34 Reuni
Di Markas The Killers...
Pemuda berambut blonde berjalan tergesa-gesa. Ia melangkah cepat hingga berhenti di depan sebuah pintu besi.
Srek!!
Pintu besi itu pun terbuka. Nampak seorang gadis kecil tengah mengucek-ngucek matanya. Gadis kecil tersebut baru saja bangun dari tidur siangnya selama kurang lebih 5 jam.
"Ada apa Raka?" tanya Ai bernada serak.
"Aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat." jawab Raka tersenyum.
Ai yang mendengar kata 'mengajak' tersenyum lebar, bahkan ia sampai melompat-lompat kecil. Betapa senangnya ia dapat keluar dari markas ini.
"Hore!!" jeritnya kencang.
"Sebaiknya Ai bersiap-siap. Aku akan menunggumu di ruang santai." kata Raka. Ia mengelus puncak rambut AI perlahan, lalu melangkah pergi meninggalkan gadis kecil yang masih melompat-lompat.
Ai pun langsung masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Ia sudah tak sabar untuk menikmati pemandangan di luar selain markas saja.
Raka sudah berada di ruang santai. Beberapa menit menunggu, akhirnya orang yang di tunggu telah datang. Ai berjalan menghampiri Raka dengan ceria. Penampilan Ai yang agak berbeda menambah kesan ceria dan menyenangkan.
"Sudah siap?" tanya Raka.
"Sudah. Ayo kita berangkat sekarang!" jawab Ai lantang.
"Oke, ayo berangkat." balas Raka tersenyum tipis. Keduanya segera melangkahkan kaki menuju ke luar markas. Entah Raka akan mengajak Ai kemana, yang terpenting Ai bisa terbebas itu sudah cukup baginya.
"Semoga mereka sudah datang." gumam Raka. Ia bergandengan tangan dengan Ai. Kalau dilihat dari jauh seperti Kakak yang berjalan bersama dengan sang Adik.
Di sebelah tangan kiri Raka terdapat kapak berwarna merah. Kapak itu sudah terlihat banyak noda darah merah yang sudah kering.
Bakat Atlet Basketball yang di sandangnya tak membuat ia dapat dengan mudahnya menggunakan kapak. Karena kapak merah itu adalah senjata untuk membunuh.
Sementara Ai yang berbakat dalam Hipernemnsia dapat mengingat hal apapun dengan baik dan cermat. Ai menggunakan kemampuan itu untuk membunuh seseorang yang menurut dirinya menyebalkan.
Kedua menggunakan mobil sebagai kendaraan. Mobil merah melaju cepat ke dalam area jalanan yang sudah malam.
.
.
.
.
Alardo kini sedang berhadapan dengan salah satu anggota Hero Fantasy yaitu seorang dokter muda. Ia menatap santai seakan hanya masalah kecil saja.
"Bisa kau menyingkir dariku." ucap Alardo santai. Kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana.
"Mungkin... Jika kau mati di tanganku!" seru sang dokter muda yang bernama Aoki.
Aoki terlebih dahulu menyerang. Ia menggunakan pisau bedah yang biasanya digunakan untuk membelah di ruang operasi.
Syut!!
Syut!!
Serangan dari Aoki dapat dengan mudah dihindari oleh Alardo. Ia bergerak ke kanan ke kiri mengikuti serangan. Malah terlihat Alardo seperti tengah bermain-main saja, nampak dari ekspresi yang sangat santai.
"Sudah selesai kah?" tanya Alardo menaikkan satu alis mata.
Aoki terlihat kesal dan marah. Ia tak suka dipermainkan oleh lawan termasuk sang Kakak senior dulu di SAA.
Tiga buah pisau bedah yang terselip di balik jaket ia lempar. Kilatan besi melaju cepat mengarah ke Alardo.
Satu pisau bedah berhasil ia halau dengan menendang menggunakan sepatu dan tertancap di tembok. Masih tersisa dua lagi pisau bedah yang menghampirinya.
"Ini mudah bagiku." kata Alardo menyeringai tipis di balik masker. Ia berlari cepat ke arah langsung senjata tersebut.
Pisau berukuran kecil ia gengam di tangan kanan. Benturan besi terdengar jelas. Yap! Ia berhasil mengenai satu buah pisau bedah.
Jleb!!!
Pisau bedah berhasil mengenai lengan kanan Alardo. Tetapi Alardo tak menghentikan laju larinya, malah semakin cepat.
"Cih! Jangan banyak gaya!" seru Aoki geram.
Tiba-tiba Alardo sudah berada di depannya. Satu goresan mengenai lengan kanan Aoki. Lalu di tambah tendangan maut dari sang lawan.
Bugh!!!
Tubuh Aoki menghantam keras tembok. Mungkin ada beberapa tulang yang retak maupun patah.
Alardo menatap Aoki santai. Ia menyimpan kembali pisau kecil miliknya. Sang pria yang memiliki bakat Assassin tak dapat dipungkiri lagi dalam hal membunuh atau membuat lawan bertekuk lutut di hadapannya.
"Kau membuang waktuku saja." kata Alardo dingin. Ia menendang perut Aoki, kemudian melangkah pergi meninggalkannya merintih kesakitan.
Setelah kepergian Alardo, Aoki mencoba berdiri namun tak mampu. Ia menatap penuh amarah dan benci yang terpancar jelas di kedua bola matanya.
"Akan ku ingat perbuatanmu ini!" serunya setelah kedua mata tertutup rapat.
.
.
.
.
Sonia sang mantan murid berbakat yang menyandang gelar drakula menatap seorang wanita di balik gelapnya malam. Senyum misterius terpatri di bibir indahnya.
"Aaa... Tanpa kuduga mangsa yang tidak kutunggu datang kemari." kata Sonia.
Tiba-tiba ia sudah menghilang di balik kegelapan. Entah kemana ia akan muncul menggunakan kecepatan yang tak kasat mata.
Di dalam rumah tua...
Keempat orang mengendap pelan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Mereka mencoba keluar dari tempat persembunyian tanpa ketahuan oleh musuh.
"Cepatlah kalian!" seru Gaku pelan. Ia berada di posisi depan, lalu dua wanita di tengah serta pria bangsawan di belakang.
"Ini juga sudah cepat!" sahut Mayumi ketus.
Gaku dan Mayumi sudah berjalan cukup jauh. Keduanya tak menyadari yang lainnya. Tersisa Yuki dan Azriel yang terlihat mengobrol sebentar.
"Ada apa Azriel?" tanya Yuki bingung. Ia memiringkan kepala yang terlihat seperti wanita yang lugu.
"Hmmm.... Aku ingin... kau menjadi bawahanku." jawab Azriel. Tatapan matanya yang fokus ke bola mata Yuki begitu memikat. Yuki sendiri terasa terhipnotis.
"Bagaimana?" tanya Azriel menyeringai.
"Baiklah, Tuanku." jawab Yuki datar.
Azriel terlihat senang. Ternyata ia menggunakan bakatnya yaitu Manipulatife. Dimana bakatnya mampu membuat seseorang terhipnotis dan menurut kepadanya.
"Sebaiknya kau ikut denganku. Aku akan memperkenalkan dengan teman atau musuh, semacam reunian." jelas Azriel.
Ia melangkah kaki menuju pintu utama. Yuki mengikuti dari belakang, pikiran dan tatapan mata yang kosong serta tubuhnya kaku macam boneka.
Setelah beberapa menit berjalan, keduanya sudah sampai di luar rumah tepatnya di depan. Seseorang telah menunggu kehadiran mereka.
"Maaf membuatmu menunggu cukup lama." kata Azriel santai.
"Hmm... Tak masalah." jawab Sonia. Ia melirik ke arah Yuki.
"Jangan melihat bawahanku seperti itu!" seru Azriel datar.
"Bawahanmu begitu lezat. Bolehkah aku mencicipi darahnya sedikit saja." ucap Sonia menjilati bibirnya. Kedua taring sudah muncul di deretan gigi miliknya.
Azriel menatap tajam Sonia. Ia tak ingin boneka atau bawahannya terluka sedikitpun, sebelum ia memanfaatkan kemampuan Yuki.
"Tidak boleh sama sekali." tolak Azriel tegas.
Sonia tersenyum miring. Malam ini ia tak berhasil mencicipi darah Yuki. Padahal ia begitu tertarik setelah mencium aromanya.
"Tch! Dasar pelit!" gerutu Sonia.
Mereka pun memutuskan untuk pergi. Ketiganya menghilang di balik kegelapan malam tanpa ada yang menyadari.
.
.
.
.
Pemimpin organisasi Stray Hunter tengah berjalan seorang diri. Setelah ia melakukan aksinya bersama Seyna membuat kekacauan ibukota Tokyo dengan dua bom yang meledak hebat.
Eviuren. Itulah nama sang pemimpin organisasi tersebut. Ia melirik ke arah jam tangan yang menunjukkan pukul 19.00 malam.
"Ahh! Pasti mereka sudah menunggu lama." ujar Eviuren.
"Semoga mereka tidak marah kepadaku." lanjutnya tersenyun tipis.
Kemanakah perginya Eviuren?? Pasti orang-orang atau anggotanya mengira ia akan bertemu dengan kolega. Ternyata semua salah.
Eviuren akan pergi ke suatu tempat, dimana para mantan alumni SAA akan berkumpul. Bisa dibilang seperti reunian kecil.
"Motor itu lumayan bagus dan cocok untukku." ucap Eviuren. Ia pun segera menaiki motor sport berwarna merah. Entah pemiliknya pergi kemana, meninggalkan motor yang harganya sangat mahal.
"Terima kasih." gumamnya di tengah lajunya kendaraan.
Eviuren mengendarai motor sport dengan handal. Pedang miliknya tergantung di belakang punggungnya. Terlihat ada percikan darah yang masih baru.
Di tempat Eviuren mendapatkan motor tersebut. Seseorang pria terkapar di pinggir jalan. Di sekelilingnya terdapat gumpalan darah merah segar.
Ternyata Eviuren telah membunuh pria tersebut menggunakan pedang miliknya. Ia termasuk salah satu mantan murid SAA yang terkenal akan bakatnya dalam ahli pedang.
.
.
.
.
.
Jeng! Jeng! Jeng!
Keenam mantan murid berbakat SAA angkatan berapa saya lupa tengah menuju ke suatu tempat. Dimana mereka akan berkumpul untuk mengadakan semacam reunian kecil.
Bagaimana di saat mereka bertemu? Apakah akan pertumpahan darah kembali?
Jika penasaran, mari ikuti terus kelanjutan dari cerita ini hehe :v
Selamat malam dan selamat membaca guys!!!
Thanks to: Taiki_Huda ZahraSyaharani allynscarleta M_Nawawi Blckdragon_ SanayukiSanna
yuuri_ndin02 IA_Feuer AoiNisaa Yume_Night
(01/03/2019)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top