Life 1 :Part 5❄️

.
.
.
.
.

Kageyama mengeliat. Ia menatap sedih dan kosong ke atas. Langit langit rumahnya. Meskipun Oikawa juga tampak bersedih. Ia mau menghibur Kageyama. Berusaha terlihat baik baik saja. Padahal ia juga terluka. Kageyama merasa sangat bersalah kepadanya. Oikawa berusaha untuk menghibur dan membuat Kageyama tidak langsung menyerah begitu saja.

Ia benar benar orang yang baik. Kageyama merasa ia telah memanfaatkan kebaikannya untuk dirinya sendiri. Ia juga bingung dengan perasaannya. Perasaan nya untuk tsukishima dan sekarang untuk Oikawa. Ia bingung. Ia mencintai tsukishima, tapi Oikawa yang selalu bersamanya akhir akhir ini. Mengobati luka luka dihatinya. Ia tidak tau harus bagaimana. Apa yang harus ia lakukan untuk seterusnya?.

Oikawa memberitahu nya untuk mengejar tsukishima. Menurutnya tsukishima masih mencintainya. Ia tidak tau kenapa Oikawa bisa tau hal sedetail itu tentang dirinya. Tapi ia tidak mau bertanya lebih lagi. Wajah dan raut wajah Oikawa. Ia sudah berusaha membantunya padahal ia juga sedang terluka di dalam.

Ia sudah mau membantunya. Ia juga masih tidak rela kehilangan tsukishima. Kata Oikawa ada alasan kenapa tsukishima melakukan ini padanya. Kenapa?. Itu karena ia bosan bukan padanya?. Ia teringat bagaimana Oikawa mengguncang bahunya saat itu.

Kata kata Oikawa memotivasi nya. Membuat nya memiliki sedikit rasa keberanian untuk menghentikan tsukishima. Ia ingin mengatakan semuanya. Entah tsukishima akan mengerti atau tidak. Yang jelas ia akan mengatakan semuanya. Semuanya dari lubuk hatinya. Terserah, jika ia masih mau meninggalkan nya. Atau mungkin semua perkataan Oikawa itu hanyalah sekedar omong kosong belaka. Untuk sekedar menghibur kageyama.

.
.
.
.
.

Kageyama segera berdiri dari posisinya. Tidak ada waktu lagi. Ia harus segera mengejar tsukishima. Ada sebuah benda jatuh saat Kageyama tiba tiba bangkit dari tempat tidurnya. Kedua matanya terbelalak tidak percaya. Boneka gagak itu. Jadi tsukishima memberikan nya?. Kageyama bisa merasakan hatinya lagi lagi berdenyut senang. Ia senang karena tsukishima perhatian padanya.

Tapi apa alasannya ia pergi begitu saja setelah kageyama tidur?. Ia tidak merasa tsukishima berbohong dalam perasaan dan tindakan nya. Itu murni dan membuat Kageyama semakin bingung. Ia meraih boneka itu. Tersenyum lembut dan meletakan nya dengan rapi di atas meja ruang tamu.

Tanpa berkata apapun. Ia segera berangkat pergi. Meninggalkan boneka gagak itu sendirian di rumah yang sepi menanti kedatangan para penghuni rumahnya. Hadiah yang diberikan oleh tsukishima. Boneka yang diinginkan oleh Kageyama. Ia memberikan nya. Ini membuat nya semakin tidak bisa membenci dirinya.

.
.
.
.
.

Hari sudah malam. Rembulan muncul menerangi remang remang lingkungan sekitar. Udara semakin dingin seperti es. Angin malam menerpa setiap orang membuat mereka ingin cepat cepat pulang. Tapi tidak dengan seorang bersurai hitam yang menelusuri jalanan gelap itu, ia merapatkan baju yang ia pakai. Tanpa sekalipun enggan untuk berbalik pulang.

Hari masih malam. Menunjukkan pukul 2 pagi. Masih terlalu dini untuk memulai aktifitas. Tapi tidak, ia tidak bisa menunggu besok. Ia hanya perlu menemui nya. Mengatakan bahwa ia sangat mencintai nya. Dan setelah itu, terserah apa yang akan terjadi.

Hati Kageyama sakit. Meksipun dirinya sangat jarang menunjukkan itu. Seluruh tubuhnya seperti tersengat badai es yang sangat besar. Kehidupan yang penuh dengan kedinginan. Es yang membuat semua orang terluka. Tapi meksipun begitu, ia masih dibutuhkan. Begitu lah, Kageyama merapatkan baju tidurnya. Dingin sekali. Ia tidak pernah pergi semalam ini.

Ia menoleh dengan gusar ke sana kemari. Orang orang semakin sedikit. Membuat udara malam ini terasa begitu mencengkam. Tidak. Ia harus menemukan tsukishima. Ia tidak mau mengecewakan Oikawa. Dengan segenap semangat yang Kageyama miliki. Ia bergerak memaksa tubuhnya untuk menemukan sosok itu.

.
.
.
.
.

Brak!

Ia tiba tiba tertabrak sesuatu. Kageyama yang sudah kedinginan dan ditambah lagi kondisi nya yang sedang lemah. Membuat tubuhnya jatuh begitu saja. Ia bisa merasakan pantatnya menyentuh kasar jalanan. "Sakit" rintih kageyama. Ia menatap ke depan. Melihat siapa yang baru saja dia tabrak.

Dan itu dia. Seseorang yang dari tadi ia cari. Seseorang itu juga menatap terkejut dan tidak percaya pada Kageyama. Ia terdiam dengan kedua mata sedikit membesar. Ia seperti nya tidak menyangka akan menemukan Kageyama disini. Padahal ia sudah berusaha agar Kageyama sama sekali tidak terbangun. Ia baru pertama kali tidur selarut ini. Ugh, tsukishima memalingkan wajahnya.

Kageyama segera berdiri. Menatap dengan segenap pertanyaan melekat di kepalanya. Di sebelahnya ada Yamaguchi yang tampak sangat tidak senang dengan kehadiran Kageyama. Ia mengenggam erat lengan tsukishima. Dan tsukishima hanya memalingkan wajahnya. Sakit. Apa tsukishima benar benar sudah tidak peduli lagi pada nya?.

Tsukishima tidak berkata apapun. Dan membuat Kageyama semakin sakit hati. Ia berusaha tidak melihat Kageyama. Apa ia begitu membenci dirinya?. Sikap nya begitu dingin dan tidak berkata apapun sehingga Kageyama tidak tau apa yang sebenarnya di rasakan tsukishima. Yang ia tau tsukishima membencinya.

Tsukishima menatap ke arah pepohonan di sebelahnya dengan sayu. Kedua manik matanya menatap sendu ke sana. Ia mencintai kageyama. Ia tidak pernah berniat untuk menyakiti nya. Bahkan menatapnya sekarang, ia tidak bisa. Ia merasa sangat bersalah. Ia sudah menyakiti Kageyama selama ini. Kageyama selalu menderita karenanya selama ini.

Ini yang terbaik untuk nya. Biarpun dirinya yang akan menderita nantinya. Selama Kageyama baik baik saja. Itu sama sekali tidak masalah. Ini adalah jalan terbaik. Ia harus menyingkirkan Kageyama dari segala masalah.

Masalah yang dimaksud adalah dirinya sendiri..

.
.
.
.
.

Kageyama menahan nafasnya. Ia menatap ke arah Yamaguchi perlahan dengan sedikit takut. Yamaguchi menatapnya seram membuat Kageyama tersentak dan semakin mengurungkan niatnya. Apa ia berbuat sesuatu yang salah ya?. Ugh. Bagaimana ini?. Ia takut kalau perkataan nya nanti malah akan menyakiti tsukishima dan Yamaguchi.

Kedua manik mata hitam itu menatap penuh binar ke arah dua orang di depannya. Ia menautkan kedua jarinya dengan gemetar. Apa ini benar?. Rambut hitamnya bergoyang mengikuti arah kepalanya. Rambutnya masih sedikit berantakan karena baru bangun tidur dan dibiarkan begitu saja. Apalagi udara dingin yang berhembus perlahan membuat tubuh nya mengigil.

"T.. tsukishima" bisik Kageyama pelan. Tsukishima sama sekali tidak menatapnya. Ia tau itu. Yamaguchi menatapnya seram, kedua bola mata hijaunya melotot garang menatap sosok Kageyama. Ia seperti nya sudah melakukan sesuatu yang salah pada Yamaguchi. Ugh, Kageyama menjadi semakin merasa bersalah. Ia takut kalau perkataan nya atau perbuat nya sekiranya akan menyakiti orang lain tanpa ia ketahui.

"A..aku tau kau mencintai Yamaguchi...---" seru kageyama terpotong. Ia menatap sejenak ke arah atas. Ia masih menunduk karena takut. Tatapan Yamaguchi membuatnya kembali mengurungkan niat. Ia tau ia tidak pandai berbicara sehingga banyak orang yang salah sangka. Padahal ia sama sekali tidak berniat seperti itu.

Kageyama mengigit bibirnya. Ini untuk terakhir kalinya. Hanya sekali ini saja. Ia ingin mengatakan semuanya dengan menatap tsukishima. Tidak masalah, kalau nanti tsukishima akan pergi meninggalkan nya tanpa berkata apapun lagi. Setidaknya ia sudah mengatakan semuanya. Ia ingin memberitahu kalau ia akan tetap mencintai nya sampai kapanpun.

Dengan menahan nafas sekali lagi. Kageyama membulatkan tekad. Ini juga karena Oikawa sudah bersusah payah menyemangati nya. Jika bukan karena Oikawa, ia sudah menyerah saat mengetahui kalau tsukishima meninggalkan nya kali ini. Dirinya juga tidak ingin menyerah sebenernya. Tapi melihat kalau tsukishima pergi malam malam tidak seperti sebelum nya. Ia sudah patah hati. Benar benar sakit.

Ia sudah akan menyerah jika tsukishima memang tidak ingin bersama nya lagi. Meskipun sakit, kebahagiaan tsukishima adalah kebahagiaan dirinya juga. Ia tidak bisa memaksa kan egonya lagi hanya karena hal itu. Ia juga tidak ingin menjalani hubungan ini jika pada akhirnya akan mengalami sakit luar biasa seperti ini. Tapi ia bodoh, ia egois dan ia berharap palsu kalau semuanya akan membaik. Itu semua karena tsukishima.

Dan sekarang, untuk sekarang. Ia akan mengakhiri semuanya. Ia akan mencoba melupakan semua perasaan ini. Perasaan yang sempat membuat hidupnya terasa berbunga bunga. Perasaan manis yang kini menyakiti nya dari luar dan dalam. Di sini. Tepat di depan tsukishima. Ia akan melakukan itu. Ini menyakitkan dan Menyedihkan. Tapi ini hal terbaik yang ia pikirkan untuk dilakukan. Yah, ini yang terbaik yang bisa ia pikirkan.

Kageyama mendongak. Menatap sosok tsukishima dengan kedua manik mata hitamnya. Ia sudah siap. Ia menatap penuh percaya diri . Tidak lagi ketakutan seperti tadi membuat Yamaguchi mendecih kesal. Kageyama mengepalkan kedua tangannya. Ia tau kalau perkataannya akan menyakitkan. Ia tau, tapi ia harus mengatakan nya.

"--Tsukishima!. Aku aku mencintaimu, sampai saat ini aku..aku begitu mencintaimu. Jika pun kau meninggalkanku saat ini. Aku akan tetap mencintaimu, aku hanya ingin kau tau. Kalau apapun dirimu aku akan tetap dan selalu mencintaimu" seru Kageyama. Ia menatap tsukishima tajam. Lelehan air mata mengalir dari pelupuk matanya. Ia harus tahan. Kali ini saja Kageyama. Biarkan ia tau perasaan mu.

Tsukishima melirik sedikit dari ujung matanya. Wajah Kageyama yang serius dan tidak pernah ia lihat. Tangannya gemetar dan dia sangat sedih. Tapi meksipun begitu ia masih menatapnya dengan sepenuh hati. Kedua matanya yang menatap tajam. Dan wajah ketusnya yang sekarang menatapnya. Nada suara yang biasanya selalu pelan , sekarang sedikit meninggi.

.
.
.
.
.

Tsukishima tertegun. Hatinya sakit mendadak. Ia terpaku pada penampilan kageyama dan setiap perkataan yang ia lontarkan. Apa..apa ia bisa kehilangan malaikat seperti nya?. Pikiran tsukishima buyar. Pikiran rasional dan penuh pemikiran cerdas itu perlahan mulai kacau. Ia tidak mau kehilangan Kageyama. Ia sudah tidak lagi memakai logika. Dan melepaskan genggaman Yamaguchi yang sedari tadi mengenggam erat tangannya.

Ia ingin bersama Kageyama sekarang. Ia tidak mau melihat raut wajah sedih itu lagi. Sungguh menyakitkan melihat Kageyama yang selalu minim ekspresi itu harus menahan sakit di depan matanya. Ia tidak peduli lagi dengan ancaman Yamaguchi atau apapun itu. Dalam pikirannya hanya ada Kageyama. Hanya dia.

Hingga ia tidak sadar ada sebuah peluru yang melesat cepat melewati nya. Waktu terasa bergerak cepat dan sosok di depannya yang sedari tadi berdiri tegak. Kini jatuh tidak berdaya. Kedua mata hitamnya menutup perlahan. Tsukishima tidak berkedip. Mendadak semua tubuhnya kaku. Ia bisa melihat sosok mungil itu jatuh di depan nya.

Dan darah merembes dari perutnya. Mendadak kemarahan sampai dan ia sudah tidak bisa lagi memikirkan apapun. Semua pikirannya terasa lenyap. Ia sangat syok dan pucat ketika melihat sosok di depannya itu. Wajah datarnya mendadak memucat dan kedua matanya menatap tidak percaya. Tidak pernah ia berpikir kalau Kageyama akan jatuh di depannya. Tidak sadarkan diri tepat di depannya. Tanpa sempat ia melakukan apapun.





Jatuh tidak berdaya di sana.






Kenapa?





Aku yang salah, maka bangunlah sayang ...aku ..aku hanya tidak ingin kau terluka..




Dan sekarang kenapa kau yang jatuh?.






Kemana tadi semangat mu, kau tadi begitu berani..?






Marahi aku Kageyama, bicaralah agar aku tau kau baik baik saja..






Hei..bangunlah..






Aku mencintaimu..






Hei.., setidaknya dengarkan aku..






Hei.., hei?






Apa kau..akan meninggalkan ku?.






Dan sedetik kemudian perasaan itu berubah menjadi kemarahan. Ia tidak bisa memikirkan apapun lagi. Jika ia kehilangan Kageyama sekarang, apa yang akan ia lakukan?. Jika tidak ada Kageyama untuk apa ia Hidup?. Hanya pertanyaan itu yang terus berputar dalam kepalanya. Terus menerus dan membuat nya benar benar tidak bisa berpikir dengan benar lagi. Seseorang yang merupakan penghalang satu satunya baginya sekarang terluka, padahal ia melakukan ini agar tidak menyakiti Kageyama. Ia Bahkan terluka di depan matanya. Yamaguchi!. Ia akan membunuhnya sekarang juga!. Ia akan membunuhnya!

Ia benar-benar murka sekarang.

.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top