03 Suasana Kelas Pertama
Terik matahari bersinar menyinari lingkungan SAA yang bertepat di daerah Bogor. Kicauan burung yang merdu. Angin pagi yang berhembus pelan membuat suasana menjadi nyaman.
Riki berjalan dengan Al menyusuri lorong sekolah. Keduanya tak sengaja bertemu saat akan menuju ke kantin.
"Kau terlihat sangat bersemangat sekali pagi ini," ujar Al memulai pembicaraan.
"Iya!" jawab Riki singkat.
Al melengos mendengar jawaban Riki. Ia menghela napas sambil mengelus dada pelan.
Keduanya berjalan tanpa ada percakapan. Riki sendiri hanya cuek. Ia lebih fokus melihat-lihat pemandangan sekolah barunya.
Sampailah mereka di depan ruang kelas. Terpampang papan cokelat bertuliskan 'Class X-A'.
"Sampai juga akhirnya," ucap Al lega. Ia langsung masuk ke dalam meninggalkan Riki sendiri.
"Ohayoo Al," sapa Taiki menggunakan bahasa Jepang. #SelamatPagi
"Iya, Ohayoo Taiki." balas Al tersenyum tipis. Ia menatap beberapa bangku di depannya. Ia memilih tempat yang sesuai dan nyaman bagi dirinya.
"Ah! Lebih baik di situ saja." seru Al. Saat ia akan melangkah ke bangku tersebut, tiba-tiba seorang gadis kecil langsung mendudukinya begitu saja.
Al terkejut. Ia sudah siap akan meledak, namun hal itu diurungkan karena gadis kecil yang di duduk sana adalah... Zahra.
"Hai Zahra," sapa Al memasang wajah yang sulit di tebak.
"Ah iya, h-hai juga Al." balas Zahra agak takut. Ia masih trauma dengan kejadian di gedung aula kemarin.
Brak!!
Sebuah bantingan keras terdengar dari sebelah kanan Al. Aura menyeramkan muncul secara tiba-tiba.
"Lebih baik kau cepat pergi dari hadapanku! Lo-li-con!" seru Allyn dengan wajah garang.
Ia menatap tajam Al. Seolah-olah pemuda itu adalah orang yang jahat. Padahal dirinya seperti preman. #PissAllyn.
"Kau mau pergi atau ku hajar seperti kemarin!" seru Allyn kembali. Ia sudah siap dengan kepalan tangan yang sebentar lagi akan mendarat mulus di perut Al.
Al berdigik ngeri. Ia masih merasakan nyilu di bagian perut. Ia langsung pergi memilih duduk di tengah deretan ketiga.
"Ada apa pagi-pagi begini sudah ribut saja." sahut Riki yang masuk ke dalam kelas bersama Iasha.
"Tidak ada apa-apa kok, Riki." jawab Zahra mewakili yang lain.
Riki hanya ber-oh ria saja. Ia pun memilih duduk di bangku paling belakang dekat jendela. Iasha mengikuti Riki, ia duduk di sebelah kanannya.
"Aku duduk di sini ya," kata Iasha tersenyum manis.
"Oke, tak masalah." jawab Riki membalas ramah.
Senyum manis Iasha semakin melebar. Ia merasa mendapat lampu hijau untuk mendekati pemuda yang duduk di sebelahnya.
"Saye senang sekali..." gumam Iasha senang.
.
.
.
.
Lisya duduk di paling depan. Ia memilih duduk di sana untuk dapat mencerna pelajaran dan tentunya menggambar pemadangan di depan. Tepatnya pemandangan di luar jendela.
"Pasti jarang yang akan duduk di sini." ucap Lisya. Ia segera mengeluarkan beberapa perlengkapan untuk menggambar yaitu sebuah sketchbook dan pensil 2B.
"Aku akan menggambar sesuatu yang berbeda. Ah iya, di sana ada sepasang burung yang tengah berkicau di dahan pohon." gumam Lisya semangat.
Ia langsung menggambar dengan ahli. Setiap goresan pensil 2B mampu membuat sebuah sketsa biasa menjadi luar biasa. Ia pun tak menghiraukan kekacauan di belakang.
Di sisi lain ruang kelas...
Nampak Nawawi tengah melakukan rekaman menggunakan kamera smartphone miliknya. Headphone juga ia kenakan untuk fokus membuat sebuah rekaman yang keren.
"Hello guys. Nawawi come back! Saya akan memperlihatkan suasana di ruang kelas baru ini." jeda Nawawi.
Ia memindahkan rekaman ke arah teman-temannya. Bisa di lihat Allyn yang duduk di sebelah Zahra sambil bercakap-cakap, seolah keributan tadi hanya rumput yang bergoyang tak jelas. Di sisi lain Ayudia yang memasang beberapa wajah konyol.
"Lihat guys, Ayudia sang komedian muda terkenal sedang memperlihatkan wajah konyol nya lagi. Ia terlihat seperti serigala yang seram ya." lanjut Nawawi.
Ia berjalan mendekat ke arah Ayudia. "Bisa lihat ke arah sini." ujar Nawawi.
Ayudia langsung menatap kamera milik Nawawi. Ia tersenyum tipis sambil melambaikan tangan.
"Hai, kenalkan aku Ayudia. Kalian mau lihat wajah kucing lucu nan imut sepertiku." ucap Ayudia.
Ia mengubah ekspresi wajahnya seperti mirip kucing kecil yang habis teraniaya lebih tepatnya. Ia juga mengeluarkan suara. "Meong... Meong..."
"Hahaha... Wajahmu lucu sekali." tawa Nawawi. Ayudia melirik ke arah sang youtuber muda.
"Ahaha terima kasih. Jangan lupa kamu tag akun IG aku." kata Ayudia narsis. Nawawi mengacungkan jempol manisnya tanda setuju.
.
.
.
.
"Fortune Cookies..."
Pandu tengah menyenandungkan lirik lagu dari JKT48 yang berjudul 'Fortune Cookies' yang sedang hits saat ini. Ia juga memandang sebuah foto idola kesukaannya yaitu Nabilah.
"Aaa... Aku benar-benar jatuh cinta padanya." ungkap Pandu senang.
Pandu beberapa mencium foto tersebut, hingga meninggalkan jejak air liur di sana. Namun, ia tak mempedulikan hal itu. Ia memiliki dua buah album foto yang berisi gambar Nabilah JKT48 dan beberapa member lainnya.
"Andai... Aku dapat bertemu langsung dengannya. Pasti yang lain akan merasa iri hahaha..." gumam Pandu di tambah tertawa cukup keras.
Beberapa murid berbakat menatap Pandu dengan tatapan yang sulit di artikan. Salah satunya Dipa, ia sedang fokus dengan handpohone Apple iPhone-nya merasa terganggu.
"Tch! Berisik sekali si fanatik itu!" umpat Dipa.
Ia sangat menyukai ketenangan dan kedamaian. Walau sendirinya suka mencari keributan dengan mulut pedas ya itu.
"Andai dia nggak ada, mungkin kelas ini tak terlalu di penuhi oleh orang-orang aneh." ucap Dipa sinis.
Ia kembali menatap layar ponselnya. Ia tengah menonton salah satu channel youtube yang memperlihatkan cara merakit sebuah mobil serta kendaraan lain.
"Ah, ini sih gampang sekali bagiku." kata Dipa sombong. Ia menyeringai kecil.
Di bangku deretan depan, Fia membaca beberapa buku pelajaran yang baru saja di dapatkan kemarin. Ia tak ingin melewatkan satupun materi pelajaran di saat belum di ajarkan oleh guru.
Sebagai murid teladan, ia harus terlihat sempurna di depan guru dan teman-teman. Ia akan membuktikan bahwa dialah murid paling teladan di SAA.
"Fiuh... Pelajaran ini cukup menguras otak rupanya." gumam Fia.
Ia mengepalkan kedua tangan erat. Ia tak boleh menyerah hanya pada pelajaran Matematika.
"Ini bisa kuhafalkan bila merombak beberapa rumus di sini. Nah! Begitu baru sempurna." ungkap Fia tersenyum puas. Ia menutup buku, lalu melirik ke arah jam digital yang berada di atas layar berukuran besar. Jarum panjang akan menunjukkan angka 7.
.
.
.
.
Klik!
"Selesai juga," ungkap Dani lega. Ia baru saja membuat sebuah aplikasi untuk membobol keamanan di SAA. Ia sudah memiliki rencana yang bagus untuk menjalankan suatu misi.
"Dengan ini rahasia SAA yang beberapa tahun menghilang secara misterius dapat terungkap." kata Dani dengan tekad penuh keyakinan.
Tiba-tiba ekspresi wajahnya terlihat sedih. Ia teringat akan kejadian yang membuat saudara kandungnya meninggal secara tak wajar.
"Aku pasti akan mencari tahu dan membalaskan dendam mu Kak *******..." batin Dani.
Di barisan kedua bangku...
Kedua pemuda terlihat saling bercakap. Walau berbeda negara tak membuat mereka menjadi teman baik.
"Ahahaha... Ternyata kau hebat juga membuat sebuah cerita fantasi ya." puji Erix.
"Hehe... tidak kok. Aku masih belajar juga." sahut Riza menggaruk tekuknya yang tak gatal.
"Aku jadi ingin membaca ceritamu itu. Apa judulnya?" tanya Erix antusias.
Riza mengeluarkan smartphone hitam miliknya. Ia membuka sebuah aplikasi wattpad.
"Judulnya Superanatural Powers : The Return of Author." jawab Riza sambil memperlihatkan aplikasi wattpad-nya.
"Oke. Nanti aku baca setelah pelajaran selesai." balas Erix mencatat judul cerita.
"Terima kasih Erix." ucap Riza tersenyum tipis.
Erix hanya menganggukan kepala kecil. Ia melirik ke arah pedang miliknya. Sebagai seorang ksatria ia tak boleh lepas dari pedang yang dianggap sebagai kebagaan seorang ksatria.
Di barisan kelima, tepatnya di pojok.
Taiki memperhatikan beberapa murid berbakat yang akan menjadi teman sekelasnya. Ia tersenyum kecil melihat kelakuan jomblo seorang Sema.
Aura suram terpancar jelas di seluruh tubuh Sema. Mungkin berwarna hitam pekat kalau di dalam anime.
"Hiks... Kenapa sampai sekarang aku belum menemukan seorang pacar?" runtuk Sema lirih. Ia meneteskan airmata kesedihan.
"Hahaha... Kau memang seorang jomblo yang terkenal di dunia." sahut Taiki menepuk pundak Sema pelan.
Jleb!
Seakan sebuah pisau tajam menusuk langsung ke arah jantungnya. Kata-kata Taiki begitu menyakitkan bagi sesama tinggal di negara sakura.
"Kau jahat sekali." ungkap Sema semakin sedih.
"Gomen," ucap Taiki masih tertawa kecil.
"Zankokuna," balas Sema.
Srek!!
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan sendirinya. Nampak para murid-murid berbakat terdiam menghentikan aktivitas mereka. Semua mata menatap ke arah pintu.
Seorang pria berkulit agak cokelat melangkah masuk ke dalam kelas. Ia memakai pakaian santai dan membawa sebuah tas.
Pria itu berhenti tepat di meja guru. Ia menaruh tas miliknya, lalu menatap satu persatu wajah yang akan menjadi muridnya.
"Good Morning All... My name is Asep Surasep."
Sambutan dari pria itu begitu ramah namun tegas. Ia menggunakan bahasa Inggris agar murid yang berasal dari luar negara Indonesia mengerti. Ia tersenyum tipis melihat beberapa reaksi muridnya.
.
.
.
.
.
Jeng! Jeng! Jeng!
Hari pertama sekolah telah di mulai loh. Bagaimanakah para ke-16 murid berbakat dari seluruh penjuru Indonesia maupun luar negara?
Pelajaran pertama yang akan membuat mereka terkejut akan segera di mulai...
Well! Next chapter tentunya hehe :v
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian ya!!!
Thanks to# Taiki_Huda ZahraSyaharani MAlfharizy AhmadRizani erix_arthur SemaTei allynscarleta IA_Feuer pandumelo M_Nawawi aliffia_mutia dipa_pirana sirius_dhani1102 LisyaINise18 AnpanZaki
Yang sudah mau di bawa namanya masuk ke dalam cerita ini. Padahal author sendiri yang memasukan ya :v 🙊🙊🙊🙊
~{17/03/2019}~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top