Chapter 02

Super Akja Academy...

Bangunan sekolah ini telah di renovasi. Area nya pun menjadi semakin luas dengan terdapat lingkaran di tengah-tengah gedung sekolah.

Pohon-pohon hijau tumbuh rimbun di setiap sisi jalan. Gedung berwarna cokelat menjadi warna dominan.

Seorang pemuda memakai hoodie ungu yang menutupi kepala serta wajah yang tertutup masker. Hanya bagian sepasang mata saja yang terlihat.

"Mereka lama sekali," gerutu pemuda itu.

Menghilangkan rasa bosan menunggu, ia memainkan sebuah pisau lipat. Di beberapa sudut pisau terdapat bercak darah yang sudah mengering.

Bugh!!

Sebuah pukulan hampir mengenai wajah pemuda itu. Pemuda tersebut memiliki refleks gerakan yang bagus. Ia mundur ke belakang untuk menghidari pukulan.

"Gerakanmu cukup bagus." ucap wanita yang memakai pakaian serba hitam. Ia bergaya sedikit tomboi.

"Kau lagi... Apa tidak bosan menggangguku terus?" tanya pemuda itu santai. Ia menyimpan pisau lipat miliknya di balik saku celana.

Wanita serba hitam itu menyeringai kecil. Tiba-tiba saja ia menendang pemuda tersebut. Pemuda hoodie menyilangkan kedua tangan untuk menahan tendangan.

Tak sampai di situ, wanita itu melakukan gerakan memutar lalu menendang kembali. Pemuda hoodie agak kewalahan. Tubuhnya sedikit terdorong ke belakang.

"Hei... Di area sekolah tidak boleh berkelahi." seru wanita berambut cokelat panjang. Ia memakai seragam sekolah dengan atas kemeja putih dan rok berwarna biru selutut. Tas miliknya ia genggam kuat.

"Tch! Muncul ketua kelas tak berguna." cibir wanita serba hitam.

"Allyn! Jaga bicaramu!" sahut wanita yang ternyata menjabat sebagai ketua kelas.

Pemuda hoodie menatap kedua wanita di depannya dalam diam. Ia masih merasakan sakit di kedua lengannya. Serangan Allyn semakin lama semakin kuat pikirnya.

"Alardo, kita lanjutkan pertandingan ini nanti." kata Allyn menatap tajam pemuda hoodie yang bernama Alardo. Ia pun melangkahkan kaki meninggalkan keduanya. Sesekali ia melirik benci ke arah wanita itu.

"Aku tak peduli." balas Alardo cuek.

"Fiuhh... Untung saja aku datang tepat waktu." ucap wanita yang menjabat ketua kelas. Ia menghela napas lega.

Alardo kembali memainkan pisau lipatnya. Ia tak terlalu mempedulikan wanita di sebelahnya.

Terdengar suara langkah mendekat. Wanita bersurai violet berjalan dengan gaya yang angkuh.

"Ternyata yang mengganggu ketenanganku kalian, Asuna dan Alardo." kata wanita itu tersenyum menyebalkan.

Asuna yang ternyata sang ketua kelas hanya tersenyum tipis. Ia melangkah mendekati wanita tersebut.

"Maaf ya, Fia." ucap Asuna lembut. Ia hampir saja memegang pundak Fia, namun segera di tepis olenya.

"Jangan menyentuhku!" seru Fia penuh amarah.

Asuna hanya diam. Ia diam-diam mengeluarkan sebuah anak panah berukuran kecil dari dalam tasnya.

Fia tiba-tiba menunduk cepat sebelum anak panah menancap di bahu kanannya. Ia menegakan tubuh kembali setelah di rasa aman dari jangkauan Asuna.

"Ahh... Sayang sekali aku tak jadi melukai bahumu itu." ujar Asuna sedih. Ia mengenggam anak panah yang di ujungnya ternyata dilapisi racun.

"Kau mau mencari gara-gara denganku! Takkan semudah itu membunuhku!" seru Fia menatap tajam Asuna.

Alardo yang daritadi hanya memainkan pisau lipat mulai tertarik. Ia menyeringai kecil.

"Sekolah ini memang sarangnya pembunuh dan... aku suka sekali." ucap Alardo seringainya bertambah lebar.
.
.
.
.

Seorang pemuda dan wanita berjalan beriringan di lorong sekolah. Keduanya nampak sibuk dengan dunia sendiri.

"Hmm... Hari ini jadwalnya tidak terlalu padat." ucap wanita bertubuh proposional. Ia masih memakai pakaian bergaya idol di Jepang. Ekspresi wajah yang ceria tak memungkikan ia menjadi salah satu bagian murid pembunuh di sekolah tersebut.

Tiba-tiba seorang guru tak sengaja menabrak bahu sebelah kiri wanita itu. Ia hampir saja terjatuh bila tak memiliki keseimbangan yang bagus.

Wanita itu menunduk. Entah ia merasa kesakitan atau biasa saja.

"Maaf ya, saya sedang terburu-bu-,"

Jleb!

Sebuah gunting besi menancap tegak di area leher sang guru. Darah langsung merembas keluar. Kedua bola mata sang guru melotot lebar dan mulut yang terbuka.

"Kalau lihat jalan tuh pakai mata!" seru wanita itu penuh amarah.

Bruk!

Tubuh sang guru terjatuh ke lantai cukup keras. Cairan kental berwarna merah membasahi lantai.

"Eehh!"

Pemuda yang daritadi terdiam cukup terkejut melihat tubuh sang guru tergeletak di bawah. Ia terlalu mendalami pikirannya hingga cairan sejenis lendir keluar dari mulut sang pemuda.

"Aaa... Gara-gara kau, gadis manis kesayanganku hilang. Kau harus tanggung jawab... Iasha!" kesal sang pemuda. Ia sampai mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Dasar Al-baka! Kau lolicon menjijikan!" seru Iasha melangkah mundur menjaga jarak.

"Iasha... Kamu jahat sekali kepadaku." balas Al pemuda berpakaian hitam.

Ia pun menangis di pojokan. Suasana menjadi suram.

Suara langkah kaki kecil mendekat. Sesekali ia bersenandung kecil mengikuti irama lagu.

"La... La... La... Aku ingin begini... Aku ingin begitu..." ucap gadis kecil ceria.

Ia melangkahkan kaki melihat kedua orang yang tak asing di depannya. "Hai Al-nii... Iasha-chan..." sapanya.

Al sangat mengenali suara itu, seketika suasana yang sebelumnya suram menjadi cerah kembali. Ia langsung berlari kencang ke arah gadis kecil tersebut.

"Ahh... loli ehh Ai-chan..." ujar Al bahagia. Seakan background  di sekitarnya menjadi merah muda dan bentuk hati yang melayang.

Al lantas ingin memeluk Ai, nama si gadis kecil. Namun, tiba-tiba sebilah pisau tajam sudah dalam posisi lurus berada di kedua tangan Ai.

"Aaa... Seperti biasanya kau terlalu kejam kepadaku." kata Al berhenti berlari. Ia tak ingin pisau itu menancap lurus ke dadanya.

"Hehehehe... Aku hanya menjaga diri saja kok, Al-nii..." balas Ai tersenyum lebar.

"Ayo kita pergi!" seru Iasha kesal.

Iasha yang sudah tak tahan dengan drama yang di buat Al langsung menarik paksa tubuhnya. Kedua kembali melangkahkan kaki menuju ke gedung aula untuk berkumpul. Al hanya bisa pasrah di seret oleh Iasha. Hidungnya menjadi mimisan ketika melihat Ai si gadis loli tersenyum manis padanya.

"Indahnya... senyum manis Ai-chan," gumam Al.

Ai menyimpan kembali pisau miliknya ke dalam tas kecil. Ia pun mengikuti kemana kedua orang itu pergi, sesekali bersenandung kecil.

"La... La... La... Aku ingin sekali... Membunuh Al-nii..." ucap Ai senang.
.
.
.
.
.

Yuhuuu....

Chapter 02 sudah update nih...

Kali ini saya kembali mengenalkan beberapa karakter yang berada di berbagai cerita Super Akja Academy. Hmmm.... Alasannya karena mereka cukup menyakinkan :v

Sekian deh dari saya, silahkan membaca dan jangan lupa vomment ya guys!!

"Sampai jumpa, Kuma..." Kumatobi melambaikan tangan dengan sebilah pisau di tangan. 😱😱😱

Thanks to allynscarleta aliffia_mutia MAlfharizy IA_Feuer moizyrav SanayukiSanna

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top