11. Kecanggungan.


"Mimpi katanya?!!! Haaaaaarrggh!!"

Tangan Bakugou bergerak cepat. Kekiri dan kekanan menggosok jejeran gigi rapi miliknya kasar dengan sebuah sikat gigi. Membuat gusi yang tak bersalah menjadi sedikit perih. Namun segera terabaikan karena amarahnya saat ini.

"[Nama]."

Sesaat setelah mengucap sebuah kata itu dengan mulut penuh busa. Memikirkan Gadis yang sekarang membuatnya sangat marah--entah kenapa-- karena mengira yang dilakukannya tengah malam tadi hanya mimpi. Bakugou, tatapannya melemah. Layu, sayu, dan tenang seketika. Mulutnya masih mengulum sikat gigi. Gumaman pelan mengakhiri kegiatannya.

"Gadis itu..... Dia benar-benar tak ingat?"


.

.

.

.

.

~●~●~●~STAY!~●~●~●~

.

.

.

.

.

Sarapan pagi hari ini. Disertai dengan keheningan. Tak ada topik pembicaraan apapun. Tak ada yang mampu membuka mulut masing-masing. Saking malu sekaligus marahnya.

Yang satu, memikirkan tentang mimpi yang terus bergentayangan dikepalanya. [Nama]. Gadis itu hanya bisa mengulum bibirnya sendiri. Menundukkan kepala sekarang. Hanya menatap jenuh kearah sarapan yang dimasaknya. Dan sesekali, gadis itu memejamkan keras matanya hingga kening pun ikut berkerut.

Dan yang satunya lagi, terus menampilkan tampang premannya. Memikirkan kenapa? dirinya yang malah sangat marah tentang kesalahpahaman mimpi itu. Mulutnya melahap cepat nasi goreng pedas yang disiapkan [Nama] hingga suara gesekan sendok dan giginya terdengar jelas.

'Tunggu, ini pedas?' Bakugou menanyakan pada dirinya, sebelum akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada [Nama].

"Hoi!" Panggil lelaki itu.

"..."

"Hoi bangs t!!!" Tak kunjung dapat sahutan. Lelaki itu meneriaki kencang.

"A? Eh?! A-apa?!"

"KENAPA MAKANAN INI PEDAS HAH?!"

"Eh! Ka-karena kan, kau suka makanan pedas?"

"Darimana kau tau?" Satu alis Bakugou menukik tajam.

Jawaban telak dari Bakugou membisukan suara [Nama]. Seketika gadis itu diguyur keringat dingin dan mengatup mulutnya rapat. Beberapa saat, dentingan jarum detik dari jam di ruang tamu bahkan sampai terdengar masuk ketelinganya.

[Nama] mulai memberanikan diri tuk berbicara walau sedikit berbohong. Jujur saja, tatapan mengintimidasi dari Bakugou membuat keterpaksaan menerpa hati juga pikirannya. Menakutkan.

"A-aku....ah... Sebelum menjemputmu di Lab itu, Aku di-...diberi, biodata tentang dirimu."

Prang!

Air yang baru saja ingin Bakugou minum, jatuh bersamaan dengan cawan putih wadah dari Air tersebut.

"Ada apa?! Bakugou." [Nama] terkejut dengan mengencangkan suara.

*Bakugou's PoV

"Ada apa?! Bakugou." Gadis sialan itu malah terkejut dan membentak diriku.

"Diam! Dan bersihkan saja ini bodoh!"
Teriakku habis-habisan. Ekspresi Mata gadis itu kubuat mengerjap beberapa kali.

"E-ehh?! Kenapa???" Keluhan yang keluar dari mulutnya kuabaikan. Diriku yang sudah naik pitam segera berjalan menjauh dari meja makan menuju kekamar.

*****

' [Nama]! Apa-apaan Gadis itu! '

Tanganku menggebrak meja disebelah tempat tidur. Membuat lampu tidur yang diletakkan disana sedikit bergoyang ingin terjatuh dan telapak tangan sedikit memanas.

"Sudah diberikan biodata tentangku! Tapi kenapa tetap saja......AKH! SIALAN!" Gumamanku berakhir teriakan dan hempasan tubuh ke atas kasur.

"Sebentar lagi, dia pasti sadar.." Ucapku licik, dengan wajah yang tenggelam dikasur empuk.

******

*[Nama]'s PoV.

"Dia.. kenapa sih!"

Ini membuatku semakin tak nyaman,pertama, mimpi yang menghantui, kedua, sikapnya yang semakin melahirkan emosi.

"Aaa, tauah! Aku belum mandi..."

Aku segera membersihkan piring dan cangkir (juga cangkir yang dipecahkan Bakugou), lalu berjalan pelan dan tenang menuju kamar mandi. Pasti kalian bingung, kenapa aku lebih memilih makan terlebih dahulu daripada mandi atau cuci muka.

Yah, karena Bakugou yang lebih dulu memakai kamar mandinya. Dan Aku tak ingin membuang waktu hanya dengan menunggu, jadi Aku memilih untuk membuatkan sarapan untuk kami berdua.

"H-h-h-hah?"

Mataku terbelalak, napasku terengah, jantung seakan sesak tak dapat mengakses udara yang masuk. Leherku, ada warna merah--sedikit keunguan-- menonjol dileherku--karena bentuk yang melebar--. Aku mengelus pelan menggunakan telunjuk. Masih tercengang dengan apa yang kulihat, kalian tahu? Walaupun aku terlihat seperti orang yang tak pernah sekalipun melakukan hal semacam itu.

Tapi tetap saja, semenjak di Amerika, Aku selalu mendengar cerita dari teman-temanku yang disana. Cerita tentang, Kissmark yang diberikan oleh pacar mereka masing-masing. Bahkan sampai ke FrenchKiss-- Lupakan itu!

Tapi.

Tak mungkin! Masa yang tadi malam bukan...

"Mimpi?"

"Gya!" Saat suara tak asing berangsur masuk ketelingaku, diriku terkejut bukan main.

"Sekarang, Apa kau masih mengira 'itu' mimpi?" Bakugou, pria itu berdiri dengan wajah kusut, tepat didepan pintu yang sudah tertutup. Entah kapan, Dia sudah berada didalam kamar mandi. Berdua saja denganku.

Eh? Jadi benar? Dia yang...

"A-a-apa maksudmu?" Ujarku memastikan.

"Haaahh..... kau memang bodoh ya? Susah membuatmu mengerti! Gobl k!" Bukan menjawab kebingungan juga pertanyaanku, suaranya malah makin meninggi untuk hal yang membuat pikiran ku semakin rumit.

"Ap- apa?! Apa yang harus... kumengerti... A-apa Bakugou?" Diriku semakin panik, saat Bakugou tanpa aba-aba berjalan maju hingga membuatku mundur menempelkan bokongku di wastafel.

"Oh.. kau takut?" Dirinya yang tadinya hanya berdiri tegak didepanku, mulai mencondongkan badannya mendekat kepadaku. Menumpu kedua telapak tangannya pada sisi-sisi wastafel.

Kepala Bakugou mulai mendekat. Ditengah-tengah, Aku teringat kejadian tadi malam, dia menciu-. Ha! Dengan napas tak teratur, Aku segera mecondongkan tubuhku kebelakang. Menghindari ciuman ini untuk yang kedua kalinya jika memang yang tadi malam bukanlah mimpi.

"Hen-hentikan.."

"Dasar, penakut!" Ejeknya.

"Ti-TIDAK! Aku sama seka-"

"BENARKAH!?" Satu tangannya menangkap kedua pipiku, meremas kencang dan mulai memaksa kepalaku tuk maju.

"Ung! Lep-lepas" kugerakkan kepalaku dengan keras kesamping, hingga pegangan tangannya terlepas secara paksa.

"Kau, panik sekali."

"Oh, Aku tau."

"Apa jangan-jangan, itu pertama kalinya, untukmu? Ffftt! Bocah." Hinanya sembari menahan tawa disertai ekspresi angkuhnya.

"Ti-tidak kok! Aku pernah melakukannya sebelumnya!"Aku yang merasa malu, juga marah. Berusaha melawan dengan tekad membuka kembali lembaran dimasa lalu.

"DENGAN SIAPA HAH?!"

"Apa hubungannya denganmu ha-"

"SEKALI LAGI!DENGAN SIAPA?! HAH!" Suara itu sudah seutuhnya menjadi sebuah teriakkan bervolume tinggi.

"Tentunya! Seseorang yang kukenal!"

Grep!

Mengejutkan.

Dia..

Memelukku.

Dengan suara berat dan tertekan.

Membisikkan Namaku pelan.

Lalu tak lama beseling.

Satu kalimat membuat Air mataku tumpah.

"[Nama], Kau melupakanku Hah?!"

To Be Continued

Sorry karena keterlambat-lambat-super lambatan Author ini ya😭

Scarlet~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top