepertinya Naruto tak ingin membahasnya.
•
Naruto melihat-lihat toko baju, jajanan dan banyak hal tapi matanya seperti tak fokus, mencari hal yang membuat Sasuke penasaran.
"A-apa boleh kita makan disini?" tanya Naruto menunjuk sebuah kedai yang menyediakan makanan khas negara itu,
Sasuke mengangguk. Ahh dia penasaran dengan Naruto,
"Aku ingin memesan makanan yang direkomendasikan disini untuk kami berdua." pesan Naruto setelah mendapat tempat duduk.
"Naru aku penasaran sesuatu, kau berbeda dari kemarin saat kita sampai di hotel, apa yang kau pikirkan? Apa aku melakukan kesalahan?"
Naruto menyimpan handphonenya didepan Sasuke, "Aku melihatnya memasuki kedai ini saat aku didalam taksi saat perjalanan kita ke hotel, aku yakin akan bertemu dengannya disini."Naruto menutup wajahnya, ada isak disana dan sekarang Sasuke tahu alasannya.
Sebuah foto sedikit blur ada disana seorang pria yang harusnya mati, pria yang selalu menghantuinya, bayangan yang selalu ada disamping Naruto.
Hyuuga Neji.
"Maaf apa kau mengenal pria ini?" tanya Sasuke saat sorang pelayan melewatinya, menunjukan foto Neji.
"Tentu saja, dia suami pemilik kedai ini."
"Boleh aku tahu dimana dia, aku bukan orang mencurigakan, aku teman lamanya." jelas Sasuke saat pelayan itu menatapnya heran.
"Kebetulan. Mereka datang," tunjuk pelayan itu keluar kedai,
Naruto menatap arah luar,
Benar. Neji.
"Ne-neji..." panggil Naruto, berjalan keluar kedai menatap pria itu yang baru keluar dari mobil dengan seorang wanita,
"Maaf siapa kau?" tanya Tenten, wanita yang baru keluar dari mobil bersama Neji,
Naruto terdiam, menatap Neji yang terdiam.
"Maaf, suamiku tak bisa melihat, kecelakaan."
Tubuh Naruto rasanya akan jatuh namun ditahan oleh Sasuke dengan sigap.
"Naru, kau baik-baik saja?"
Pria yang dipanggil Neji itu mengambil tongkatnya dan berjalan melewati mereka.
Sasuke mengepalkan tangannya, menatap dua orang yang melewatinya.
"Kita pulang Naru."
Naruto menggeleng, "Apa kau lupa padaku atau pura-pura lupa? Kau tak ingin menjelaskan apa-apa? Aku selalu menunggumu, mereka mengatakan jika kau mati tapi aku tak percaya." seru Naruto.
Tenten terdiam.
"Bisa kalian ikut denganku tanpa buat keributan. Kita akan berbicara dibelakang kedaiku, disana kita bisa berbicara banyak hal." ajak Tenten.
•
•
•
"Maaf sebelumnya kalian dari Jepang benar?"
Sasuke mengangguk.
"Aku Uchiha Sasuke, dan ini Namikaze Naruto." jawab Sasuke karena Naruto sepertinya tak bisa diajak komunikasi, matanya selalu menatap Neji yang terus diam tak bersuara.
"Namaku Tenten, aku bertemu suamiku, maksudku Neji saat dia terluka parah, matanya kala itu terluka, aku merawatnya dan yahh kami sekarang suami-istri dengan banyak cerita."
"Kenapa kau tak melapor jika Neji bersamamu? Dia tentara negara kami, terlebih pasukan khusus."
Tenten mengangkat bahunya, "Dia tak ingin kembali ke negaranya dan negara sudah menyatakan jika dia meninggal di medan perang bukan?"
"Dia punya keluarga yang menunggunya disana."
"Neji mengatakan jika dia tak ingin kembali ke Jepang karena tak ingin bertemu dengan seseorang. Mungkin orang itu kau Nona."
"Dia tunangannya, dia selalu menunggu Neji pulang meski orang mengatakan jika pria itu mati." tunjuk Sasuke pada Neji.
"Kau kekasihnya bukan? Kenapa kau seolah mendukung jika Neji kembali? Bukankah kau mencintainya?" tanya Tenten pada Sasuke,
"Dia masih tak bisa melupakan Neji, fotonya selalu dia pajang disamping tempat tidur."
"Apa kau pernah melihat dibalik foto itu? Foto masalalu, seorang pria berambut hitam dan seorang gadis berambut pirang, tersenyum riang, itu pasti kau bukan Uchiha Sasuke?" Neji akhirnya bersuara,
"Benar. Aku tak mau menemui Naruto lagi, aku sudah muak. Aku berjuang akan hubungan kami tapi dia selalu memikirkanmu, aku bersyukur negara menyatakan aku mati, aku tak mau bertemu denganmu lagi."
Naruto terdiam.
Sasuke sudah tak tahan.
"Kita pergi Naru, tunanganmu sudah mati, didepanmu hanya ada pria brengsek yang lari dari kenyataan." ajak Sasuke, menarik Naruto lembut agar pergi darisana.
•
•
•
"Harusnya dia melupakanku dan menjalani hidupnya, dia sudah bertemu dengan pria yang tulus. Bukan begitu Tenten?" Neji membuka suara,
"Kau menyakiti hatinya Neji, jika saja kau melihat mata itu."
"Akan lebih menyakitkan jika aku terus bersamanya dengan kondisi yang tak sempurna seperti ini. Dia akan melupakanku sebentar lagi,"
"Hati wanita tak mudah sembuh."
•
Naruto hanya menatap jendela sesampainya di hotel.
Neji masih hidup... tunangannya...
"Kau belum makan semenjak keluar hotel, makanlah, kau bisa sakit."
"Besok aku akan menemui mereka lagi."
.
TBC
.
A/N : Aku sudah tidak bisa menulis lagi sepertinya. Terlalu sulit, kemampuan menulisku seolah hilang tanpa alasan, atau aku mungkin kurang berusaha, tapi aku akan mencoba tetap menyelesaikan semua ceritaku secara perlahan. Jujur alur ini memang sangat cepat, aku merasakan itu saat menulis, aku ingin merubah gaya penulisanku setelah semuanya selesai. Terimakasih dan sampai jumpa lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top