06 Kekuatan Aneh (2)
Riki sudah berada di dalam kamar. Ia merebahkan diri di kasur empuk berukuran queen size.
Sekilas terlihat untuk ukuran kamar asmara milik Riki begitu besar dan mewah. Fasilitas di dalam kamar pun terbilang cukup lengkap.
"Hari ini begitu melelahkan," keluhnya.
Ia mengangkat tangan ke atas. Sebuah simbol berbentuk segienam berwarna merah terlihat di telapak tangan kirinya.
"Ehh... Simbol apa ini? Sejak kapan aku memiliki simbol ini?"
Beberapa pertanyaan keluar dari mulut Riki. Ia heran dengan simbol aneh yang terdapat di telapak tangan kiri.
"Ini aneh sekali," gumamnya.
Tak sengaja telapak tangan kiri Riki menyentuh tembok. Hal aneh mulai ia rasakan.
Seketika sebagian tangan kirinya berubah menjadi batu. Tembok di kamarnya memang terbuat dari bahan batu bukan dari triplek.
"Ke-kenapa ja-jadi seperti i-ini?"
Riki langsung bangkit berdiri. Ia menatap cermin di sebelah kasur.
"Wahhh!!!"
.
.
.
.
Al yang baru saja selesai mandi sedang mengeringkan rambutnya. Kaos polos berwarna hitam dan celana pendek yang ia kenakan saat ini.
"Kau memang tampan." puji dirinya sendiri menatap cermin. Narsis. Salah satu sifat terpendam Al.
Ada hal istimewa di dalam kamar milik Al. Berbagai macam poster menempel di setiap sudut dinding ruangan.
Memang bakat dan julukan untuk Al sangatlah tepat. Sang Lolicon. Posternya memiliki macam gambar dari gadis kecil memakai pakaian renang, berkebun hingga menyanyi.
"Aku tak sabar ingin bertemu dengan Zahra besok." ucap Al.
Setetes cairan berwarna merah keluar dari lubang hidungnya. Saat ini ia tengah membayangkan Zahra sang gadis loli berpakaian ala pelayan. Ia membawa sebuah nampan berisi buah-buahan segar.
"Kawaii..."
Bayangan indah Al hilang dalam sekejap. Sebuah teriakan dari kamar sebelah telah membuyarkan lamunan indahnya.
"Arghh!!" seru Al kesal. Ia sampai menjambak rambutnya keras.
Ia melangkahkan kaki menuju ke pintu. Ia buka pintu kamarnya, lalu menutup kencang.
Al kembali berjalan ke sebelah kamar miliknya. Ia sudah berdiri di pintu yang bertuliskan nama 'Riki Prasetya'.
"Kau sudah mengangguku kawan." geram Al.
Saat ia akan mengetuk pintu. Tubuhnya sudah terpental menabrak dinding asrama. Bunyi dentuman keras berasal dari tubuh Al.
Pintu kamar Riki telah rusak. Sosok pemuda berdiri di sana.
"Oh tidak! Pintu kamarku rusak." ujar sosok itu terkejut.
.
.
.
.
Di belakang asrama sekolah. Terlihat seorang pemuda tengah berlatih menggunakan sebuah pedang sungguhan.
Rambut cokelat madu berayun mengikuti gerakan sang pemuda. Peluh keringat sudah membasahi wajah dan sebagian bajunya.
Ia merupakan salah satu murid berbakat kelas XA yang memiliki julukan sang ksatria. Erix Arthur. Pemuda berasal dari negara Brithania.
"Latihan hari ini cukup sampai di sini." ucap Erix. Ia mengatur napasnya sejenak.
Setelah dirasa cukup, ia memilih duduk di bawah pohon. Suasana malam begitu hening dan damai.
Cahaya bulan sebagian menerangi wajah Erix. Pedang miliknya ia taruh di sebelahnya.
"Kekuatanku saat ini terasa singnifikan semenjak simbol aneh muncul di bahu kananku." kata Erix. Ia melipat sebagian bajunya hingga terlihat simbol segienam berwarna merah berada.
Ia baru menyadari setelah dirinya membayangkan mempunyai sebuah bayangan dirinya yang dapat bergerak. Selama bersekolah di Bogor, ia belum menemukan lawan tandingnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan peristiwa batu meteor itu?"
Ternyata tak hanya Riki saja yang melihat peristiwa itu. Sebagian murid mengalami hal yang sama.
Erix memejamkan kedua matanya. Setelah itu, ia buka secara perlahan.
Muncullah sosok bayangan yang mirip dirinya. Bayangan itu menatap Erix dengan pandangan kosong.
"Aku harus menyembunyikan kekuatan aneh ini dan mengendalikan sepenuhnya bayangan ini." tekad Erix.
.
.
.
.
Iasha memandang malam di balik jendela. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya sejak ia kecil.
Pikiran dan perasaan yang rumit seharian menghilang dalam sekejap saat memandangi malam. Sinar rembulan memancarkan cahaya yang tak begitu terang.
"Aku sangat merindukan Mama." ucapnya. Tak terasa airmata jatuh membasahi pipi.
Ia membiarkan airmatanya terus mengalir. Hanya dengan ini ia dapat nenghilangkan kerinduan.
"Andai saja aku bisa berada di tempat Mama sekarang berada. Aku pasti akan senang."
Iasha memejamkan mata. Tak terasa sebuah simbol segienam muncul di leher.
Ia membuka matanya. Tiba-tiba ia berada di suatu ruang. Ia pun terdiam.
"Bukankah ini di rumah?"
Satu pertanyaan keluar yang menandakan keadaan Iasha saat ini.
.
.
.
.
Satu hari telah berganti. Suasana kelas X-A begitu sunyi.
Tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Murid-murid kelas X-A terdiam sibuk dengan pikirannya sendiri.
Bel masuk juga telah berbunyi. Ibu Guru yang mengajar Bahasa Inggris sudah memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-an-...,"
Ucapan Ibu Guru terhenti. Ia memandangi satu persatu wajah muridnya heran.
"Kenapa kalian terlihat murung?" tanya Bu Guru.
Tak ada jawaban. Ayudia yang biasanya membuat kelucuan di kelas pun diam.
Bu Guru tak bisa berkata apapun. Dia sendiri bingung dengan keadaan para murid. Ia memutuskan hal aneh ini kepada Kepala Sekolah.
Setelah Ibu Guru keluar kelas. Suasana kelas tetap sunyi.
Srekk!
Bunyi gesekan kursi mampu mengalihkan pandangan mereka. Riki sang pelaku hanya tersenyum canggung.
"Aku tak enak badan. Tolong izinkan aku hari ini." ucap Riki lemah.
Ia melangkahkan kaki meninggalkan kelas. Saat ini ia perlu menenangkan dirinya.
Kejadian semalam yang membuat kehebohan di kamar tak bisa ia lupakan. Ia juga merasa bersalah kepada Al. Ia membuat dirinya mencelakai Al dengan kekuatan aneh yang muncul tiba-tiba.
Sepanjang perjalanan menuju ke ruang UKS begitu tenang. Hingga...
"Kau telah terpilih sebagai pemilik kekuatan aneh. Selamat menikmati..."
Suara misterius terniang di telinga Riki. Ia pun tersadar. Ia mencari keberadaan seseorang.
Namun, hanya ada dirinya di lorong sekolah ia berada. Kejadian aneh berturut-turut begitu menakutkan.
"Kekuatan aneh..." gumam Riki. Ia menatap telapak tangan kiri yang memiliki sebuah simbol segienam berwarna merah.
.
.
.
.
.
Jeng! Jeng! Jeng!
Satu persatu murid kelas X-A sudah mengetahui kekuatan aneh miliknya. Namun, masih banyak pertanyaan di benak mereka.
Berasal darimana kekuatan aneh itu muncul? Apa karena mereka melihat peristiwa batu meteor yang jatuh ke Bumi? Apa arti simbol segienam berwarna merah tersebut?
Semua tak ada yang bisa menjawab.
Semoga kalian tetap mengikuti cerita ini yang makin menegangkan.
For: erix_arthur IA_Feuer MAlfharizy
[09-01-2020]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top