06. About Loving Someone

Without your notice i approach you slowly
I am notifying you, Baby
Your defenceless self
Will be gently taken by me your deepest parts now

― BTS – Stay Gold

***

Suara lonceng berbunyi tepat saat Yoongi membukakan pintu cafe dan mempersilahkan Areun masuk terlebih dahulu. Nuansa musim dingin langsung terlihat dengan ornamen-ornamen serba putih dan biru muda, serta bagaimana para pegawai di cafe tersebut menggunakan seragam putih tebalnya agar sesuai dengan tema. Kedatangan mereka yang tergolong sangat tepat karena cafe yang tidak begitu ramai cukup menguntungkan. Baik Yoongi maupun Areun sama-sama tidak menyukai suasana yang terlalu ramai.

"Selamat datang," sapa pelayan kasir tersebut ramah. Menunggu dengan baik selagi dua sepasang kekasih itu memilih makanan untuk disantap.

"Dua egg sandwich, satu hot americano, dan satu hot chocolate. Makan dan minum di sini." ucap Yoongi, lantas menyerahkan beberapa lembar uang dan menunggu pesanannya diselesaikan.

Pria tersebut melirik Areun yang sudah mengambil tempat di pojok ruangan. Tempat kesukaannya. Di dekat jendela. Menatap luar bagaimana orang-orang berlalu lalang di sekitar mereka. Pun saat pesanannya sudah siap, Yoongi membawa nampan pesanan mereka untuk di bawa dan disantap bersama sang istri.

Barangkali karena lelah harus membawa satu troli penuh berisi empat kantung belanjaan bulanan mereka. Keduanya memilih untuk diam tanpa membuka topik pembicaraan. Atau dalam kasus Yoongi, dia sama sekali enggan berbicara saat perasaan baik yang sudah dibangunnya sejak pagi dirusak begitu saja dengan kehadiran si pria Park berambut jagung tersebut.

Areun mengamati kekasihnya saksama. Yoongi tidak tampak biasa. Tentu ia sudah tahu bagaimana sifat asli suaminya lantaran kedekatan mereka yang tidak bisa dibilang sebentar. Yoongi bukan tipikal orang yang bisa mendiamkan Jung Areun begitu saja. Pria tersebut sejak dulu selalu membuat suasana nyaman di antara keduanya dengan topik-topik yang penting ataupun tidak penting yang selalu diangkat sebelum pembicaraan berlanjut cukup panjang.

Maka, saat melihat prianya tersebut hanya diam dan mengunyah roti miliknya, Areun sedikit meringis. Ternyata dia sedang didiamkan begitu. Ternyata orang dihadapannya tengah cemburu. Mendadak ia jadi mengingat bagaimana Jungkook setiap kali cemburu padanya. Mereka tidak jauh berbeda. Ah, memang benar-benar definisi kakak-beradik.

Lupakan Jungkook, Reun. Kenapa kau tiba-tiba memikirkannya disaat seperti ini. Bodoh.

Areun cepat-cepat merutuk dan menyadarkan diri. Pun gadis tersebut lekas berdeham. Menelan satu gigitan dalam mulut dan melancarkannya dengan satu tegukan cokelat panas.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya padamu sekarang," ucap Areun. Meletakkan terlebih dulu roti miliknya seraya menatap Yoongi yang masih berusaha tak acuh.

"Selesaikan dulu makanmu. Kita bisa bicarakan itu nanti," kata Yoongi, menunjuk roti milik Areun dengan lirikan matanya.

Areun menggeleng, "Tidak. Aku ingin menyelesaikannya sekarang, Kak Yoongi. Aku tahu Kak Yoongi juga pasti penasaran. Kak Yoongi bahkan sudah terlihat benar-benar cemburu sekarang."

"Siapa yang cemburu?" Yoongi menyahut tidak terima.

"Kak Yoongi, lah. Memang siapa lagi? Suamiku kan cuma satu. Tidak mungkin Park Jimin, 'kan?" sahut Areun mengedikkan bahu tampak tidak peduli.

"Berhenti menyebut nama itu. Aku tidak suka mendengarnya."

"Nah, sekarang terlihat sekali bahwa Kak Yoongi tidak suka."

"Ck, sudah-sudah. Katanya kau mau bicara," ucap Yoongi, lekas mengalihkan topik sebelum Areun semakin menjahilinya.

Areun terkekeh sejenak menatap ekspresi milik Yoongi. Namun lantaran sudah diberikan sebuah jalan untuk berbicara, ia pun memanfaatkan itu dengan baik.

"Iya, Jimin memang mantan pacarku. Tepatnya, kami berpacaran setelah satu tahun Jungkook meninggal," ucap Areun membuka cerita.

Yoongi memasang posisi guna menjadi pendengar yang baik.

"Bisa di bilang, aku dan Jimin tidaklah sedekat itu. Kami hanya beberapa kali terlibat dalam kelompok yang sama saat kuliah. Tentu Kak Yoongi tahu bahwa dulu aku dan Jungkook tidak satu jurusan. Namun, berita tentang aku adalah pacar Jungkook tentu saja sudah diketahui oleh banyak teman-teman kampusku. Termasuk Jimin.

"Karena Jungkook terkadang menemaniku mengerjakan tugas kelompok. Dia menjadi dekat dengan Jimin secara otomatis. Lambat laun semua berjalan sebagaimana mestinya. Dan―ya, sekalipun si gigi kelinci itu kerap kali cemburu, tapi dibandingkan dengan semua lelaki lain, Jimin adalah orang yang dipercaya oleh Jungkook terhadapku."

Areun nampak menghentikan sejenak ucapannya. Napas yang memberat dan sedikit memburu. Jangan lupakan dengan tatapan mata sendu yang kerap kali ditunjukkan Jung Areun selama kepergian Jungkook.

"Kau bisa menceritakannya nanti jika―"

"Tidak apa-apa, Kak," potong Areun lekas, "lagipula ... ini hanya Jungkook. Semua sudah lama berlalu."

Tampak berat, tapi toh Yoongi mengangguk. Mengalah. Areun berdeham untuk melanjutkan ceritanya.

"Seperti yang Kak Yoongi tahu, Jungkook meninggal hari itu. Pun setelah kepergiannya, semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Seolah-olah, seluruh penghuni semesta ini tidak masalah jika salah satu penghuninya pergi begitu saja. Ya, dunia berjalan dengan semestinya." Areun memandang kosong roti isi miliknya. Satu tarikan di sudut bibirnya seiring dengan hembusan napas itu seolah menertawakan dirinya di masa lalu, "Tapi duniaku seolah berhenti saat Jungkook benar-benar pergi."

Baiklah. Yoongi sama sekali tidak terkejut untuk fakta itu.

Melepas pandangan pada roti isi miliknya, Areun mematri senyuman manis dan menatap Yoongi, "Saat itulah Jimin datang. Membantuku melewati masa-masa sulit. Selalu ada kapan pun aku membutuhkannya. Bahkan untuk masalah kuliah, dia tidak merasa direpotkan karena membantuku belajar dan mengejar materi yang tertinggal. Seperti yang Kak Yoongi bisa tebak. Hidupku kacau setelah Jungkook pergi.

"Dan setelah itu. Setelah sekian lama membaik. Jimin menawarkan diri untuk menjadi kekasihku. Katanya, menjadi sahabat tidak cukup untuknya. Dia bilang, aku masih butuh seseorang untuk berbagi beban, membutuhkan sandaran, dan harus dilimpahi kasih sayang. Kata Jimin, sahabat tidak ada yang bisa benar-benar memberikan afeksi secara maksimal terutama jika kasusnya laki-laki dan perempuan. Tentunya tidak ada persahabatan yang murni jika keduanya di satukan.

"Dan―ya. Semua terjadi begitu saja. Beruntungnya Jimin tidak banyak menuntut. Dia paham kondisiku yang bisa dibilang sedikit rumit kala itu. Dia tidak memaksa aku untuk mencintainya karena dia tentu tahu perasaanku dengan teramat baik. Semua berjalan begitu saja. Aku sempat merasa bersalah, tapi Jimin tetap memintaku untuk tidak mempermasalahkan itu semua."

"Lalu? Yoongi bertanya, memainkan cangkir kopinya yang sudah habis setengah saat Areun tidak kunjung melanjutkan.

Areun tersenyum hambar, "Kami berpisah saat sudah lulus. Jimin harus pergi ke Busan setelah mendapatkan kerja di sana. Sedang aku memilih tetap di Seoul. Sempat khawatir akan keadaanku, tapi ku bilang padanya bahwa aku baik. Aku juga sudah tidak separah dulu. Lagipula, tidak adil sekali saat aku harus menahan Jimin ketika dia sudah mendapatkan sebuah pekerjaan tetap dan menghambat karirnya. Jadi―ya, aku melepasnya."

Yoongi mengangguk. Otaknya mencerna dengan cepat apa yang dijelaskan Areun. Tidak perlu menunggu lama sampai ia benar-benar mengerti. Pun paham atas apa yang dirasakan istrinya tersebut karena diapun turut merasakan hal yang sama. Areun melanjutkan makannya. Lega karena sudah menjelaskan dan bersyukur karena Yoongi tidak menyela penjelasannya. Pria tersebut mendengarkan dengan baik.

"Lalu bagaimana dengan perasaanmu?" tanya Yoongi saat sebuah pertanyaan tertuju padanya.

"Maksudnya?"

"Apa kau pernah mencintai Jimin?"

Areun tidak butuh waktu lama untuk lekas menggeleng, "Kami beberapa kali melakukan kontak fisik. Ya, semacam berciuman, bergandengan tangan, berpelukan, hal-hal semacam itu. Hanya saja, aku bisa yakin tidak ada perasaan apapun padanya. Jimin sudah kuanggap sahabatku sendiri―ah, berciuman itu pun saat aku sedang mabuk dan dia malah mengambil kesempatan itu untuk berbuat curang. Asal Kak Yoongi tahu, aku mendiamkannya selama seminggu setelah itu," jelas Areun panjang lebar.

Pun Yoongi bernapas lega. Sepengetahuannya, biasa orang akan menunggu beberapa saat untuk berpikir. Hanya memastikan perasaan mereka. Namun manakala Areun langsung menjawab tanpa pikir panjang dengan penjelasan yang tidak terbata, pria tersebut tidak bisa untuk tidak tersenyum. Bersyukur. Hati sang istri masih bisa untuk dia dapatkan.

"Kalian tidak pernah melakukan hal-hal aneh, kan?" Yoongi bertanya menyelidik. Memastikan untuk terakhir kali.

"Jangan khawatir, satu-satunya pria yang melakukan hal-hal liar hanyalah Kak Yoongi saja. Aku bersyukur karena dikelilingi lelaki baik di sekitarku."

Ah, tentu saja. Yoongi tidak akan pernah melupakan bagaimana malam 'romantis' mereka berdua. Diam-diam bersorak girang lantaran dia adalah yang pertama bagi sang istri.

Hentikan, Yoongi. Hentikan pikiran kotormu sekarang.

Yoongi mendengkus, ucapan Areun terlihat gamblang sekali sedang gadis itu seolah tidak berpikir panjang dan masih asyik menyuapkan roti isinya, "Baguslah kalau begitu," ucap Yoongi, "mulai sekarang aku tidak perlu khawatir ada pengganggu di rumah tangga kita."

"Iya, jangan khawatir."

"Aku bersyukur karena pria rambut jagung itu tidak mencuri start lebih dulu dariku," Yoongi mengedikkan bahu sedang Areun menatap heran.

"Maksud Kak Yoongi?"

"Dia tidak berhasil mengambil hatimu," jawab Yoongi, "yang mana itu hal bagus karena sainganku semakin berkurang."

Yoongi tersenyum hangat. Setengah menggoda dengan badan yang sengaja dicondongkan. Areun serta merta menghentikan kegiatannya. Menunda menyuap lagi dan menatap Yoongi setengah heran dengan jantung berdentum tak karuan.

Menjulurkan tangan untuk mengambil tangan Areun dan membubuhi punggung tangan wanitanya dengan beberapa kecupan di sana, Yoongi berucap setelahnya.

"Setelah ini, belajarlah untuk mencintaiku, Jung Areun―ah, tidak. Min Areun. Min Areun miliknya Min Yoongi."

.

Sebelum beralih ke chapter berikutnya, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar dulu yaa. Sampai jumpa di bab selanjutnyaa <3

-Bintang

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top